Magic

11 1 0
                                    

'Cokelat Ajaib' kalimat pertama yang Alena baca setelah menghabiskan satu batang cokelat yang terletak di meja belajarnya. Dengan perasaan ragu ia membuka secarik kertas itu lebih lebar. Seharusnya ia tidak seceroboh itu memakan sesuatu yang entah dari mana asalnya untuk dilahap begitu saja. Hal itu dikarenakan ia yang berpikir bahwa cokelat itu sengaja ditaruh seseorang untuknya. Penggemar rahasia. Ya, itulah yang pertama kali terlintas di benaknya ketika melihat cokelat batang yang tersuguhkan di hadapan mata cokelatnya.

"Ucapkan tiga keinginan, maka keinginanmu akan terpenuhi," gumam Alena ketika membaca keseluruhan surat itu. Ia menghirup udara dalam-dalam dan menghelanya perlahan. Dilipatnya surat itu dengan rapi.
Maka hal pertama yang dia lakukan setelah surat itu berhasil ia lipat adalah tertawa.
Tawanya menggelegar seantero ruang kelas yang masih sepi itu. Tepat setelah ia meredakan tawanya sesosok laki-laki berperawakan tinggi kurus datang dengan sweater hitam yang membalut tubuhnya.
Alena berdehem, ia melirik surat yang barusan habis ia lipat dan tertawakan. "Aku akan memastikan satu hal, dan jika benar aku tidak akan menertawakanmu lagi," bisiknya yang ia utarakan kepada benda mati itu.

"Aku mau dia," Alena menjeda kalimatnya untuk menatap lekat laki-laki yang tengah duduk di pojok kelas, "melihatku."

Sedetik kemudian kepala laki-laki itu terangkat, bola mata hitam pekat itu menusuk tepat di iris cokelat Alena. Untuk beberapa detik Alena terdiam, seluruh aliran darahnya berdesir ketika bola mata itu masih menatapnya tajam. Alena tak tahan, ia memutuskan kontak mata yang terjadi.
Andrew. Itulah nama laki-laki itu.

Sudah lama Alena menyukai Andrew dengan segala kemisteriusannya. Anak itu cukup tertutup dan menutup diri dari lingkungan sekitar. Berbeda halnya dengan Alena yang cukup populer di lingkungan sekolah. Sebuah ide licik terlintas di benaknya.

Alena melihat sekeliling kelas yang mulai terisi oleh kehadiran murid-murid yang lain.
"Yang kedua, aku mau dia menghampiriku."

Alena menepuk pipinya pelan. "Ini kenyataan."

Ia menarik napas dalam-dalam untuk menetralkan helaan napasnya yang sempat tak beraturan. Ia melihat Andrew sedang berjalan mendekatinya.

"Oke, cukup masih ada satu permintaan lagi."

Ia melihat Andrew berjalan semakin dekat. "Aku mau dia menjadi kekasihku."

Bruk!

Seluruh perhatian kini tertuju pada pintu kelas yang terbuka secara paksa. "Lisa," desis Alena.

Tepat setelah ia mengatakan itu orang yang menciptakan kehebohan muncul dari balik pintu. "Halo semua!"

"Peraturan pertama." Alena menyedekapkan kedua tangan. "Jangan gunakan kekuatanmu ketika bukan pelajarannya."

Lisa menampilkan senyum konyolnya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Terima kasih sudah mengingatkan." Ucapan itu berasal dari suara berat milik orang di sebelah Alena.

Lantas Andrew beranjak dari tempatnya berdiri untuk kembali ke tempat duduknya.

"Kenapa dia berterima kasih? Andrew juga habis menggunakan kekuatannya?"

Alena bergeming.

Lisa mengetuk-ngetukan telunjuknya di dagu. "Memangnya dia habis membaca pikiran siapa?"

[[[[[]]]]]
Drabble oleh Firaairi

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang