“Raya, kamu mau nggak, jadi istriku?”
Pertanyaan itu tiba-tiba saja Sena tanyakan saat ia makan berdua dengannya. Raya dibuat kaget karena Sena tiba-tiba memintanya untuk menjadi istrinya. Wanita mana yang tidak mau dilamar oleh kekasihnya sendiri? Tentu saja, Raya pun mau menjadi istri Sena. Namun, ini sangat tiba-tiba. Raya tidak tahu harus menjawab apa.
“Sena ... kamu ... serius?” tanya Raya dengan wajah penuh tanya. Ia sampai mengerutkan dahinya karena bingung.
“Tentu. Aku mau serius sama kamu, Raya.”
Namun, bukan jawaban yang Sena terima, justru tatapan bingung yang hanya selalu ditampilkan Raya. “Ambil hadiah di tanganku.” Sena membuka telapak tangannya lebar-lebar. Ada satu batang cokelat di tangannya.
“Cokelat?”
“Iya. Kamu suka cokelat ‘kan? Aku mau cokelat jadi bagian dalam proses lamaran ini.” Sena tersenyum. Kafe yang sedang tidak ramai pengunjung itu menimbulkan suasana hening yang makin hening karena Raya tak kunjung menyambut hadiah di tangan Sena.
“Raya?” Sena menepuk tangan Raya pelan.
“Ah, iya.” Raya mengedipkan matanya berkali-kali. Tanda bahwa ia baru saja tersadar dari lamunannya.
“Kenapa? Kok kamu linglung? Kamu nggak suka ya?”
“Suka!” Secepat kilat Raya menyambar. “Aku cuma kaget aja, Sen. Kamu nggak ada rencanain apa pun. Kamu juga nggak bilang. Jadi, ya ....”
“Permisi.”
Tiba-tiba, beberapa pelayan datang membawa beberapa tumpuk cokelat dari berbagai macam merk dan bentuk. Raya semakin terkejut bercampur senang.Sena berdiri dari duduknya dan berjongkok sambil memegang kedua tangan Raya. “Once more, will you marry me, Raya?”
Raya kali ini tak dapat menyembunyikan rona bahagia yang daritadi ia tutupi dengan raut terkejut. Ia benar-benar senang dengan cara Sena memperlakukannya. Sena manis. Selalu begitu sejak awal berpacaran.
Tentu saja, kali ini Raya tak mau lagi menundanya. Ia yakin, Sena yang terbaik.
“Yes, I will, Sena!” jawab Raya dengan terharu. Matanya berkaca-kaca saking bahagianya.
[[[[[]]]]]
Drabble oleh letsflyhigher_