Takdir

2.4K 162 13
                                        

Jepang, salah satu negara dengan perekonomian terkuat di dunia selain Amerika dan China adalah tempat ternyaman yang dipilih Raya untuk ditinggali saat ini. Tempat dimana Papanya dilahirkan dan dibesarkan. Tempat yang juga pernah menjadi saksi masa kecilnya selama tiga tahun.

Hidup Raya itu tidak bisa dikatakan sempurna hanya karena dia anak tunggal dari keluarga berkecukupan. Karena pada kenyataanya, saat usia Raya 13tahun, orangtuanya berpisah. Usia 18tahun, mamanya meninggal.
Apa yang Raya rasakan saat itu? Dia hancur. Apalagi setahun sebelum mamanya meninggal, Raya mengalami kecelakaan.

Keputusan Raya untuk pergi tidak diambil begitu saja. Banyak hal yang dia pikirkan.
Termasuk apakah semua akan baik-baik saja setelah itu?
Apakah orang yang masih dicintainya itu akan bahagia?

Sepuluh tahun lalu, atau bisa jadi lebih. Tepatnya saat Raya kelas 11, kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang merenggut satu nyawa.
Kejadian penuh airmata, kemarahan, penyesalan. Namun, Raya tak pernah mengatakan satu hal.  Kejadian yang sebenarnya.

Beberapa waktu sebelum kejadian,  pertanda buruk itu dimulai. Sebuah pesan masuk pada ponselnya. Nada berdurasi kurang dari tiga detik itu membawa tangan halus Raya menekan tombol 'buka' untuk melihat isi pesan yang belum Raya tahu siapa pengirimnya.

CHOKI

'Ray, bantuin gue cari kado yuk buat Amel. Kita berdua mau ngerayain Anniv nih. '

Sebuah kalimat permintaan dari kekasih sahabatnya itu mau tak mau membuat Raya menjawab dengan satu kata persetujuan.
'Oke' jawabnya.

Dan setengah jam setelahnya,  Choki sampai di pekarangan rumah Raya dengan mobil hitam. Mobil yang harusnya tak boleh Choki bawa.

Raya, dengan rambut terurai lurus dan panjang berdiri di depan pintu menyambut kedatangan Choki.

"Kok bawa mobil? Emang lo bisa? " tanya Raya. Bingung sekaligus tak setuju sebenarnya.
Choki tersenyum, "bisa dong. Ini buktinya. "

Raya menghela napasnya, "gue panggil Mang Udin aja deh ya. Biar dia yang bawa mobil lo.! " usul Raya. Mang Udin yang Raya maksud adalah sopir mamanya.

"Nggak usah Ray. Gue udah bisa kok bawa mobil sendiri. " tolak Choki.

"Ayok, udah sore nih. Ntar kemaleman! "
Ujar Choki terdengar tidak sabaran. Raya ragu, tapi pada akhirnya dia ikut.

Di mobil, lagu-lagu yang sedang hits saat itu diputar bergantian. Masih bertemakan tentang cinta.
Ada lagu Afgan, Astrid, D'masiv, dan lain-lain.

Raya menatap ke depan. Namun, telinganya mendengar lantunan suara Choki yang cukup bagus menyanyikan lagu Terima Kasih Cinta milik Afgan .

Raya tersenyum. Dia berpikir jika lagu yang Choki nyanyikan adalah ungkapan hatinya untuk Amel.
Bahkan Raya berkata dalam hati, beruntungnya Amel dicintai seorang Choki yang terkadang petakilan itu.

"Ray, kok diem? " tegur Choki dengan pertanyaan tiba-tiba.

"Eh? Nggak, gue lagi denger lo nyanyi. " jawab Raya.

"Hehehe,,, suara gue bagus kan? " ujar Choki percaya diri.

"Itu buat lo tau. " ungkapnya cepat . Sontak, Raya dibuat terkejut. Maksudnya apa bicara seperti itu.

Raya tersenyum sambil menggeleng. Dia abai pada ucapan Choki yang dianggap hanya gurauan.

Lalu , lagu selanjutnya terdengar.
Di awal musik, Raya sudah tahu siapa penyanyi lagu itu.

Endless LOVE? (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang