Bicara

2.2K 124 2
                                    

Langkah kecil seorang balita menyambut Dave dengan tawa lucunya.
Raya yang berdiri berdampingan dengan Dave di depan pintu  tersenyum setelah memahami situasi.

Dave bercerita singkat, jika dia dan Amel punya seorang anak perempuan. Dan usianya kini nyaris 2 tahun.

Ya, hanya kurang beberapa bulan sejak dia meninggalkan Jakarta.
Dan Raya yakin, anak manis ini adalah orang yang ingin Dave kenalkan padanya.

"Hai,,, Anak Papa udah cantik banget! " sapa Dave manis pada anak yang sudah dalam pelukannya. Anak itu tersenyum. Dengan kulit putih bersih dan pipi chubby, khas anak-anak , mendorong tangan Raya mengusap anak itu lalu menyentuh pipinya.

"Ray, ayo masuk. !" ajak Dave.

"Mbak, tolong buatin minum  buat tamu saya ya!" Dave bicara pada baby sitter yang setahun belakangan mengurus Chika, anak perempuannya.

"Iya, Mas." ucap perempuan muda berseragam itu.

"Jadi gimana, Ray. Berapa hari kamu di Jakarta? " pertanyaan Dave kini lebih santai. Bisa jadi Dave berusaha membiasakan diri menjadi orang lain, bukan orang yang masih menyimpan rasa entah itu cinta, atau sekedar rasa bersalah.

"Sampai aku bisa menjelaskan sama Amel.-- Semuanya,,, " ada keragu-raguan saat Raya mengatakan bahwa dia akan menjelaskan semuanya.

"Semuanya sama Amel? Maksud kamu? " tanya Dave.

Raya terdiam sejenak. Dia masih berpikir apa yang harus dia katakan pada Dave jika semua yang terjadi adalah cikal bakal hubungan kandas keduanya.
Tidak, tidak sepatutnya Dave marah jika alasan Amel mendekatinya hanya karena ingin membalas dendam pada Raya. Tentu Dave merasa dimanfaatkan. Tapi, kenyataannya adalah Dave menikmati perselingkuhan, terlebih melakukan hubungan gelap itu hingga menghasilkan seorang anak di pangkuannya.
Dan secara tidak langsung membuat Raya mundur.

"Pa,, Mama,, " Dave mengalihkan fokusnya pada Chika. Anak itu merengek meminta sesuatu.

"Mama? Iya, Nanti Mama pulang ya, ajak Chika jalan-jalan. " Dave bicara pada Chika dengan wajah khas papa muda yang sayang anak.

"Jadi kalian tinggal di sini? " Raya mengedarkan pandangannya pada objek yang ada di hadapannya.

Rumah ini tidak begitu besar, apalagi jika ditinggal oleh satu keluarga plus seorang baby sitter, ini terlalu kecil pikir Raya. Raya yakin, Dave mampu membeli rumah yang lebih besar dari ini.

"Silakan diminum, mbak" minuman yang diminta Dave datang,

"Dulu iya, tapi setahun belakangan, aku dan Amel tinggal terpisah !" jawab Dave melanjutkan.
Raya bingung.

Dave menarik napasnya.

"Entah sejak kapan, sikap Amel berubah. Dia nganggep aku nggak mencintai dia sepenuh hati!"
Tatapan Dave sendu. Seperti ada kesedihan yang ingin dia utarakan.

"Mungkin ini karma untukku!"
Kini, raut penyesalan Dave terlihat jelas.

"Maaf, aku pernah menyia-nyiakan kamu, Ray.! "

"Dave,,, "

"Iya aku tau. " potong Dave saat mendengar keluhan Raya saat dia kembali membahas masa lalu.

"Aku tau semua penyesalan yang aku ucapkan nggak akan merubah apapun. Termasuk membuat kamu kasih aku kesempatan. Nggak papa, Ray. Itu semua real aku yang salah. "
Jelas Dave tenang.

"Dave, kayaknya ini bukan waktu yang tepat untuk bahas ini. Aku pamit pulang. Billy pasti udah di jalan jemput aku. " Raya berdiri. Minuman yang baru beberapa saat dibuat bahkan belum Raya sentuh.

Endless LOVE? (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang