"Silahkan non!" Seru Juna setelah membukakan pintu mobil.
"Nggak perlu antar Mel, Pak. Mel bisa sendiri." Kata cewek itu yang dibalas anggukan oleh Juna.
Melodi berjalan santai seperti orang normal pada umumnya. Wajah cewek itu memang tampak datar. Tapi, siapa yang tahu jika hatinya sedang bernyanyi ria. Hari ini keinginannya terwujud dengan susah payah merayu papa-nya tanpa henti.
Membayangkannya setiap hari saja sudah membuat ia sangat senang. Dan sekarang kesenangannya berkali-kali lipat.
Melodi sudah sangat menghafal seluk-beluk rumah Rian karena kemarin ia sudah menghafalnya berkali-kali. Rumah ini depannya merupakan kaca transparan.
Dengan alasan itu pula, tanpa Melodi sadari seseorang yang sedang berlatih piano memperhatikkannya. Sampai Melodi masuk dan duduk di dalam.
"Hei!" Rian menghentakkan tongkatnya di atas piano, mengejutkan Tulus. "Fokus!"
Tulus melanjutkan latihannya sambil memerhatikkan cewek yang terduduk membelakanginya.
Terdapat kaca yang memisahkan ruangan mereka.
"Dia siapa, Pa?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja tanpa Tulus sadari.
Papanya tidak menjawab. Diam sesaat kemudian berkata, "Papa nemuin dia dulu ya. Kamu lanjut latihan!" Rian berlalu menghampiri Melodi.
"Mel."
Melodi langsung menoleh. Ia sudah mengenal suara itu. "Pak Rian." Katanya masih dengan ekspresi datar.
"Kamu mau latihan sekarang? Bukannya kamu mau hafalin......"
Melodi cepat memotong, "Saya sudah hafal seluk-beluk rumah bapak." Ia sudah sangat paham arah pembicaraan Rian.
"Sesuai permintaan kamu, cara mengajar saya ke kamu sama seperti ke murid lainnya. Tidak perlu dispesialkan." Kata Rian tegas yang dibalas anggukan Melodi.
"Karena di sini hanya ada satu piano, jadi kamu tunggu giliran murid lainnya selesai." Melodi mengangguk.
Yang dimaksud Rian tentang 'murid lainnya' tentu saja Tulus. Karena ia hanya mempunyai dua murid, Tulus dan Melodi.
Tulus tidak bisa fokus dengan latihannya. Matanya terus saja menoleh ke belakang penasaran dengan sosok cewek yang baru dilihatnya itu.
"Dia cantik." Hatinya berbicara.
Berbagai pertanyaan menghampirinya. Siapa sebenarnya cewek itu? Mengapa papanya mau menerimanya sebagai murid?
"Lus, kamu boleh pulang!" Tulus menjawab dengan gumaman sambil merapihkan kertas-kertasnya. "Mel, sekarang giliran kamu!" Melodi langsung bangkit dari duduknya.
Melodi hendak masuk ke ruangan piano, dan Tulus hendak keluar dari ruangan itu. Ketika jarak mereka tinggal tiga langkah, Tulus memasukkan obat ke mulutnya untuk mencari perhatian. Mereka berpapasan. Sampai akhirnya berlalu begitu saja tanpa Melodi menoleh sedikit pun ke arahnya.
Tulus memerhatikkan Melodi ketika mereka sudah tidak berpapasan dengan terkejut. Setidaknya ia melirik. Tapi, tidak sedikitpun.
Juna memerhatikkan Tulus, "Ada apa? Tolong segera pergi!" Usirnya sambil mendorong Tulus agar segera meninggalkan ruangan.
Tulus kesal sekaligus kebingungan, "Kenapa? Lagian itu cewek siapa sih? Sombong apa kelewat dingin sih!"
"Anda bisa mengganggu nona Melodi. Cepat keluar!" Juna kembali mengusir Tulus yang mencoba mengelak.
"Melodi? Oh jadi namanya Melodi." Tulus tersenyum tipis.
Kini, ia sudah berada di luar. Sebelum pergi ia memerhatikkan Melodi dari balik kaca. Ternyata ada untungnya depan rumah papanya adalah kaca transparan.
Entah mengapa, ia jadi begitu tertarik pada cewek itu. "Melodi, jadi nama lo Melodi."
Setelahnya, ia berlalu meninggalkan rumah itu.
🎬
TBC
cuma mau bilang buat kamu yang ga setuju sama cast yang aku kasih. Okey, kamu ga harus terpaku sama cast dari aku. Kamu bebas ngebayangin siapa aja kok.
Bisa artis, idola kamu sendiri, temen, saudara, si doi, atau orang di khayalan kamu sendiri.
Okay, have a nice day.
Ka Apip/Mpah/Pipah/Apipah
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS MELODI
Teen FictionTentang dua orang yang memiliki kekurangan. Ceweknya penyandang tuna netra. Cowoknya penderita penyakit jantung. (Terinspirasi dari MV) [Start: 27 Februari 2018]