Sejak awal melihat Melodi, ada rasa penasaran yang datang begitu saja. Rasanya ganjil karena sebelumnya Rian tidak pernah menerima murid selain Tulus.
Tapi, anehnya Melodi datang tanpa pemberitahuan apapun. Rian tidak memberitahunya.
Ia anaknya Rian, jadi pantas saja Rian mau melatihnya. Sedangkan Melodi? Ada hubungan apa Melodi dengan Rian.
Tulus menghampiri Melodi. Ia duduk di samping cewek itu. Lalu, mulai memainkan pianonya.
Melodi tertegun. Siapa yang datang? Tidak mungkin jika itu Pak Rian.
"Yang bener kayak barusan." Kata Tulus.
"Siapa?" Tanya Melodi karena suara cowok itu baru pertama kali didengarnya.
"Kenalin gue Tulus." Diulurkannya tangannya, tetapi menariknya kembali karena ia tersadar bahwa Melodi tidak akan melihatnya.
"Gue Melodi." Sekarang giliran Melodi yang mengulurkan tangannya. Tulus langsung menyambutnya. "Lo kok di sini?" Tanyanya.
"Oh ya gue muridnya sekaligus anaknya Pak Rian juga."
"Oh." Melodi hanya menggumam.
"Harusnya lo yang siapa?" Tulus balik bertanya.
"Ya gue juga muridnya."
"Gue tau. Maksud gue lo kok bisa sampe kenal bokap gue?"
"Rangga bokap gue sahabatan sama bokap lo." Jawaban Melodi sudah cukup jelas.
Tulus hanya mengangguk. Ia sendiri baru mendengar tentang Rangga yang sahabat papanya. Mungkin Tulus bisa menanyainya nanti.
Melodi jika diperhatikan sedekat ini terlihat lebih cantik, tapi sayangnya cewek ini tidak bisa melihat. Tulus tidak akan kasihan sama sekali. Karena ia sendiri tidak suka jika ada yang mengasihaninya.
Baginya dikasihani berarti ia menyedihkan. Dan Tulus tidak mau jika ia dianggap menyedihkan. Kalau ada yang sayang dan perhatian itu baru bagus.
Dikasihani atau diperhatikan, dua kata itu jelas berbeda.
Tadi, ia bukannya kasihan pada Melodi, tapi cewek itu membuatnya terkejut karena Tulus tidak meyadarinya sejak awal melihat Melodi. Mungkin karena cewek itu tidak menggunakan tongkat atau seseorang yang menuntunnya seperti penyandang lainnya. Hari itu Melodi berjalan normal saja.
Jika saja ia tidak melihat Melodi meraba-raba lantai untuk mengambil barang yang jatuh. Pasti ia juga belum menyadari kekurangan Melodi saat ini.
"Den, den ada Bapak." Kata Roy yang tadi disuruh mengawasi oleh Tulus.
"Sial!" Ia langsung bangkit dan bersembunyi di balik piano.
"Mel," Panggil Rian.
"Iya Pak?" Ia berpura-pura sedang berlatih.
Rian seperti sedang mencari orang, "Nggak. Kamu lanjutkan aja ya, soalnya anak saya nggak tau kemana." Pak Rian langsung pergi lagi.
Tulus mengelus dadanya dan menghembuskan nafas lega. Untung saja tidak ketahuan. Nanti bisa-bisa kena marah.
Rian memang menyeramkan jika posisinya sedang melatih. Tapi jika tidak, ia sosok yang sangat baik. Meskipun dulu jarang ada untuk anak dan istrinya.
"Tulus, Lus lo dimana sih?" Itu suara teriakan Sarah.
Tulus langsung keluar dari persembunyiannya lalu buru-buru menghampiri Sarah, "Lo ngapain ke sini?"
"Ah, gue belum ngabarin lo ya mau ke sini." Ia menggaruk kepala cengengesan, "gue masih penasaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS MELODI
Fiksi RemajaTentang dua orang yang memiliki kekurangan. Ceweknya penyandang tuna netra. Cowoknya penderita penyakit jantung. (Terinspirasi dari MV) [Start: 27 Februari 2018]