Selama perjalanan, pikiran Tulus terus berandai-andai. Andai keluarganya masih utuh seperti dulu meskipun kedua orangtuanya jarang bercengkrama. Memang masalah hati tidak bisa dipaksa oleh siapapun. Hanya orangnya sendiri yang bisa merubahnya. Sayangnya, kedua orangtuanya tidak pernah berusaha untuk saling menerima dan mencintai.
Masalahnya sedikit rumit. Dan waktu itu hanya Tulus seorang yang berusaha. Sedangkan usahanya tidak pernah dilirik sama sekali.
Tulus menghentikkan laju motornya karena ia sudah sampai di gerbang. Setelah gerbang terbuka, segera diparkirkannya motornya tepat di depan rumah agar lebih dekat ketika ia akan pulang. Dibukanya helmnya dan ditaruh di atas motornya. Lalu, ia turun dari motor.
Baru saja Tulus sampai di ambang pintu, ia kembali berbalik. Karena ia teringat Melodi. "Ah, bego banget sih gue." Gumamnya.
Kembali, ia menyalakan mesin motornya dan membawanya lebih meminggir, tidak tepat di depan rumahnya. Karena, ia takut Melodi lewat di depan motornya dan nanti malah menghalangi langkah cewek itu. Sedangkan, ia tahu Melodi tidak bisa melihat.
Lalu, Tulus segera masuk ke rumah dan menghampiri Rian di meja makan. "Pa," sapanya.
"Hei, Lus. Ayo sini makan!" Ajak Rian.
Tulus melirik piring di depan Rian yang masih kosong, "Papa kenapa nggak makan duluan aja?"
"Nggak, Papa pengen nungguin kamu. Biar kita makan bareng." Mendengar ucapan Rian, Tulus tersenyum samar.
Ia langsung menghampiri kursi di sampung kanan Rian dan segera menyindukkan nasi untuk Rian dan dirinya. "Papa mau lauk apa?"
"Biar Papa ambil sendiri aja. Kamu udah kayak cewek aja segala nyindukkin nasi buat Papa."
"Tapi, Mama nggak gitu ke Papa." Celetuk Tulus yang dibalas dehaman Rian.
"Nggak usah bahas itu."
"Iya maaf, Pa."
Keduanya pun saling menikmati makanannya masing-masing. Sambil diselingi obrolan biasa.
***
Ketika Rian membiarkan Melodi sendirian, Tulus langsung menghampirinya. Bermaksud untuk lebih mengenal cewek itu. Siapa tahu ia bisa mengorek informasi dari Melodi jika mereka sudah kenal dan akrab.
"Melodi." Panggil Tulus dan segera duduk di samping cewek itu.
"Iya?"
"Lo masih ingat suara gue kan?" Tanya Tulus.
Melodi mengangguk pelan, "Tulus."
"Lo sekolah dimana?" Tanya Tulus mencoba lebih akrab.
"Hm...gue home schooling. Tapi, sesekali pergi ke sekolah."
"Maksudnya?" Tanya Tulus kurang paham.
"Karena itu sekolah Papa. Jadi, gue tetap terdata di absenan salah satu kelas. Tapi, gue sebenernya gue home schooling."
Tulus bergumam, lalu berkata, "Bisa gitu ya." Katanya bermonolog pelan. "Oh ya, tapi lo setiap ke sini sering pake seragam. Apa lo sekarang sering ke sekolah?"
Melodi mengangguk, "Iya." Jawabnya singkat.
"Kenapa harus home schooling? "

KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS MELODI
Novela JuvenilTentang dua orang yang memiliki kekurangan. Ceweknya penyandang tuna netra. Cowoknya penderita penyakit jantung. (Terinspirasi dari MV) [Start: 27 Februari 2018]