Merpati dan Laba-laba

284 12 2
                                    

Waktu menunjukan pukul 12 malam. Malam tidak egois ia mengalah karena tau pagi akan segera datang. Bayangkan saja kamu jadi malam yang merindukan pagi, namun saat pagi datang kamu justru pergi menghilang.
Selalu saja begitu walaupun sudah tau mereka tidak akan pernah bersatu.

"dordordor! Tidur Na, sudah malam jangan begadang terus!"
"iya bunda, ini Ana baru mau tidur kokkk"

Kirana Widya Sahasra, panggil saja Ana. Perempuan sangat biasa yang menghabiskan sepertiga hidupnya hanya untuk menulis apapun yang dia rasakan di buku pribadi miliknya yang ia namakan "hati kirana". Kirana adalah siswi yang baru lulus dari sekolahnya dan melanjutkan keperguruan tinggi swasta jurusan psikologi di daerah yang dikenal dengan sebutan padat penduduk, macet, dan polusi; Ibukota Jakarta.

Bundanya kirana, dia selalu memperhatikan hal2 kecil yang anaknya lakukan. Bagi Kirana ia adalah makhluk tuhan yang paling cantik dan baik di seluruh muka bumi ini. Seolah olah bundanya itu seperti sosok peri yang ada dalam cerita dongeng anak kecil, oh tidak tidak lebih dari peri, mungkin ratu peri.

Alarm Kirana yang suaranya bisa membangunkan seisi rumah berbunyi, ia sontak kaget karna sedang bermimpi melihat sepasang merpati yang dikelilingi laba-laba yang siap menyerang. Kirana memang sangat takut laba-laba. Seandainya alarm punya tangan, mungkin kirana akan mencium tangannya sebagai ucapan terimakasih karena sudah membangunkan dirinya.

Dihari pertama Kirana memutuskan untuk berangkat naik bus kota.

"Bunda antar saja ya?"
"Tidak usah bundaa, kirana ingin mengenali dan menikmati bagaimana suasana jakarta pagi ini"

Begitu ucapnya. Sesungguhnya Kirana tau bukanlah saat yang tepat untuk mengenali dan menikmati suasana jakarta dipagi ini. Pasti macet, bisa telat!. Namun Kirana tidak mau merepotkan bundanya dan membuat bundanya kelelahan. Begitulah kirana, mandiri dan tidak mau merepotkan orang yang dia sayang.

"Nisa"

Setelah sampai di aula kampus, seorang perempuan tiba-tiba menyebut nama memberikan tangan kanannya. Sedikit mengagetkan, kirana hanya diam melihat tangannya.

"Hey, Aku Nisa. Nama kamu siapa?"
"Eh iya.. Aku Kirana"
"Kamu jurusan psikologi?"
"Iya, aku psikologi"
"Huh..Akhirnya aku menemukan teman seperjurusan. Baiklah kirana. Salam kenal ya, kalo sekelas duduk sebelahku ya!"
"Panggil saja aku Ana. Baiklah"

Nisa, Orang pertama yang Kirana kenal dan ajak bicara saat hari pertama. Tidak disangka mereka mendapat kelas yang sama dan akhirnya mereka duduk bersampingan. Nisa orang yang baik, lucu, dan ramah.

"Heh! Ana!"
"Hah? Apa?"
"Hahaha kamu baru hari pertama masuk sudah melamun begitu. Sedang memikirkan apa?"
"huh kamu buat kaget saja, tidak ada kok"
"Mungkin kita baru kenal tetapi kamu tidak bisa berbohong!"
"Apa pesan yang tersirat bila di mimpi kita melihat sepasang merpati yang diserang laba-laba ya?"
"Banyak yang bilang sih merpati itu berhubungan sama percintaan, mungkin kamu akan jatuh cinta atau apapun. Tetapi arti laba-laba itu..."
"Hewan yang paling aku takuti di alam semesta ini."
Kirana memotong pembicaraan nisa.

"Mungkin cinta yang akan kamu temuin itu berat Na.."
"Hm sudahlah, lagipula aku tidak pernah percaya akan hal seperti itu!"

Hanya Kirana dan Tuhan yang tahu bahwa ia tidak seyakin itu dengan ucapannya.

Kelas sudah usai, Kirana memilih untuk tidak berlama-lama dikampus dan langsung menuju kerumah dengan bis kota.

"Bagaimana hari pertamamu ana?"
"Sangat baik bunda!"
Bunda tersenyum padaku.
"Yasudah langsung istirahat, jangan lupa makan ya anak bunda"
"iya bundaa"

Hari pertama yang Kirana jalani ini memang sangat baik, tetapi ada satu hal yang membuat semuanya terasa berat.

Ia mulai mengambil "Hati Kirana" dan sebuah pulpen didalam tasnya.

Terimakasih semesta untuk hari yang baik dan pesan baik yang tersirat darimu, aku meminta maaf jika aku salah sehingga membuatmu mengikutsertakan pesan yang buruk. Tolong semesta. Jangan marah. Aku khawatir.

-Kirana
(Merpati & Laba-laba)

Kirana terbangun di seperempat malam teringat belum menyiapkan apa yang harus dibawa besok kedalam tasnya. Kirana membuka tasnya, dan ia melihat lipatan kertas.

Hai, Kirana. Saya senang hari ini bisa melihat senyummu. Saya besok akan melihatnya lagi jika kau izinkan, bila tidak tak apa biarkan saya mencurinya.
Salam kenal.

Biar Aku SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang