Terima Kasih, Pengirim Surat.

36 2 1
                                    

*Sebelumnya, disaat ada keributan di kantin*

"Ada apa itu ribut sekali?"

"Mahasiswa baru sedang bermasalah dengan senior, waduh entah bagaimana nasibnya wanita itu"

"Wanita?"

"Iya, wanita"

Lelaki yang baru saja bertanya, langsung melihat siapa wanita yang dimaksud seseorang yang ia tanyakan tadi. Ia kaget, karena telah mengetahui bahwa Kirana lah yang dimaksud. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia ingin sekali membela Kirana yang sedang dalam masalah besar itu. Tetapi, tidak ada yang bisa ia lakukan. Tanpa berfikir panjang ia langsung bergegas pergi meninggalkan kantin untuk mencari bantuan.

Setelah cukup kesusahan untuk mencari bantuan pada akhirnya ia bertemu dengan dosen yang ia pun tidak mengenalnya.

"Pak, tolong dikantin ada keributan. Saya tidak bisa berbuat apa-apa." Ucap lelaki tersebut dengan nada yang memburu.

Tanpa berfikir panjang, mereka bergegas kembali ke kantin. Suasana kantin sudah semakin ramai seiring keributan.

Karena tersadar ada dosen yang menghampiri, keributan itu mulai mereda. Perlahan keramaian bubar. Mahasiswa yang menyaksikan keributan itu mendadak harus menjadi saksi, menceritakan apa yang terjadi kepada dosen yang baru datang itu. Para senior laki-laki itu tiba-tiba menghilang meninggalkan kantin. Disisi lain Kirana berlari menjauh dari kantin. Dan lelaki yang menolong Kirana itu menghilang lebih dulu sebelum hilangnya masalah itu.

Maaf, hanya ini yang bisa saya lakukan. Menjaga dengan mengandalkan kekuatan orang lain. Saya tetaplah pengecut, tidak lebih dari itu. Tetapi saya bahagia, walaupun saya tidak ada dibalik cerita hari ini ataupun saya tidak tertulis di buku harianmu, saya bahagia.

****

"Sekalipun kamu adalah satu-satunya manusia yang ada, aku tidak akan cerita apapun, Arsa." Ucap Kirana yang ingin meyakinkan Arsa bahwa ia harus pergi, Kirana hanya ingin menyendiri.

"Ana, sekalipun saya adalah satu-satunya manusia yang ada. Walaupun telinga saya tidak akan pernah mendengar kata-kata dibalik cerita. Namun kedua bahu saya diciptakan untuk menampung air mata yang saya tahu kau sedang membutuhkannya."

Kirana terdiam. Tidak ada kata yang dapat ia ucap karena lelah dengan masalah yang ia hadapi, namun disisi lain apa yang diucapkan Arsa sangatlah benar. Ia sangat membutuhkan bahu untuk menampung segala kesedihan yang ia simpan.

"Boleh saya duduk disampingmu?" Tanya Arsa.

Kirana hanya terdiam tanpa sepatah katapun.

Arsa yang tidak mendapat tanggapan apapun bergerak duduk disamping Kirana. Diam adalah jawaban yang membingungkan.

Kirana melihat bebatuan ditanah dengan tatapan kosong.

"Apa yang sedang kau fikirkan?" Tanya Arsa kepada Kirana yang diam itu.

Sekali lagi tanpa ada jawaban ataupun balasan.

"Baiklah, saya akan berhenti bertanya apapun."

Mendengar Arsa berkata demikian, Kirana menghela nafasnya.

"Biarkan saya yang bercerita." Lanjut ucap Arsa.

Entah apa yang dirasakan Kirana saat ini, entah ucapan Arsa yang membuat ia ingin mendengarkan ceritanya atau rasa lelah menanggapi Arsa yang selalu keras kepala.

"Saya tidak percaya akan cinta yang dihadirkan semesta."

Kata-kata singkat yang diucapkan Arsa membuat Kirana menyadarkan tatapan kosongnya dari bebatuan ditanah yang sedari tadi ia pandangi.

"Semesta menghadirkan cinta begitu rumit. Entah sudah berapa kali cinta mengambil alih segalanya. Dan sampai sekarang pun saya tidak pernah tau cinta hadir dari mana."

"Seperti rumput liar, terus tumbuh dan tumbuh tidak peduli berapa kalipun kita memotongnya. Tanpa bisa menebak ditempat mana ia akan tumbuh. Tidak peduli diharapkan atau tidak keberadaannya. Tidak peduli siapa pemilik tempat yang ia tumbuhi. Dan tidak peduli walaupun terinjak-injak ribuan jejak. Ia akan tetap tumbuh."

Kirana masih terdiam,mendengarkan dengan baik baik setiap kata yang diucapkan Arsa.

"Saya tidak percaya cinta." Ucap terakhir Arsa.

"Tetapi kamu bisa hidup sampai saat ini karena cinta Arsa!" Bentak Kirana, karena ia telah sadar, ada yang salah didalam diri Arsa.

Entah apa yang membuat Arsa sebegitu yakinnya bahwa ia tidak percaya akan cinta yang dihadirkan semesta. Tetapi setiap kata yang terucap dari mulutnya bukanlah hanya sekedar kata-kata. Itu seperti teriakan hatinya yang selama ini ia kubur dalam-dalam.

Berapa kalipun Kirana disakiti dan dibuat kecewa oleh cinta tidak membuatnya tak percaya akan cinta. Karena ia merasa masih ada sosok bunda yang ia tau sangat mencintainya. Tetapi, Arsa berbeda. Ia sangat yakin sekali atas semua perkataan yang keluar dari mulutnya.

"Apa yang membuat kamu selalu hadir?" Tanya Kirana

"Maksudmu?"

"Untuk kesekian kalinya kamu selalu ada disaat-saat tak terduga, bahkan sampai sampai rumahku?"

"Tidak tau." Jawab singkat Arsa.

"Bukan hanya sekali atau dua kali. Tetapi ini sudah yang kesekian kalinya Arsa. Tidak tau hanyalah jawaban bodoh."

"Mengejar sesuatu."

"Sesuatu apa maksudmu?"

"Saya memang tidak percaya cinta."

"Aku tau."

"Tetapi saya percaya akan bahagia dengan wanita yang masih memiliki cinta didalam dirinya. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Biar Aku SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang