Part XVI

1.3K 359 36
                                    

Ten berjalan dengan langkah senang menuju kamar Lin. Kali ini ia bahkan membawa sesuatu untuk Lin. Sebuah boneka panda berukuran setengah tubuh Ten.

Boneka panda ini sangat mengemaskan, dan mengingatkan Ten pada Lin. Jadi, tadi Ten berhenti di toko dan membeli boneka panda tersebut.

Langkah Ten melambat ketika melihat Tante Lin tengah berdiri di depan kamar rawat Lin sambil sesekali mengelap wajahnya kasar. Ten kemudian kembali mempercepat langkahnya.

"Tante?" tanya Ten khawatir.

"Oh, Ten," sapa balik Tante Lin pelan.

"Ini... kenapa? Kok Tante keliatan gelisah?" tanya Ten lagi, Tante Lin kembali mengelap wajahnya kasar dan menghembuskan napasnya berat.

"Lin drop," jawab Tante Lin.

Bruk

Ten menjatuhkan boneka panda yang sedaritadi ia pegang. Kemudian Ten melihat Lin lewat kaca yang ada di pintu itu.

"Li—" ucapan Ten terpotong ketika melihat gadis-nya itu terbaring dengan masker oksigen di wajahnya yang cantik itu.

"Penyakitnya udah dua tahun ada di tubuhnya. Belakangan emang sering drop. Apalagi sebelum ketemu kamu. Sering banget," celetuk Tante Lin, Ten terdiam sambil terus memandang wajah Lin dari jauh.

"Dia gak mau operasi. Katanya takut. Kemoterapi juga gak mau, katanya nanti dia jadi jelek." Tante Lin tertawa hambar.

"Soal operasi, emang susah buat dapetin sumsum tulang belakang. Kedua orang tua Lin juga udah gak ada, jadi semakin susah," sambung Tante Lin.

"Dokter Lee bilang. Kita harus bersiap aja." Tante Lin menepuk pundak Ten pelan, kemudian pergi sambil menahan air matanya agar tak tumpah.

Ten meremas ujung kemejanya mendengar penjelasan Tante Lin barusan. Tidak bisa, ia baru saja bertemu dengan Lin. Ia tak mau berpisah dengan Lin!!

Malam harinya sekitar jam setengah satu malam, keadaan Lin membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya sekitar jam setengah satu malam, keadaan Lin membaik. Gadis itu bahkan sudah membuka matanya. Ya, walau masker oksigen itu masih menutupi wajahnya sih.

"Pandanya buat aku?" tanya Lin dengan suara seraknya, Ten mengangguk.

"Buat nemenin kamu," jawab Ten, Lin tersenyum.

"Makasih," balas Lin, Ten kembali tersenyum.

"Cepet membaik. Aku punya kejutan buat kamu," kata Ten sambil menggenggam tangan Lin yang dingin.

"Apa?" tanya Lin sambil menatap mata Ten.

"Kejutan. Namanya kejutan ya gak boleh di kasih tau. Makanya cepet pulih," kata Ten lagi, Lin tersenyum.

"Kak," panggil Lin, Ten mengangkat sebelah alisnya.

"Bangau kertas, ambil dua," kata Lin.

"Dua?" tanya Ten, Lin mengangguk.

"Soalnya kalo satu aku yakin Kakak gak bakal dapet," canda Lin, Ten terkekeh pelan. Kemudian lelaki itu lagi-lagi harus menghampiri kotak itu.

Kotak kelima. Zonk.

Begitu juga kotak keenam. Lagi-lagi Ten mendapatkan bangau yang zonk.

Kenapa zonk terus sih???!!! Pikir Ten.

"Istirahat ya," ucap Ten lembut, kemudian lelaki Thailand itu mengecup kening Lin dengan lembut.

"Kakak bakal nemenin kamu disini," kata Ten lagi kemudian duduk di kursi samping ranjang Lin.

"Kak," panggil Lin, Ten berdehem.

"Nado saraghae," kata Lin kemudian memejamkan matanya. Ten tersenyum mendengar itu.

 Ten tersenyum mendengar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1000 Bangau Kertas | Ten✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang