Satu▪Kesempatan Untuk Tinggal.

1.7K 185 6
                                    

Ternyata, Alby menyayangi gadis satu-satunya yang berada didalam tempat terkutuk ini.

Alby memberiku waktu 5 hari tinggal di dalam slammer. Dengan makanan-hanya dapat jatah makan siang. Dan jika ada sisa, aku diberikan makan malam oleh mereka. Dan aku tak izinkan untuk keluar.

Aku senang karena hari ini dan empat hari kedepan aku tak harus berlarian di dalam maze untuk mencari jalan keluar bersama Minho dan Thomas seperti biasanya.

Tapi, rasa takut juga selalu menghantui pikiranku. Karena empat hari lagi, aku akan menjadi milik maze sepenuhnya.

"Biasanya, aku bangun jam segini memakan roti isi, kemudian dengan cepat aku berlari ke pintu utama lalu menunggu pintu itu terbuka."

"Ah, aku semakin merindukannya. Padahal, aku baru semalam berada di kamar baruku ini."

Semenjak tadi malam, aku memang suka berbicara sendirian layaknya orang gila. Setidaknya, aku tak merasa bosan sambil menunggu hari dimana aku akan mati.

"Aku tahu kau pasti merindukan ini" kata seseorang yang tiba-tiba memberikan ku roti isi buatan Frypan.

Aku tersenyum lalu menatap mata sipitnya itu. "Thanks, Minho."

"Tak masalah, Ash. Aku turut sedih atas kejadian yang kemarin menimpamu."

"Dan aku berterima kasih kepadamu. Karenamu, aku gagal menjadi santapan para Grievers kemarin."

Iya. Aku disengat Grievers karena menyelamatkan Minho yang hampir ditikam Grievers kemarin.

Aku tertawa.

Aku tahu betul ini bukan lelucon, tapi aku harus terlihat baik-baik saja didepannya. Karena aku tak mau membuat khawatir orang-orang.

"Forget it, Minho. Aku hampir saja melupakan wajah menjijikkannya, haha"

Minho hanya tersenyum.

"Oh iya, aku pergi dulu ya. Thomas sudah menungguku sejak tadi. Dan aku berjanji, aku akan memberikan yang terbaik untukmu. Walaupun bukan jalan keluar, setidaknya itu akan memudahkanmu untuk menyelamatkan diri di dalam sana."

"Oke, bye Minho."

Lalu Minho berlari meninggalkanku.

Kuharap, dia menemukan jalan untuk kami semua keluar dari tempat terkutuk ini.

-

"Hai, Ashley. Ini jatah makan malammu. Maaf aku hanya bisa memberikan setengah gelas susu dan setengah piring nasi goreng, karena hanya ini yang tersisa." Ucap pria berambut dirty blonde sambil memberikan hal-hal yang tadi dia sebutkan kepadaku.

"Tak apa, aku menghargai ini semua. Thanks, Newt." Ucapku sambil tersenyum.

Newt membalas senyumanku.

Dia manis sekali!
Ya Tuhan, pipiku memanas. Aku yakin warnanya sudah menjadi merah tomat sekarang.

Aku memang menyimpan sedikit perasaan kepada Newt sejak dua tahun yang lalu.
Namun, hanya Tuhan dan aku yang mengetahuinya.

"Aku heran, mengapa mereka membatasi porsi makanku?"

Newt membalas, "mungkin, mereka takut jika kau cukup kuat sehingga kau menyakiti para Gladers."

"Tapi aku yakin, bahkan sangat yakin kau bisa menahan jiwa crank-mu agar tak menyakiti Gladers lainnya."

"Bagaimana kau bisa seyakin itu?"

"Lihat, tubuhmu sudah berubah. Namun kau tak berniat menggapai dengan brutal atau bahkan membunuhku ataupun Minho."

"..Jadi, kau melihatku dan Minho tadi pagi?"

"Aku selalu memperhatikanmu, Ashley."

"Eh? Maksudku,-huh? Entahlah, Aku pergi dulu. Bye, Ash." Lanjut Newt salah tingkah.

Aku tersenyum sendiri sambil melihat punggung Newt yang semakin menjauh dari pandanganku.

Setelah itu, aku memilih untuk tidur.

-

"Maafkan ibu, Ashley." Kata seseorang wanita paruh baya yang memakai jas putih serta name tag bertuliskan Ava Paige.

"Ibu melakukan ini agar kau tak menderita disini, seperti ibu."

"Tapi ternyata, itu malah membunuh kamu."

"Tiga hari lagi. Entah kau akan mati saat itu juga ataupun kau akan selamat, tolong ingat satu hal,"

"Wicked is good."

-

Aku terbangun dari tidurku.
Kurasa, ini sudah jam satu.

"Mimpi apa aku? Dan siapa wanita itu? Apa dia ibuku? Tapi apa maksudnya 'melakukan ini'? Dan 'membunuh kamu'?"

Ah, aku semakin pusing.

Belum lagi kata-kata "Wicked is good" yang selalu terbayang-bayang di kepalaku. Seperti ada yang mengatakannya berkali-kali dan tak ingin keluar dari sana.

Sudahlah, lupakan saja.

Akupun mendekati pintu slammer ini, aku melihat kearah Gladers yang sedang tertidur lelap. Kuyakini, mereka pasti lelah. Bekerja tak henti-henti hari ini, besoknyapun bekerja lagi.

"Andai, aku bisa terbang. Kalau aku bisa, sudah kulakukan dari dulu untuk meninggalkan tempat ini." kataku sambil menatap bulan yang hampir tertutup awan.

"Andai, kau belum menjadi crank. Pasti sudah kuajak jalan-jalan sebelum kau pergi dari sini"

Pria berambut blonde itu mengagetkanku.
Kukira dia sudah tetidur sejak tadi.

"Kau belum tidur?" tanyaku sambil menatap manik matanya.

"Sudah, sekitar 2 jam mungkin?"

Aku mengangkat alis kiriku, "lalu??"

"Aku melihatmu berbicara sendiri. Kupikir kau sudah gila."

Aku memukul kepalanya.
Enak saja aku dibilang gila.

"Bukan gila, aku hanya merasa kesepian."

Dia tertawa, "haha, iyaa iyaa!".

"Bayangkan saja, kau menyelamatkan temanmu yang sedang diseret Grievers, tapi kau malah disengat,"

"Dan kau tahu? Aku merasa, aku menjadi makhluk paling berdosa yang berada di tempat antah-berantah ini." Lanjutku sambil tersenyum. Kuyakini, itu adalah senyum palsu.

Kulihat, raut wajah Newt menjadi tak beraturan. Bisa disimpulkan, dia terlihat sedih.

"Ash, maafkan aku. Aku tak bisa membantumu. Aku,-"

"Tak apa Newt. Dan kau kembali saja ke tempat tidurmu. Aku ingin melanjutkan mimpi indahku," aku mengusirnya. Aku tahu dia pasti lelah, tapi dia menyempatkan waktunya untuk menghiburku. Dan perihal mimpi indah, tolong jangan tanyakan. Aku saja tak tahu apa maksud dari mimpiku barusan.

"Baiklah, selamat melanjutkan mimpi indahmu, good night, Sweetie." Katanya sambil mengacak-acak rambutku dari luar.

"Good night too, Newt." Aku tersenyum.

-
840 words! Maaf gajelas hh

five days | newt ✵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang