Bagian 4

15 5 2
                                    

Don't care for those who ignoring you
Care for those who ignoring others for you.
🍀🍀🍀

Taman belakang sekolah yang sepi dan tenang, di sanalah Putra membawa Kiki. Di sana Milka dan Rosa sudah lama menunggu. Sebenarnya Putra yang menyarankan agar Milka dan Rosa menunggunya.

Tangisan Kiki sudah lama reda. Tapi, hingga sekarang tak ada seorang pun yang berani berbicara. Mereka hanya membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesunyian.

"Ng... Kita balik ke kelas dulu ya, ingat lima menit lagi bel masuk kelas, jangan bolos soalnya Pak Anton yang masuk loh." Kata Milka sambil mengusap lembut pundak Kiki. Tak lama kemudian Rosa dan Milka sudah menghilang tak terlihat.

Selang beberapa detik Milka dan Rosa meninggalkan Kiki dan Putra, Kiki tidak melepaskan pandangannya dari Putra.

"Huh.... " Putra menghela nafasnya berat.

"Bukannya gue udah sering bilang sama lo kalau lo harus ngelupain dia. Lo keras kepala banget sih."

Kiki hanya tersenyum, entah kenapa omelan Putra selalu berhasil menghiburnya.

"Ini udah kelamaan Ki... Kalo gini terus yang rugi itu elo, nggak ada untungnya juga kan terus-terusan ngejar dia?"

Senyum Kiki justru semakin lebar.

"Kiki...lo dengerin gue nggak sih?" Putra menghentikan nasihatnya. Putra membalikkan badannya memposisikan dirinya membelakangi Kiki.

"Jangan marah dong... Iya janji gue bakalan move on deh dari dia. Tapi gur nggak bisa janji buat ngelupain dia dalam waktu dekat." Kiki mencoba membujuk Putra.

"Nggak cuma itu, lo juga harus janji nggak bakalan pernah nangis lagi!" Putra memutar badannya hingga dia berada di depan Kiki.

"Kalo itu gue nggak bisa janji." Kiki melipat kedua tangan.

"Ya udah gue nggak maafin lo."

"Iya deh gue janji nggak bakalan nangis gara-gara Atha." Kiki menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Putra.

"Yah...lo curang...." walaupun Putra tahu yang selama ini membuat Kiki menangis itu hanya Atha.

"Yah kan sama aja?"

"Terserah loh deh, pergi yuk, bentar lagi bel masuk bunyi."

"Bolos yuk?" Kiki yang masih setia dengan posisi duduk menahan tangan Putra.

"Nggak boleh, lo nggak denger apa kata Milka tadi? Pak Anton masuk ke kelas lo. Lo mau dapet masalah?" Putra cukup heran melihat sikap Kiki yang aneh, baru saja dia dapat masalah dia justru mencari masalah baru.

"Iya deh"

***
Sejak bel istirahat berbunyi hingga sekarang Kiki tidak henti-hentinya berbicara mengenai perlakuan Atha kepada teman-temannya.

"Tau nggak sih, dia itu seolah bilang ke gue kalo gue nggak usah sok deket sama dia, nggak usah sok akrab sama dia. Ngeselin banget deh. Pengen gue jitak tuh kepalanya. Untung ganteng kalo nggak udah gue jambak tuh rambutnya sampe botak."

"Santai kali Ki, lo itu aneh tau nggak tadi aja nangis nggak mau bicara sekarang lo malah ngomel nggak jelas. Mana panjang banget lagi kayak kereta api." Milka kesel sekali seakan-akan ingin menyumpal mulut Kiki dengan kertas.

"Gue juga bingung kenapa gue bisa gitu. Pengen banget gue benturin kepala gue ke tembok biar gue kena amnesia." Kata Kiki sambil membenturkan kepalanya pelan berulang kali ke meja.

"Lo kira kalo lo amnesia semuanya bakalan jadi kayak semula? Itu sama aja kayak lo bunuh diri. LO KAYAK ORANG SINTING TAU!" Tanya Milka.

"Ya iyalah, gue kan bisa ngelupain semua yang terjadi hari ini. Mungkin juga bakalan lupain perasaan gue ke Atha."

Thank YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang