Dulu hidup ku sempurna, namun semua berubah sejak tiga keledai menyerang.
Semua lenyap bagai kayu yang terbakar dan menyisakan abu lalu tertiup oleh angin. Benar-benar lenyap tanpa sisa.
Atha🍀🍀🍀
Mulai siang tadi hanya rintik hujan yang turun. Aku memutuskan untuk menyusuri lorong sekolah. Padahal mereka hanya singgah sebentar ke sekolah tapi mereka menyuruh ku mengantarkan mereka ke sekolah.
Flashback on...
Sebenarnya ponselku sudah berdering sejak tadi, tapi saat aku mengetahui siapa yang menelepon, aku jadi malas mengangkatnya. Aku tetap melanjutkan hayalan ku sambil terus mendengar musik dari earphone.
Tapi karena ponsel itu terus berdering aku memutuskan untuk mengangkatnya.
"Hoah... Maaf ya Pa, aku tadi ketiduran abisnya capek banget sih di sekolah." Jawab ku dengan suara yang diusahakan seserak mungkin.
"Heh!... PAPA... PAPA... lo kira gue bokap lo? Buruan anterin gue, jangan lupa jemput Roy sama Denis baru ke rumah gue. " Teriak Alva dari seberang sana.
" Eh...Sorry...Sorry. Gue kira tadi bokap gue. Iya iya gue-" Alva langsung memutuskan sambungannya. "Lo kira gue sopir lo?"
Sesuai dengan tebakan ku, dia pasti akan memerintah ku. Aku pergi sebentar ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan. Setidaknya cemilan ini bisa membungkam mulut para kedelai bodoh itu.
Flashback off...
Mereka sudah pergi sekitar lima belas menit yang lalu. Mereka hanya mengambil entah apa dari loker mereka masing-masing lalu pergi. Awalnya aku sudah menyalakan mesin mobil ku tapi mereka dijemput oleh Tama.
Ohh...iya aku baru ingat kau hari ini adalah hari ulang tahun Tama. Tahun lalu mereka masih mengundang ku. Sekarang seakan-akan aku tidak dilahirkan di dunia ini.
Padahal tahun lalu, hiasan di setiap sudut ruangan tidak akan dipasang tanpa persetujuan dari ku. Atha yang malang.
Sekolah sangat sepi, hanya ada beberapa siswa yang berteduh. Mereka mungkin baru selesai latihan paduan suara.
Kenapa aku bisa yakin kalau mereka adalah anak-anak padus? Karena aku masih ingat dengan adik kelas berponi itu. Dulu dia gencar sekali mendekati ku meski dia sudah tau kalau aku punya pacar. Tapi, sekarang dia justru ikut menjadi orang yang selalu mencaciku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You
Teen FictionApakah masih ada sedikit ruang di hatimu untuk ku isi? Atau apakah kau mau mengosongkan sedikit tempat di hatimu untuk ku isi? Sungguh pertanyaan ini menyiksaku. Sungguh kenyataan ini menyakitiku. Cinta itu misteri Ketika kita sibuk mengejar satu c...