Bagian 5

9 2 0
                                    

Kita tidak akan pernah bisa memaksakan kehendak kita pada apa yang akan terjadi pada hidup kita.
Karena hidup semenyebalkan itu. Cukup nikmati saja alurnya!
Kiki
🍀🍀🍀

"Hoah..." aku akhirnya bisa lolos dari dunia mimpi yang tidak mengizinkan ku meninggalkannya.

Aku mencoba meraba tempat tidurku karena mataku masih enggan terbuka dengan sempurna. Seingatku aku meletakkan hpku di dekatku semalam.

Aha... Akhirnya aku mendapatkannya.
Mataku mencoba fokus menatap  layar persegi empat itu. Ternyata mereka masih melanjutkan obrolan tak jelas itu. Obrolan tentang pacar baru Rosa.

Sekedar info saja ya, Rosa baru punya pacar dan dia adalah waketos sekolah yang sudah sejak lama suka pada Rosa. Tapi baru kali ini Rosa membalas perasaan Syahrul. Mereka memang cocok, tapi Rosa tidak menyukainya. Bahkan Rosa sempat risih pada Syahrul. Aku dan Milka hanya berharap agar Rosa tidak menjadikan Syahrul sebagai pelariannya saja. Syahrul itu terlalu tampan untuk dipermainkan, menurutku.

Matahari sudah sibuk menebarkan kehangatannya sejak dua jam lalu, tapi aku masih enggan bangkit dari tempat tidur kesayanganku ini. Seakan-akan tempat tidurku sedang memelukku dan tidak mengizinkanku meninggalkannya. Mengingat ini hari minggu membuatku malas turun ke bawah dan melahap sarapanku.

Dan pada akhirnya setelah mandi aku turun juga ke bawah. Aku tetap membiarkan rambut ikal ku basah dan menjepitnya asal agar tidak mengganggu pandanganku. Setidaknya rambutku akan terlihat lurus kalau masih basah.

Pemandangan pagi ini cukup hangat, tapi itu kalau orang lain yang melihatnya.

"Pagi sayang..." Mama melemparkan senyuman hangat padaku. Lalu kembali melahap nasi goreng yang ada dihadapannya.

"Pagi Ma... " aku menyeret kursi yang ada di samping mama. Lalu mengambil dua lembar roti dan mulai mengolesi selai kacang ke salah satu sisinya. Rasanya di rumah ini hanya aku yang memakan roti-roti ini. Jumlahnya tidak pernah berkurang. Selai-selai ini juga tak pernah habis.

" Kok kamu baru bangun jam segini?" Tanya papa setelah selesai menyesap kopi di depannya lalu kembali fokus membaca koran. Papa lebih suka sarapan hanya dengan segelas kopi hangat. Atau mungkin dia akan sarapan di luar nanti. Atau juga mungkin dia sudah sarapan tadi.

Aneh sekali menurutku, ini hari minggu jadi memang wajar bagiku bangun jam segini. Justru aneh kenapa ada keluarga yang baru sarapan jam segini. Ini bahkan hampir jam sembilan.

"Semalam tidurnya kemalaman Pa." Jawab ku jujur, memang semalam aku sibuk mengobrol dengan teman-temanku.

Hanya itu, lalu Papa dan Mama kembali mengobrol asik. Nampak sangat hangat. Tapi semua itu palsu.

Aku bahkan yakin sekali seyakin bumi itu bulat kalau mereka baru mulai mengobrol saat mendengar derap langkah ku menuruni tangga. Mereka seperti ingin menunjukkan sebuah keluarga yang hangat padaku.

"Nanti Papa sama Mama mau keluar dulu, mungkin pulangnya agak sorean." Kata mama saat sudah mengakhiri sarapannya.

Keluar itu maksudnya apa? Jalan bersama? Apa mungkin mereka ingin menghabiskan akhir pekan bersama? Memangnya ada orang yang katanya pergi bareng tapi bawa mobil masing-masing.

"Kamu nggak papakan sendirian di rumah?" Tanya papa sambil melipat korannya.

Pertanyaan macam apa itu? Aku bahkan sering tinggal sendiri di rumah. Mereka ini seakan-akan mengatakan kalau mereka peduli kepada ku. Tapi semua itu palsu.

Thank YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang