Hari ini adalah hari Jumat, hari dimana aku les Matematika dengan Kang Badrun. Biasanya aku pergi bersama Aji dihari itu, kebetulan dia juga les dengan Kang Badrun. Tak heran jika orang selalu mengira aku dan Aji itu pacaran, karena kemana-mana aku selalu bersama Aji. Bahkan untuk ke luar kota pun bunda menyuruh Aji menemaniku pergi.
Tetapi aku dan Aji hanyalah sepasang sahabat yang mencintai satu sama lain sebagaimana rasa seorang sahabat. Dia sudah seperti abangku sendiri yang selalu menyayangiku setulus hatinya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.15, berarti tinggal 15 menit lagi Aji menjemputku untuk pergi les bersama, karena sudah menjadi kegiatan rutin setiap hari Jumat sore. Aku telah selesai mandi dan berpakaian sejak 15 menit yang lalu, sekarang aku tinggal memoles mukaku sedikit dengan alat makeup sederhanaku.
Seperti biasa, aku hanya memakai lipstik pink kesukaanku sedikit ditambah bedak dan maskara sedikit, sudah lengkaplah penampilanku hari ini. Aku sedang menunggu Aji datang kerumah, namun sekitar 10 menit aku tunggu Aji tak kunjung datang.
Saat aku tengah memainkan handphoneku dikamar, tiba-tiba Jivi datang memasuki kamarku. "Haaiiii kakakku...." sapa Jivi sambil membuka pintu kamar. "Eh ada Jivi, tumben ke kamar kakak. Ada apa dek?" saut Kia.
"Kok kakak belum pergi les? Kak Aji juga kemana, kok gak jemput kakak? Tumbennn..." tanya Jivi. "Kakak juga gak tau dek Aji kemana, tumben aja dia nih lama" saut Kia dengan memainkan handphonenya.
"Yaudah kakak chat kak Aji aja, siapa tau dia lupa? Atau dia lagi dijalan? Kakak tuh harus positive thinking, gak boleh negative thinking ya" ucap Jivi. "Adek kakak sekarang udah pandai ya, malah adek yang nasihatin kakak. Iya ini kakak juga lagi spam Aji tapi gak tau kenapa gak dibalas" Kia menatap lekat Jivi dengan tersenyum manis.
"Tunggu aja kak, atau kakak telpon aja kak Ajinya" saran Jivi membuat Kia tersentuh dan langsung menekan nomor Aji dan menelponnya.
Kia : "Ji lo dimana?"
Aji : "Gue di cafe, ngapa?"
Kia : "Kok lo gak jemput gue? Kan kita mau les tempat Kang Badrun"
Aji : "Sorry ki, lo pergi sendiri aja ya. Sekalian izinin gue ke Kang Badrun kalau hari ini gue gak ngeles dulu"
Kia : "Lo dimana ji? Kok banyak suara musik? Lo bukan dicafe nih, tapi lo di BAR kan?"
Aji : "Gak usah sok tau deh lo, gue lagi sama Liany. Jangan ganggu!!"
Kia : "Lo berubah ya ji, lo ngapain ke Bar? Kan lo gak pernah ke Bar, Liany kan yang ngajak lu? Kok lu mau sih? Udah terbukti dia bawa pengaruh buruk sama lo"
Saat Aji dan Kia tengah mengobrol via telpon, Liany yang berada disamping Aji langsung merampas hp Aji,
Liany : "Lo gak usah ngurusin hidup Aji. Lo bukan siapa-siapa Aji jadi lo gak usah peduli sama kehidupan gue dan Aji. Dan lo harus inget, kalau gue dan Aji udah resmi pacaran. Dan gue bakalan rubah Aji lebih bagus daripada lo. Jadi sekarang gue yang urusin dia bukan LO ! "
Kia : "Hahaa.. Lo lagi, lo lagi si Cewe Pembawa Sial, si Cewe Gila, si Cewe nakal. Lo udah bawa pengaruh buruk buat Aji, maksud lo apaan? Cewe apaan lo kayak gitu? Gak guna lo sama Aji"
Liany : "Jaga omongan lo. Sekarang lo kalau mau kemana-mana sendiri ya, jangan pernah numpang sama Aji lagi karena gak bakal gue kasih kalo lo berhubungan sama Aji lagi. Sekarang dia udah sibuk sama gue"
Kia : "Liat aja lo apa yang bakal gue lakuin ke cewe gatal yang gak tau diri kayak lo"
Kia langsung mematikan telpon itu dan sangat merasa kesal bercampur amarah karena kejadian itu dengan mendengar Liany telah merubah sifat Aji. Karena tidak dapat menahan kesal dan amarahnya, Kiapun menangis dipundak Jivi.
Jivi merasa heran dengan kakaknya, karena setelah telpon dengan Aji, kakaknya langsung menangis dengan tersedu-sedu.
Karena merasa heran melihat kakaknya yang menangis dipundaknya, ia pun bertanya kepada Kia, "Kak lo kenapa? Kenapa abis nelpon sama Kak Aji lo nangis? Kak Aji ngomong apa kak? Dia apain lo?" tanya Jivi.
"Hiikksss..... Hiiikkssss... Hiikkkss... gue sedih vi, Aji berubah ke gue karena cewe gak tau diri itu. Gue sayang sama dia tapi dia udah berubah ke gue didepan cewe itu" balas Kia.
"Cewe siapa kak?" tanya Jivi kembali, "Liany, cewe Aji sekarang. Dia udah ngerubah Aji vi, gue gak terima" balas Kia. "Udah kak, kak Aji gak bakal berubah ke lo, secara lo sama dia udah lama banget kak" saut Jivi.
Saat Kia tengah menangis dipundak Jivi, dari arah luar bunda mendengar suara tangisan Kia dan bundapun langsung masuk ke kamar Kia untuk memeriksa keadaannya.
"Kamu kenapa ki? Dari luar bunda denger kamu nangis segitunya. Siapa yang anu kamu?" tanya bunda, "Kak Aji bun," saut Jivi. "Dia apain kamu ki? Kok sampe segitunya kamu nangis gara-gara dia?" tanya bunda kembali.
"Bun, Aji berubah dengan aku sekarang dia udah ada pacar bun, sedangkan dia berubah drastis sama aku" jawab Kia, "Udahlah ki, gapapa. Dia gak bakal berubah kok ke kamu, sekarang kamu siap-siap gih, kalo Aji gak jemput biar Kang Adi aja yang antar kamu" bunda berjalan pergi meninggalkan kamar Kia.
Kiapun langsung menghapus air matanya dengan tisu dan langsung mengambil tas dan turun kebawah ditemani dengan Jivi.
"Kang, antar aku les dong ke tempat Kang Badrun" ucap Kia. "Baik neng, sebentar ya saya siapkan mobil dulu" balas kang Adi.
Dari arah dalam rumah, bundapun keluar sambil membawa sebungkus makanan, "Nitip ya ki buat kang Badrun, titip salam juga" ucap bunda sambil menyulurkan bungkusan itu, "Baik bun, nanti Kia sampaikan".
"Udah siap tu kak kang Adinya, kakak pergi lesnya yang fokus ya. Gak usah ingat kak Aji dengan cewe itu, selalu ingat kalau kak Aji sayang sama kakak" Jivi langsung memberi senyuman tipis dari bibir tipisnya,
"Iya vi iya, nengok nih anak bunda udah pinter nasihatin kakaknya, udah sama kayak bundanya ya, hahaha...." ucap Kia sambil mengusap kepala Jivi dengan lembut. "Yaa dong kak, udah gih kakak pergi gih ntar kang Adi nunggunya lama" saut Jivi kembali.
"Yaudah bun, aku pergi dulu ya. Assalamualaikum.." Kia langsung menyalami tangan bundanya dan masuk kedalam mobil lalu bergegas pergi meninggalkan rumah bersama kang Adi.
YOU ARE READING
Special BestFriend
Teen FictionAku mencintainya namun semua itu hanyalah mimpiku, Dialah sahabatku namun entah mengapa aku tak mengizinkan semua itu terjadi? Mengapa cinta itu rumit? Apa cinta tak mengizinkan aku bersamanya? Bagaimana cinta terkahirku? Mengapa semua terjadi dalam...