Day one

26.4K 1K 96
                                    

Dia Dewantara Winchester, terlahir sebagai Dewa yang memberi senyuman bagi semua yang melihatnya.

Cita-citanya tak sulit, hanya ingin orang lain tersenyum dan tidak merasa sedikitpun penderitaannya.

Kadang, ketika ada yang bertanya pada abangnya tentang orang tua mereka, lelaki itu akan menjawab bahwa kedua orang tua mereka bercerai.

Tapi Dewa tidak, dia akan menjawab yang sesungguhnya. Kedua orang tuanya tidak pernah menikah, mereka hanya berpisah setelah tidak memiliki hal lain untuk bertahan. Setelah itupun, mereka terbuang.

Beruntung dia memiliki abang yang sangat pekerja keras, yang bekerja tanpa mengenal kata lelah hingga kebutuhan mereka terkecukupi.

Dewa tumbuh, menjadi remaja pada umumnya. Menyukai musik dan olah raga, menyukai hewan peliharaan dan tentu menyayangi Kakak satu-satunya, Ben.

Meski terlihat keras, Ben Winchester adalah sosok hangat dan paling ramah. Jika Dewa hanya tersenyum tipis, maka Abang adalah sosok yang akan tertawa lebar, menunjukkan senyum gusinya yang manis dan lucu, akan menyebarkan kebahagiaan dari senyumnya.

Mereka terus tersenyum bersama, bahkan ketika cerita cinta keduanya tak indah, atau cerita diluar rumah menyakitkan, ketika mereka bersama hanya ada kebahagiaan dan tawa.

Seperti angin yang menyejukkan sore, senyum mereka menyejukkan satu sama lain.

"Lo belum gila, kan?" Entah, ditengah acaranya merangkai kata tentang dia dan Abangnya, suara menyebalkan itu terdengar begitu dekat.

Dewa mendelik kesal, di sebelahnya ada abangnya yang menyebalkan dengan pertanyaan super menyebalkan itu. "Udah, gimana gue gak gila. Orang abangnya aja super gila".

Ben terbahak, dia kemudian menyalakan TV untuk menyaksikan acara basket yang sedang doputar di ESPN, "Makasih dek, Abang tau kalo abang tu ganteng. Gak usah diperjelas gitu, lah".

"Najis" Umpatnya sambil duduk disebelah Ben, dia ikut menikmati acara olah raga malam hari seperti ini. Abangnya itu penggila olah raga, mulai dari baseball hingga basket dia menyukainya. Bahkan dia punya tim basket bersama para sahabatnya.

Kalau Dewa, dia hanya sekedar menyukainya. Berbeda dengan musik, dia suka dan juga menggelutinya. Dia seorang vocalis Band di kampusnya.

"Udah makan belum?" Tanya Ben sambil tidak mengalihkan matanya dari televisi.

Dewa tidak menjawab, masih berkonsentrasi dengan pertandingan itu.

Tapi Abangnya tidak suka menunggu jawaban Dewa, maka dia menepuk paha Dewa cukup keras.

"Abang! Kaget tau!" teriak Dewa kesal.

"Makanya, kalo ditanya itu ngejawab".

"Iya tau adeknya kagak bisa masak".

"Jadi belum?"

"Udahh" Dewa menjawab dengan keras, "Tadi dikasih idangan, pas ngejenguk orang lahiran".

Ben sempat menatap Dewa sejenak, "Siapa yang lahiran?".

"Mantan gue, yang nikah Juli tahun lalu"

Ben terbahak, dia ingat wanita itu. Yang Dewa ceritakan dengan penuh emosi, karena wanita itu meninggalkannya dan kemudian menikah, saat itu Dewa mengumpat mengatakan bahwa wanita itu sudah hamil diluar nikah.

"Gimana rasanya dateng ke acara kelahiran mantan?" Ben terbahak keras, sepertinya dia sangat suka meledek adiknya itu.

Sedangkan Dewa, dia sangat tidak bisa meledek abangnya tentang percintaan.

TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang