Suara tv ditengah ruangan keluarga menggema hingga ke arah dapur, dimana seorang ibu tengah memotong sayuran untuk makan siang.
Geraknya lincah seolah menunjukkan dia mahir akan hal itu.
"Diurutan pertama, Ben Winchester."
Dengan otomatis, mendengar nama itu dia segera menuju TV, seolah memiliki magnet terhadap nama itu."Model tampan dengan tinggi 187cm ini mencuri perhatian dunia, setelah menjadi model Indonesia pertama yang menjadi Brand ambassador dari brand-brand dunia seperti Burberry dan Bvlgary, namun tiba-tiba memutuskan menjadi dokter di sebuah rumah sakit swasta di kota bogor. Kakak dari drummer band indie, Dewa Winchester ini menjadi dokter ahli di usianya yang kini 27 tahun tersebut".
Ibu itu meneteskan airmatanya, mengusap wajah tampan Ben yang secara bergantian muncul di televisi.
Dan, hatinya merindu.
🌿🌿🌿Ben menatap adiknya itu, dia tersenyum kecil, "Lu jelek banget sih!".
Dewa berdecih kecil, "Orang lagi sakit kok dikatain, sih?". Dewa memperbaiki selangnya yang mulai tidak nyaman itu, "Bang, lo jadi ngabarin Bokap?".
"Udah, katanya dia bakal ke indo segera. Maaf, Wa! Om Dodi gak bisa dibantah".
"Enggak papa, gue sadar kok. Mungkin gue harus ngasih kesempatan buat bokap liat gue" Ujar anak itu sangat pelan.
Ben tersenyum getir, hatinya merasa sakit untuk alasan yang tidak dia fahami. "Gue bangga ama lo, lo taukan?".
Tentu Dewa tahu, anak itu mengangguk. "Meski gue gak ada, abang harus bahagia, ya?".
Ben mengangguk, dia mengelus rambut adiknya pelan. "Gue bahagia, malah gue lebih bahagia kalau ada lo!".
"Tadi diTV gue liat lo, masa disebutin nama gue juga?".
Kakaknya itu tertawa renyah, "Siapa suruh lo jadi adek gue?".
"Takdir, bang. Kita gak bisa milih, dari siapa kita lahir, dan jadi apa kita dilahirkan. Kalau gue bisa milih".
"Lo milih jadi adeknya Brad Pitt?"
Dewa menggeleng, bukan itu jawaban yang dia maksud. "Gue milih jadi adek lo lagi, walau ujungnya gue harus menderita".
Entah Ben harus senang atau sedih, dia hanya tersenyum lalu mengelus kepala adiknya lagi, "Gue juga bakal milih jadi abang lo lagi, kok!".
🌿🌿🌿Difa mulai menguap setelah bosan memeriksa kelengkapan berkas pasien di ruangan Ben, "Udah lengkap semua, dok! Saya istirahat, ya? Ngantuk".
"Hemm" Jawab Ben sambil mengecek Laptopnya.
"Eh iya, dok. Tadi ada pasien nyariin, ibu-ibu. Tapi kok saya gak nemu berkas ibu-ibu, ya?".
Ben tertawa pelan, "Ngaco, emang segitu pasien gue. Belum nambah ibu-ibu".
KAMU SEDANG MEMBACA
Today
General Fictionapa jadinya "hari ini" untukku, bila tidak ada "hari esok" untukmu.