Ada kalanya, Dewa merasa jengah dan lelah. Dia manusia biasa, dia marah harus terus dikurung di sisi lain rumah sakit, saat orang-orang bebas melakukan apapun.
Dia butuh udara segar, bukan udara ruangan saja. Apalagi udara kota hujan, yang kadang penuh dengan kenalpot bau.
Dia jadi ingat, satu pesan masuk beberapa hari yang lalu. Pesan yang sebenarnya tidak sempat dia balas.
Bang, I have a good news. Ada festival bang disini. Abang suka band, kan?
Tentu Dewa suka, tapi saat itu dia belum mau membalasnya, karena sibuk memikirkan jadwal khemonya yang tertunda.
Dewa mengetuk keningnya pelan, mencoba berfikir matang. "Apa gue kabur ke Singapore aja, ya?".
Tapi tiba-tiba dia menggeleng, "Duit dari mana? Gak punya cash pun"
Dia melirik pintu kamarnya saat pintu dibuka, "Kata Gema lo boleh pulang, tapi dirumah sama Bian gak masalah, kan? Abang ada operasi dan harus jaga di ICU"..
Dewa mengerutkan keningnya lalu bangkit dari tempat tidur menghampiri lemari pakaiannya. "Sejak kapan lo jaga ICU?".
"Ini pasien VIP, atlet nasional. Jadi, abang yang jaga".
"Serahlah," Dewa menanggalkan pakaiannya dan menggunakan kemejanya asal.
"Ini ATM, Lo bisa pesen makanan atau jajan. Pokoknya, terserah".
Dewa menatap ATM abangnya, "Ini sih ATM gue.".
"Yang ngisi duitnya gue, iya itu ATM gue, Bangke" Ujar Ben.
Dewa kembali duduk diranjangnya, "Gue balik sekarang, ya?".
"Tunggu Gema, biar dikasih obat juga" Ben duduk disebelah Dewa, lalu mengelus kepala adiknya pelan.
Dengan pelan juga Dewa menepisnya, "Gue bukan anak kecil.".
"Terserah".
"Bang," Dewa menatap abangnya yang mengangkat alisnya bertanya kenapa. "Lalice..".
"Kenapa?".
"Enggak deh," Dewa tersenyum, dia fikir lebih baik Ben tidak tahu rencananya. Dia yakin, abangnya akan dengan senang hati melarang.
Setelah obat dia kantongi, dengan bonus wejangan dari dokter, Dewa pulang.
Setelah sampai di apartment, dia tak langsung ke apartment miliknya, dia menuju ATM dan membayar pemesanan tiket, serta hotel yang tadi dia lakukan.
Perjalanan untuk pagi besok, dia kemudian langsung ke kamar dan membereskan pakaian yang akan dia bawa, "Akhirnya, ke Singapore juga hahaha".
🍃🍃🍃Ben merebahkan punggungnya, mengistirahatkan area yang tiga jam lalu tertekuk karena meja operasi sedikit pendek.
Dia kemudian mengecek HP, siapa tahu Naya mengabarinya, atau Dewa yang membutuhkan sesuatu.
Setelah membalas chat Naya, dia iseng ingin tahu apa yang dibeli Dewa untuk makan malam, dia membuka MBanking dan mengecek transaksi terakhir.
"Astagfirullah, ini anak".
Ben bangkit hendak pulang, tapi satu idea usil menghentikannya.
Dengan cepat, dia melakukan sesuatu dengan HPnya, dia kemudian tersenyum bangga. "Rasain, gue rusak acara kabur lo".
🍃🍃🍃Dewa keluar pesawat dengan senang, kemudian dia menuju gerai Starbucks dan membeli americano favoritenya. "Persetan dengan Cafein nicotine haha".
Dia segera berdiri di sisi jalan, menunggu taksi yang lewat untuk pergi ke hotelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Today
General Fictionapa jadinya "hari ini" untukku, bila tidak ada "hari esok" untukmu.