Naya X Ben

6.1K 313 35
                                    

Special part of them

Bukan pertemuan yang manis, hanya sebuah perkenalan biasa yang tidak didasari oleh rasa apapun.

"Naya" Gadis itu menyambut uluran tangan kakak dari teman sekelasnya, Dewa.

Lelaki dihadapannya pun hanya menyebutkan namanya lalu mengangguk memasuki kamarnya, tubuhnya masih lelah setelah seharian pemotretan lalu dilanjutkan kuliah.

"Gimana kakak gue?" Dewa menyikut tangan Naya pelan, menanyakan pendapatnya. Dewa sebenarnya memang merancang pertemuan ini, dia selalu merasa Naya adalah sosok yang dewasa, selain itu dia juga baik.

Dibandingkan dengan Lea, Naya selalu bersikap menjadi kakak dihadapannya, maupun Bian dan Lea. Tidak salah kalau gadis itu dia panggil kakak, kadang-kadang.

"Biasa aja" Naya tidak menyahut lebih, dia kemudian mengambil pulpennya kembali dan mengerjakan tugasnya lagi.
🌹🌹🌹

Naya berdecak kesal, bertanya kenapa harus dirinya yang menolong Dewa.

Anak itu sedang ikut study tour ke Bali dengan teman kelas yang lain, dan hanya dia yang tidak ikut, alasannya simple, dia malas.

Dan dari tadi anak itu menelfonnya, mengatakan bahwa abangnya mungkin sedang menghadapi masalah, terbukti dari berita di TV dan juga telfon Ben yang tidak aktif.
Naya sudah mengelilingi semua tempat di sport center, dan tidak menemukan lelaki itu. Padahal hari mulai hujan, dan dia paling malas kalau sepatu converse nya harus kehujanan.

Setelah sedikit berlari ke arah kolam, dia menemukan lelaki tinggi dibawah guyuran hujan disebelah kolam yang kosong mungkin karena cuaca yang buruk.

"Lo ngapain sih disini?" Tanya Naya tanpa rasa hormat, merasa kesal karena lelaki itu membuatnya repot, dalam hati dia merutuk, andai bukan Dewa yang meminta bantuan.

"Bego banget kalau cuman karena lo di tuntut, dan lo berakhir kek gini. Apa artinya kontrak, sih?".

Ben tidak menjawab,  dia kembali mengalihkan matanya dari Naya dan menatap kolam renang.

"Kalau lo disuruh bayar, iya lo bayar. Gak papa lo gak salah juga, jan kek orang susah deh!".

"Lo gak ngerti".

Naya mengangguk, "Gue emang gak ngerti, tapi menurut gue, mau lu fikirin atau enggak, lo tetep harus bayar royalty, kan? Iya udah. Jangan difikirin, bayar aja".

"Duit dari mana?".

Naya mendekati lelaki itu, menarik Ben untuk menatapnya dalam, dia tidak peduli kalau lelaki ini lebih tau empat tahun darinya. "Lo masih sehat, bisa kan kerja apa aja? Keahlian lo bukan cuman jadi model, kan?".

Ben menerawang langit, mencoba memahami nasihat Naya.

Naya mulai jengah, dia kemudian mengeluarkan HPnya. "Abi gue kerja di stasiun TV, pertama lo benerin nama lo! Bilang lo gak tau, bahwa pakai brand lain di acara private itu melanggar kontrak, gue bisa bantu lo, supaya..".

Ben mengangguk, memeluk Naya cepat, dan menghentikan ucapan panjang lebar Naya, "Thanks, gue buntu tadi. Dan gue ngerti maksud lo!".

TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang