Chapter 1

122 17 0
                                    

Jiwon menatap tetesan air hujan yang membasahi pipinya. Dia bersyukur turun hujan, karena hujan itu dapat menyamarkan air matanya dengan sempurna. Menangis dibawah rintikan hujan tidak akan membuat orang-orang sadar akan hal itu.

Jiwon barusaja mengalami nasib sial. Dia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja. Pekerjaan itu sudah susah payah ia dapatkan. Tapi ternyata hanya bertahan selama 6 bulan.

Jiwon menengadah keatas dan menatap langit malam. Dalam hatinya dia sedang merutuki nasib sialnya.

Jiwon mendesah lega "mungkin aku dulu adalah pengkhianat negara, makanya hidupku sesial ini. Siaaaaal" teriak Jiwon yang kini tengah berada diatas jembatan Sungai Han.

Masih terisak, Jiwon pun menatap kebawah jembatan. Matanya memandangi luasnya Sungai Han yang berada tepat dibawah jembatan ia berdiri. Terbesit dibenaknya untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat kebawah dan mati saja tenggelam didalam Sungai Han.

 Terbesit dibenaknya untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat kebawah dan mati saja tenggelam didalam Sungai Han

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiwon mendekat ke pinggiran jembatan. Dia mengangkat kakinya ingin melewati pembatas jembatan. Nyalinya menjadi ciut saat menatap kembali kebawah jembatan dan memikirkan bagaimana sakitnya mati.

"ahhh bodoh..." Jiwon memukul-mukul kepalanya sendiri. "...bahkan bunuh diri saja aku gak mampu" Jiwon menarik kakinya kembali dari atas pembatas jembatan.

"tapi kenapa kalau di film-film itu gampang banget bunuh diri. Pas dipraktekin susah juga" Jiwon menyeka air matanya dan merutuki nasibnya yang malang.

Jiwon mengambil ponsel genggamnya untuk melihat jam berapa sekarang. Tapi genggaman tangannya melemah membuat ponsel itu jatuh. Jiwon segera meraih ponselnya sebelum terjatuh kedalam Sungai Han tapi dia tidak menyadari jika dirinya juga ikut melompat melewati pembatas jembatan. Untung saja tangan Jiwon yang satunya segera meraih pembatas jembatan. Alhasil dirinya kini bergelantungan dipembatas jembatan.

"hey nona apa kau mau bunuh diri?" ucap seorang pria yang kebetulan lewat. Dengan panik pria itu segera menghampiri Jiwon dan meraih tangannya.

Jiwon menghela nafas lega saat pria itu berusaha untuk menolongnya.

"tidak, tidak. Tolong selamatkan aku. Aku tidak ingin mati" pinta Jiwon pada pria itu. Jiwon sangat takut. Gadis itu tak bisa membayangkan betapa sial dirinya hari ini.

Pria itu berusaha dengan sekuat tenaga untuk menarik Jiwon. Tapi karena tetesan air hujan membuat genggaman tangannya menjadi licin. Alhasil, Jiwon pun terjatuh.

"Aaanjiiiiirr..." teriak Jiwon sebelum akhirnya terjatuh kedalam sungai Han.

" teriak Jiwon sebelum akhirnya terjatuh kedalam sungai Han

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial. Jiwon memejamkan matanya pasrah.

...

Joota memeras handuk kecil itu dan membersihkan wajah adiknya yang masih terbaring tak sadarkan diri itu.

Jiwon merasakan wajahnya yang basah. Jiwon membuka matanya dan sedikit terjengkit saat melihat seorang lelaki yang asing baginya tengah berada dekat dengan wajahnya.

"si...siapa kau?" tanya Jiwon sedikit terbata-bata.

Joota kemudian berdiri dan tersenyum riang lalu memeluk Jiwon. "akhirnya kau sadar adikku"

Jiwon terkejut lalu menggeliat melepaskan pelukan Joota. Seingatnya dia tidak pernah memiliki kakak laki-laki. Lalu apa pria didepannya ini orang gila?

"jangan mendekat..." Jiwon menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya. Joota memandangnya aneh. "...siapa kau? Aku tidak punya kakak laki-laki tau. Apa kau ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan ha?"

Joota mengerutkan keningnya. Dia tidak menyangka dengan respon Jiwon, adik semata wayangnya.

"ahh bagaimana ini?" Joota mondar-mondir tidak jelas. Wajahnya terlihat cemas. "sepertinya adikku lupa ingatan. Apa ini adalah akibat dari racun itu?" Joota pun mendekatkan wajahnya.

Jiwon tersipu saat wajah Joota terlalu dekat dengan wajahnya. Matanya tentusaja tidak dapat berbohong, Joota adalah sosok pria tampan yang mampu menggetarkan hati wanita baperan seperti dirinya.

"racun? Sejak kapan aku diracuni?"

"apa kau tidak ingat adikku? Saat dalam perjalanan pulang dari istana, kereta yang kau dan ibu tumpangi diserang. Kau dan ibu berhasil lolos tapi sayangnya pedang yang melukai kau dan ibu beracun. Kau selamat tapi tidak bangun selama berbulan-bulan, sedangkan ibu..." Joota menunduk. Matanya berkaca-kaca saat mengingat kembali ibunya yang sudah tiada.

Jiwon tau. Dilihat dari ekspresi dan perkataan Joota sepertinya ibunya telah meninggal karena racun itu. Jiwon pun mendekat dan mengelus pundak Joota. Setidaknya hanya itu yang dapat ia lakukan untuk menghibur Joota.

"Tapi bagaimana bisa aku sekarang disini? Aku hanya terjatuh dari..." Jiwon barusaja menyadari. Ada yang aneh dengan pakaiannya yang terlihat kuno. Desain ruangan di kamarnya pun tampak seperti sudah ketinggalan zaman.

Jiwon segera berlari menuju cermin yang berada disudut kiri kamar. Dia terkejut melihat penampilannya yang berpakaian seperti putri bangsawan. Ini adalah zaman kerajaan.

"dimana aku sekarang?"

"tentusaja kau dirumah adikku. Apa kau benar-benar lupa ingatan?"

"bukan itu maksudku. Tepatnya rumah ini berada di kerajaan mana?" Jiwon mengguncang kedua pundak Joota yang ia genggam. Mata gadis itu membulat menunggu jawaban.

"ahh... Maksudmu Kerajaan Halu"

Sial. Apa aku mengalami perjalan waktu? Atau aku berpindah dimensi? Kesialan apalagi ini ya ampun...

Kerajaan HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang