Jiwon terdiam sejenak. Ketampanan pria itu berhasil menawan matanya.
"Apa mengintip adalah hobi barumu sekarang?" suara parau itu berhasil menyadarkan Jiwon dari fantasi liarnya.
Pria itu berjalan mendekat. Tubuhnya yang setengah telanjang perlahan keluar dari sungai. Jiwon tak dapat memalingkan pandangannya dari tubuh maskulin pria itu. Jiwon menelan ludahnya dengan susah payah, saat roti sobek itu semakin jelas terpampang dihadapannya.
"Apa kau tidak akan menutup matamu?"
Pria itu kini hanya berjarak 1 meter dari Jiwon yang masih diam membatu.
Plakk. Jiwon menampar pelan pipinya. Menyadarkan dirinya sendiri dari lamunan liarnya. Setelah dilihat dari dekat, Jiwon mengenali pria yang tengah berdiri dihadapannya, dia adalah orang yang sama dengan yang tadi sore, saat didermaga istana. Mina tak sengaja menjatuhkan kipasnya.
"Apa yang barusaja aku lakukan?" tanya Jiwon pada pria dihadapannya.
Pria itu hanya diam, menatap Jiwon dengan tajam lalu berkata, "ternyata kau lebih merepotkan saat hilang ingatan." Pria itu berjalan mendekat.
Jiwon terintimidasi. Dia berjalan mundur, sementara pria itu semakin mendekatkan dirinya.
"A–apa yang kau la–kukan?" tanya Jiwon terbata-bata.
Tapi pria itu semakin mendekatkan tubuhnya. Jiwon tak bisa lagi mundur, punggungnya telah menyentuh sebuah pohon. Pria itu pun mendekatkan wajahnya, sementara Jiwon memejamkan matanya erat. Lama, tidak terjadi apapun padanya. Jiwon membuka matanya.
Pria itu tertawa sarkasme kearah Jiwon. "Apa yang kau harapkan? Sebuah ciuman?" Jiwon menanggapinya dengan wajah tak senang.
Menurut Eunwoo, mempermainkan Jiwon sungguh menyenangkan. Eunwoo tersenyum puas, lalu memakai pakaian yang ia ambil barusaja. Tepat saat ia menyelinap dibalik wajah Jiwon tadi.
"A–ku Jiwon." Jiwon memperkenalkan diri dengan ragu, sementara Eunwoo hanya menaikan alisnya heran.
"Kau mau sombong kepadaku kalau kau adalah Jiwon, gadis paling disegani diantara para bangsawan wanita lainnya?" Eunwoo terus melempari Jiwon dengan kalimat tanya.
Jiwon menggeleng pelan. "Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin–"
Eunwoo mendekat, meraih dagu gadis itu dengan telunjuknya. Membuat Jiwon mendongakan kepalanya dan menatap mata hijau itu secara terang-terangan.
"Kau... ," mulutnya tercekat, sebuah cemoohan gagal ia katakan. Visual Jiwon berhasil membuatnya iba. Matanya berkedip canggung. Dia segera memalingkan wajahnya.
Eunwoo akui, jika gadis didepannya ini memang cantik dan indah untuk dipandang. Hanya saja, hatinya sangat busuk. Setidaknya itu lah yang selalu Eunwoo pikirkan tentang Jiwon.
Jiwon menyadari tatapan kebencian itu. Sepertinya dirinya yang dulu benar-benar wanita jahat. Atau jangan-jangan pria didepannya ini adalah mantan pacar dirinya yang dulu.
"Apa kau adalah mantanku?" tanya Jiwon sedikit ragu. Mungkin saja apa yang ia pikirkan benar.
"Mantan?" Eunwoo mengerutkan keningnya. "Apa itu?"
Jiwon lupa, dia berada di dimensi lain sekarang. Mungkin saja mereka tidak memakai istilah mantan disini.
"Jadi saat kau punya hubungan spesial dengan seorang wanita lalu setelah sekian lama akhirnya memutuskan untuk berpisah. Apa hubungan kita seperti itu?"
Eunwoo spontan tertawa. "Apa hubungan kita seindah itu diingatanmu? Meski aku membencimu, setidaknya raja sudah membuat keputusan." Eunwoo pun berjalan pergi meninggalkan Jiwon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerajaan Halu
FantasíaJiwon memang selalu sial. Namun tak disangka nasib sial Jiwon ternyata berhasil membawanya berpindah dimensi menuju Kerajaan Halu yang isinya pangeran tampan dengan perut six pack aduhay semua.