3. Malam (Revisi)

94 13 0
                                    

Listya membuka gorden balkon, langkah kakinya perlahan mendekati pagar balkon. Mata hitamnya menatap lurus rembulan di langit. Sudut bibirnya tertarik sedikit saat dia kembali mengingat kejadian tadi.

Flashback

Listya berjalan memasuki mobilnya, dengan Jungkook yang duduk dibangku kemudi. "Siapa namamu? Listya?" tanya Jungkook ditengah-tengah perjalanan. Listya melirik Jungkook sekilas.

"Ya, memang kenapa? Kau ingin melaporkanku pada polisi?" tanya Listya ketus.

"Tak, hanya ingin tahu saja." ucap Jungkook. Suasana mobil kembali hening, namun suasana iti hanya bertahan sebentar.

"Jeon Jungkook, aku tetanggamu. Dan sepertinya kau lupa bila kita dulu pernah bertemu." ucap Jungkook. Listya menatap Jungkook tajam, ia berusaha mencernah semua perkataan Jungkook.

"Bukankah kita pernah bertemu di pelatihan? Maksudku pelatihan FBI." lanjut Jungkook. Seketika Listya tertegun, matanya membulat. Listya kemudian memutar kepalanya kearah lain, mencoba nenenangkan pikirannya. Pertanyaan aneh yang membuatnya terdiam terlontar dari mulut Jungkook.

Bukan Listya namanya jika tidak pandai mengalihkan pembicaraan, "Mana mungkin kita bertemu? Lagi pula mana mungkin aku mengikuti pelatihan FBI." sangkal Listya. Ayolah saat ini Jungkook menuduhnya sebagai pencuri, jadi mana mungkin dia mengikuti pelatihan FBI. Seakan tersadar akan kebodohannya sendiri, Jungkook tertawa pelan, kemudian menggeleng pelan.

"Ah ya kau benar. Mana mungkin kita bertemu sebelumnya, lagi pula kau kan pecuri, jadi mana mungkin kau agen FBI." ujar Jungkook. Listya mendengus sebal, tapi setidaknya hatinya sedikit tenang. Sakit hati, tentu saja, Listya bukan pencuri jadi mana mau ia dituduh seperti itu oleh Jungkook.

Flashback off

Listya menghelaf nafasnya sejenak. Kemudian membuka ponselnya. Listya membaca pesan singkat yang baru saja masuk. Matanya membulat seketika saat membaca pesan tersebut. Ia mendecih tak suka. Segera Listya menelpon seseorang.

"Apa ini? Baru saja aku tinggal beberapa bulan sudah seperti ini?"

"..."

"No! Tak mau tahu, pokoknya cari informasinya segera."

"..."

"Ya cepat." ucap Listya lalu mengakhiri panggilan.

Listya mendecih tak suka, ia lalu kembali masuk kedalam kamarnya dan mengambil secangkir teh malamnya. Listya kembali berjalan ke balkon kamarnya, sesekali ia menyeruput teh malamnya.

"Mengapa kau susah dicari, sialan?" gumam Listya pelan.

BST

Jungkook baru saja ia pergi dari dapur dan kini tengah berjalan ke kamarnya. Begitu sampai di kamarnya, Jungkook berjalan menghampiri jendela balkon. Saat tangannya menarik setengah gorden, matanya tertuju pada tetangga perempuannya.

"Sedang apa dia?" gumam Jungkook. Matanya memperhatikan Listya dengan tajam. Listya tampak santai sambil sesekali menikmati tehnya, dan jangan lupakan seteko teh miliknya yang berada di meja balkon. Perempuan aneh itu seolah sangat nyaman dengan posisinya saat itu. Merasa tak ambil pusing, Jungkook pun melangkahkan kakinya menuju tempat tidurnya.

Diambilnya tas kerjanya yang memang sejak awal berada diatas ranjang, dan kemudian dibukanya. Jungkook mengeluarkan beberapa berkas dari dalam tasnya, kemudian bersandar pada ujung tempat tidur sambil membaca berkas ditangannya. Matanya berkutat terus menerus dengan berkasnya.

Tepat tengah malam, Jungkook mengakhiri kegiatannya. Di hampirinya gorden pintu balko kamarnya. Jungkook mendecih kesal, Listya masih pada tempatnya tadi, menikmati langit malam. Entah apa yang dipikirkan Jungkook, tangannya membuka pintu balkon dan berjalan mendekati pagar pembatas.

Blood, Sweat and Tears (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang