Part I (sekolah impian)

16 2 0
                                    

---

Aku azanie agustya salah satu murid dari sekolah ternama di jakarta, itu adalah sekolah impianku sejak lama. Aku di sekolah ini tanpa biaya yang maksudnya adalah aku mendapat beasiswa dari sekolah ini. Ayah ku seorang tukang kebun di rumah pak. Brata yaitu seorang pembisnis yang sukses. Sudah lama ayah bekerja disana tetapi tak ada berubahan pada kehidupan kami. Mama ku sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu, semenjak mama tiada, kehidupan kami hanya begitu gitu saja, kebahagiaan kami sudah di renggut tuhan. Ayahku mempunyai penyakit yang cukup mematikan, ia sering tak masuk kerja karena penyakitnya kambuh.

Pagi ini aku berangkat ke sekolah baruku, sebelum berangkat aku mencium punggung tangan ayah dan pamit untuk pergi sekolah.

Aku sangat takut dengan yang namanya MOS, bagiku itu adalah hal yang tak penting karena aku membencinya dimana para siswa baru di omelim dan di hukum.

Sampai di sekolah aku segera berjalan menyusuri koridor sekolah untuk mencari dimana kelasku. Pak brata memberi tau tentang kelasku, aku juga tidak tau hubungannya apa dia dengan sekolah ini. Setauku pak brata ini seorang pembisnis sukses. Aku melihat papan terpampang di atas pintu.

"10 MIPA 2" itu adalah kelasku, tanpa berfikir panjang aku langsung memasuki kelas itu dan duduk di salah satu bangku kosong.

Aku membuka novel kesayanganku dan membacanya.
Baru beberapa bab aku membacanya, dua orang perempuan sudah menggangguku.

"Kamu gimana sih ra" ucap salah satu perempuan yang menurutku semua orang pasti suka dengan lekuk tubuhnya.
"Gimana apaan"sahut satunya lagi, perempuan yang berparas cantik dan lekuk tubuhnya hampir sama dengan yang satunya lagi. Ku dengarkan dia berdebat sanpai dia duduk di sampingku.
"Azzura lo bukannya di depan gue?" Tanya salah satu perempuan cantik itu.
"Liat" orang yang di panggil azzura itu melirik ke arahku sedangkan aku hanya fokus pada novelku.

"Hai" sapa teman azzura.

"Hai juga, kenapa ya?" Tanya ku heran, setelah aku memutuskan untuk menghentikan kegiatan membacanya itu.

"Kenalin gue mazaya dan ini azzura" ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya padaku, ku balas tangannya itu "azanie" ucapku pada mereka berdua.

"Hehe maaf ya azanie tadi kami berisik"ucap azzura sambil cengengesan, aku hanya mengangguk.

"Kenapa kalian bisa sedekat ini, padahal kan ini baru masuk mazaya" ucapku membuat azzura mengangkat wajahnya lalu tersenyum.

"Oh, jadi kita itu ketemu di rumah sakit azanie, gue menjenguk saudara gue sedangkan mazaya. Dia lagi sakit waktu itu yaudah deh kita ngobrol-ngobrol dan kita merasa cocok yaudah deh berteman engga taunya kita satu sekolah, kita berdua kabur tau dari MOS." Jelas azzura. Aku tersenyum kikuk.  teriakkan para siswa dan siswi sangat begitu nyaring membuat kami tertarik untuk melihat itu.
"Kak idola dateng ra" ucap azzura membuat ku mengerutkan keningnya.
"Keluar yuk" ajak mazaya, aku hanya ikut mereka berdua.

"Kenapa sih" tanya ku heran.

"Oh itu ka idola lewat nie sama gengnya"

"Mana sih" ucap ku

"Ciee ngefans kan" sahut mazaya.

"Ah engga cuma penasaran aja gitu"

"Eh itu itu ka idola" ucap azzura membuat perdebatan kami berhenti dan berfokus pada ka idola.

---

"Kantin yuk" ajak mazaya, aku yang sedang membaca novel langsung menggeleng. Sedangkan azzura ia juga mengikuti ku untuk tidak ke kantin.

"Nih ya, kalo ka idola ke kantin itu ramee. Males gue za" ucap azzuraa.

Akhirnya dengan terpaksa mazaya pergi ke kantin sendiri, sedangkan aku dan azzura asik berbincang sambil ketawa-tawa.

"Nie, lo sekolah disini tanpa biaya", aku mengangguk.

"Weh enak dong, gue mah ya gitu deh".

"Tapi engga enak juga sih, nguras otak tau engga", mendengar itu azzura malah ketawa.

"Kirain gue ya orang kaya lo itu engga akan cape belajar nie"

"Hahaha iyalah gue masih normal kali azzura"

"Iya-iya"

Mazaya datang membawa minuman segar, saat ku sapa mazaya malah melengos, aku dan azzura pun tertawa.

"Kok ketawa sih" ucap mazaya dingin.

"Habisnya ngambeknya itu pasaran za" jawab azzura membuat mazaya semakin menjadi ngambeknya.

"Tau ah" ketusnya. "Ntar main yuk ke rumah gue" lanjutnya. Aku melirik ke arah azzura, azzura mengisyaratkan untuk ikut aku pun mengangguk.
Mazaya tersenyum bahagia.

Sifat mazaya memang susah di tebak, baru sehari berteman dengan mazaya, tetapi rasanya sudah seperti keluarga.

^ pulang sekolah aku dan azzura pergi ke rumah mazaya. Untung rumah mazaya dengan sekolah dekat jadi kami hanya perlu jalan saja tidak naik kendaraan.

Sesampainya di rumah yang tidak terlalu besar namun terlihat cukup mewah. Aku dan azzura di suruh masuk ke kamar mazaya sedangkan mazaya ia ke dapur untuk membuat minuman.

"Rapih juga kamarnya" pujiku. 5 menit menunggu, mazaya datang dengan membawa 3 gelas di nampan dengan satu teko yang berisi air orange.

Sampai matahari tenggelam kami berbincang ria bersama. Aku lupa bahwa jam 5 sore ayah harus berobat terpaksa aku pamit duluan untuk pulang.

"Hei kalian, gue ada keperluan nih" ucapku. Mazaya memgangguk lalu mengantar ku ke depan rumah.

"Hati-hati nie", aku mengangguk.

---

Sampai di rumah aku melihat ayah yang sedang terbaring lemah sambil menutup hidungnya. Ayah sering banget mimisan seperti itu jadi bagiku itu hal biasa.

"Yah kita kontrol ya" ucapku lembut, ayah hanya mengangguk. Ku tuntun ayah ke taksi yang sudah ku pesan tadi.

Di rumah sakit ayah langsung di periksa dengan dokter yang memang sudah dokter ayah dari awal ayah sakit. Namanya dokter andra ia adalah orang yang sangat baik.
"Kamu pasti lupa ya?" Tanya dokter andra. Aku mengangguk. "Pak kita periksa yah", kali ini ayahku yang mengangguk.

Setelah di periksa aku ke apotek rumah sakit untuk menebus obat, untung saja uang tabungan ku masih ada jadi engga perlu minjem ke pak. Brata.

****

Menyebalkan, pagi ini sarapan ku adalah hukuman dari pak beni salh satu guru terkiller di sekolah ini. Aku di hukum karena tidak mengerjakan tugas dari dia. Setengah jam berdiri. Pak beni membawa seorang pria dan menyeretnya ke sampingku. Dia adalah ka idola yang sering di bicarakan para siswi disini.

"Ya maaf pak, kejam banget sih" ucapnya dingin. Pakaian nya di keluarkan rambutnya acak-acakan tak pernah rapih jika ke sekolah. Baru dua hari aku sekolah disini tetapi karakter dia sudah dapat ku baca. Aku meliriknya terus menatapnya hingga yang di tatappun menyadarinya. "Apa lo" sinisnya, aku langsung melengos dan kembali menatap sang saka bendera merah putih.

'Mana ada cewe yang mau sama dia. Idihh' batinku.

^^^

Jangan lupa VOTEnya kawan...
Kalo kalian engga suka sama ceritanya komen aja ya.

AZANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang