part 6

0 1 0
                                    

The POV azanie.

--- 

Hari ini adalah pelajaran guru terkiller, bagaimana nasibku karena aku lupa mengerjakan tugas semalam.

Benar kata hatiKu, hari ini aku di hukum di tiang bendera karena tidak mengerjakan tugas, azzura dan mazaya hanya bisa bantu dengan doa katanya.

Istirahat berlangsung aku masih berdiri di depan tiang itu, rasanya panas dan malu karena banyak pasang mata yang menatapku apalagi kaka kelas kejam itu, dia menatap ku sinis sambil sesekali mengataiku "syukurin"

Aku melihat azzura dan mazaya menghampiriku.
"Hai" sapa azzura gembira. Ia membwa bekal yang tadi ku masak.
"Ini makan nie, nanti lo sakit lagi" ujar mazaya menyodorkan bekal itu ke aku.
"Makasih" kataku lalu duduk di teras sekolah, aku azzura dan mazaya makan bertiga disana. Setelah makan, aku berdiri kembali sedangkan sahabatku kembali ke kelasnya karena bell sudah bunyi.

Aku melirik-lirik ke arah koridor kelas, ada siswa yang sedang jalan sambil memainkan ponselnya.

'Jam pelajaran tapi dia masih keliling' batinku.

Aku memilih untuk tidak menatapnya lagi dan fokus pada hukuman ku. Lama-lama rasanya susah untuk menatap matahari yang berkilau, tiba-tiba darah keluar dari hidungku sontak aku langsung menutup hidungku, namun darahnya tak bisa ku hentikan sampai baju putihku pun terkena. Aku berlari ke arah kamar mandi.

Brukk

Sontak tubuhku terjatuh ke lantai karena menabrak seseorang, aku mendongak menatap orang yang menabrak. Astaga dia muzaky!!

Aku langsung menunduk dan bergegas ke kamar mandi, baru satu langkah tanganku di tahan oleh muzaky.
"Lo kenapa" tanya nya membuat sekujur tubuhku gugup tak tau harus bilang apa, jantungku pun rasa ingin copot.
"Engga kak, maaf" terpaksa tangannya ku tangkis dan aku berlari ke kamar mandi.

---

Pulang sekolah aku berniat untuk memeriksa kesehatanku ke rumah sakit biasa ayah di obatin. Azzura dan mazaya tak bisa mengantar karena ia da keperluan mendadak. Sampai di rumah sakit aku langsung mendaftarkan diri, dan mendapat no urutan ke 25. Dokternya sudah sangat kenal aku, sampai biaya ayah waktu sakit pun di bayar oleh dokter itu, dokternya masih muda dan baru lulus 3 tahun yang lalu katanya. Ia juga belum menikah.

"Azanie agustya" suara panggilan itu membuat ku berdiri dan masuk ruang pemeriksaan itu.

"Hai" sapa dokter andra. Aku tersenyum.

"Kenapa" tanya dokter andra.

"Ini dok, saya takut gejala yang saya alami sama dengan yang ayah alami. Jadi, saya takut dok" ucapku gugup karena sedari tadi dokter itu selalu menatapku dan sepertinya enggan untuk memandang ke yang lain.
"Oh, kita akan mengadakan pemeriksaan seperti ayahmu azanie, maaf jika kerja saya kurang profesional. Karena memang pemandangan di depan saya ini sangat indah". Dia menggombal, rasanya aku ingin muntah darah.

---

Setelah pemeriksaan, aku segera mengambil obat di apotek rumah sakit. Hasil tadi belum ku ketahui karena kertasnya belum ku buka kata dokter andra lebih baik buka di rumah saja. Ya sudah aku menurutinya.

Sampai di rumah, aku segera membuka kertas hasil pemeriksaan tadi. Saat ku buka hasilnya sangat mengejutkan. Penyakit ku sama seprti ayahku. Ya tuhan tak henti-hentinya ku menangis di kamar mandi tangisan itu terhenti karena Tiba-tiba aja ada suara ketukan pintu membuat ku bangkit dan menghapus air mataku. Aku berjalan ke arah pintu dan membuka nya,

Si dingin ini datang ya tuhann..........................................
pasti selalu dengan alasan suruh bokap lah suruh papa lah. Gerutuku dalam hati.
"Iya kenapa?" Tanya ku dengan suara serak.

"Nangis lo?" Tanya nya balik, aku menggeleng untuk pertama kalinya aku berbohong pada seorang priao9. "Bukannya jawab malah balik tanya,ngapain sih ganggu orang aja" ketusku. Jujur aku kesal dia sudah menganggu tangisanku dan dia malah masuk begitu saja tanpa ku ijinkan. Aku menarik ujung bajunya dengan keras sampai dia terjatuh ke lantai.

"Ngapain sih masuk, gue belum kasih ijin kak"

"Lo aneh ya, kemarin lo bersikap baik, ramah sekarang lo marah jadi dingin ke gue"

"Gue engga suka ka, lo selalu datang. Gue engga enak aja sama pak brata. Udah deh ka"

"Baru dua hari lo gue perhatiin malah marah-marah, harusnya itu lo bangga. Karena papa gue mau beasiswain lo"

Kata itu membuat ku sangat marah, tau apa dia tentang beasiswa dan aku heran nada suaranya dari tadi semakin meninggi membuatku mengakhiri perdebatan itu.
"Yaudah duduk kak" ucapku menyerah. "Mau minum apa?"

"Jus jeruk aja"jawabnya, aku mengangguk untung saja masih ada jeruk di dapur jadi tak repot-repot aku membelinya ke luar. Dari dapur aku membawa segelas jus jeruk dengan makanan ringan. Aku menaruh minuman itu di atas meja lalu duduk di sampingnya.

"Ngapain kaka kesini, gue lagi males ka" ucapku pada dia yang sedang memainkan ponselnya.

"Oh, gue cuma mau bilang, papa ngajak lo kerja di rumah gue lo mau?" Tawarnya padaku setelah ia mematikan ponselnya.

"Engga usah ka, gue bisa nyari kerja sendiri kok" ucapku meyakinkan dia, dia hanya mengangguk lalu meneguk air minum yang sudah ku buat. "Gue pulang", dia beranjak dari kursi lalu berjalan ke mobilnya yang terparkir di depan rumah, aku hanya bisa menatap punggungnya yang lama kelamaan menjauh.

Tanpa sengaja tetesan airmata jatuh di pipi azanie.

***

Sekarang adalah hari minggu, kesempatan azanie buat mencari kerja sangat luas waktunya.

Ia berjalan menyusuri setiap warung dan ruko-ruko di jalanan sesekali mendatangi ruko tersebut dan menanyakan apakah ada pekerjaan. Panas terik matahari membuat azanie merasa sangat terganggu. Ia berteduh di sebuah ruko yang di dalamnya seperti tempat latihan band.

"Aduhh mataharinya kok panas banget" gerutu azanie, lagi-lagi darah keluar dari hidungnya. Untung azanie selalu menyediakan sapu tangan yang di kasih ayahnya. Ia mengelap darah dari idungnya lalu melipat lipat sapu tangan itu agar tak terlihat darahnya. Ia memasukannya lagi ke saku baju miliknya.

"Belum dapet kerjaan?" Seseorang menghampiri azanie dari belakang sontak azanie langsung berbalik. Azanie menunduk malu di depannya itu adalah kaka kelas yang selama ini selalu mengintili dia kemana saja.

"Ah, ntar ju-ga dapet kok k-a" ucap azanie gugup.

"Hm, yaudah kalo lo masih engga mau mah", muzaky pergi masuk ke dalam ruko yang sedang di teduhi azanie.

Karena panasnya sudah berkurang, azanie melanjutkan pencarian kerjanya. Setelah beberapa jam ia mencari, salah satu toko mau menerimanya untuk bekerja sebagai pelayan disitu, azanie pun setuju. Esok ia di suruh datang saat pulang sekolah.

AZANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang