part 7

7 0 0
                                    

***

Di sekolah ramai dengan pertengkaran antara ika dengan Azanie, ika tidak terima jika azanie dekat dengan muzaky. Sudah kesekian kalinya azanie di labrak dan di permalukan di depan siswa - siswi di sekolah. Apalagi sekarang di tengah lapangan.
"Maaf ka" ucap azanie menundukan tubuhnya di depan ika.

"Maaf kata lo, orang kaya lo kalo di biarin malah ngelunjak. Gue udah bilang ke semua siswi tapi cuma lo yang engga mau nurutin" bentak ika. Hari ini semua guru engga ada karena sedang melangsungkan rapat di gedung biasa jadi ika bebas untuk mempermalukan gadis satu iini. Yang di permalukan berkali-kali memegang kaki ika memohon agar ia tak di permalukan tetapi tindakan azanie malah semakin membuat dirinya keliatan lemah.

"Maaf ka"

"Sana, gk sudi gue maafin lo", ika mendorong tubuh azanie hingga ke becekan yang ada di lapangan. Baju sekolah azanie pun basah, mazaya dan azzura hanya memandang azanie prihatin tak ada niat untuk membantunya.

"Lo kenapa sih, belom jadi siapa-siapa gue tapi ngaku ngaku seakan lo yang terpenting" ucap lelaki yang menghampiri keduanya. Muzaky membantu azanie bangun dengan mengulurkan tangannya, azanie pun membalasnya. Ia bangun dengan di bantu muzaky.

"Sorry zak, tadi gue cuma__"belum selesai ngomong muzaky sudah pergi dengan menggenggam tangan azanie agar ikut dengannya. Azanie di bawa ke taman belakang sekolah. dengan isyarat wajah, muzaky menyuruh azanie duduk, azanie pun mengangguk lalu duduk dan di sampingnya ada muzaky. Ia merasa sedikit risih karena sedari tadi muzaky menatapnya intens.

"Kenapa sih lo selalu bela gue ka?" Tanya azanie gugup.

"Karena ini amanat"

"Amanat apa?" Tanyanya lagi.

"Lo engga perlu tau, hmm lo kenapa sih bisa takut banget gitu sama si ika. Ketakutan lo itu di manfaatin bego. Semakin lo takut semakin buat dia berani untuk permaluin lo di depan umum"

Bahu azanie bergetar, muzaky tau ia sedang menangis.

"Baru di nasehatin gini aja lo udah takut! Alah cemen lo" ucapan muzaky membuat tangis azanie semakin pecah. Muzaky kebingungan apa yang harus ia lakukan.

"Udah-udah jangan nangis, maafin gue nie"

"Kaka bisa minta maaf gimana sama gue ka. Harus hidup sendiri dengan kebutuhan ekonomi yang kurang. Di sekolah di hina hina gini"

"Yaudeh gue minte maaf deh" muzaky menepuk halus pundak azanie.
"Ka, mending kaka jangan deket deket gue. Biar gue engga di hina-hina gini" muzaky langsung menggeleng.
"Engga bisa, kalo lo di giniin lagi lo lapor ke gue aja" azanie mengangguk. Ia tak bisa mengelak jika yang mengambil keputusan adalah muzaky. Ia pun kembali ke kelasnya. Saat masuk kelas semua pasang mata menatapnya dengan sinis dan berbisik-bisik. Azzura dan mazaya yang sedang duduk langsung menghampiri azanie yang ingin duduk di bangku.

"Nie lo di apain sama ka zaky?" Tanya mazaya. Azanie enggan menjawab ia memilih duduk di bangkunya dan tiduran dengan tangan sebagai bantalnya. Azzura memberi isyarat kepada mazaya untuk tidak menanyakan apapun.

Kejadian hinaan ika tadi masih terbayang di pikiran azanie. Di tambah lagi pernyataan dokter tadi saat ia periksa ke rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa penyakitnya semakin parah. Sekarang penyakitnya sudah stadium 2. Dokter menyuruh azanie untuk selalu memriksa keadaan.

***

Dua hari sudah, azanie tak masuk sekolah. Tubuhnya demam dan badannya seperti orang habis di tonjokin. Muzaky sering bertanya tentang hal itu tapi azanie tak bercerita apapun. Setiap siang mazaya dan azzura ke rumahnya untuk mengecek keadaan azanie. Azanie pun sudah kasih tau tentang penyakitnya ke kedua sahabatnya itu.
Makanya itu azzura dan mazaya sempatkan menjenguk azanie setiap hari. Kali ini yang datang ke rumahnya bukan kedua sahabatnya itu melainkan Muzaky dengan membawa kantong plastik hitam yang isinya makanan.

"Nih" muzaky menyodorkan kantong plastik itu ke azanie, azanie menerimanya sudah dari tadi ia lapar karena belum makan. Mungkin jika ia tak menghubungi muzaky, cowo itu tak akan kesini.

"Lo sakit apa sih?" Pertanyaan itu membuat azanie tersedak saat sedang makan.

"Ah engga, paling cuma masuk angin ka" elak azanie. Muzaky manggut mengerti.

"Kalo ada apaa-apaa hubungin gue aja oke", azanie mengangguk.

Muzaky berjalan menyusuri rumah yang kecil dan mengotak atik dapur, azanie yang melihatnya mengernyit bingung, seorang muzaky masak? Oh no ini engga mungkin bukan. Setelah mengotak-atik muzaky keluar dari daour membawa kue dan susu putih.

"Gue bisa masak nie. Nih lo makan" muzaky menaruh nampan itu di depan azanie.

"Enggak tertarik sama sekali ka"

"Eleh bilang aja. Kalo mau mah engga usah gengsi deh" ledek muzaky. Azanie terkekeh dengan wajah yang menarik untuk di lihat itu. Wajah lucu muzaky saat sedang mengejek.

"Iya iya"

Sudah 2 jam lebih Muzaky main di rumah azanie, sekarang niatnya untuk pulang. sejak tadi deringan telpon dari papanya sudah memanggilnya untuk pulang ke rumah. Papanya adalah orang yang khawatiran apalagi brata itu punya jantung.
Ia pun pamit ke azanie, azanie tersenyum manis saat mobil muzaky sudah melaju kencang.

"Im happy" gumam azanie kembali masuk ke dalam rumahnya.
***

Paginya muzaky kembali datang ke rumah azanie ia berniat akan berangkat bareng ke sekolah. Azanie pun sudah siap sejak tadi. Jadi saat mobil muzaky memasuki pekarangan rumah azanie, gadis itu bisa langsung naik muzaky tak harus menunggunya berdandan. "Naik" ucap Muzaky sambil tersenyum manis. Azanie menuruti perkataan muzaky, ia langsung duduk di bangku sebelah supir. Selama perjalanan tak ada sepatah kata pun yang mereka bicarakan, sampai di parkiran sekolah muzaky langsung turun dari mobilnya diikuti dengan gadis yang tadi di sampernya untuk berangkat sekolah bareng. Seperti biasa para temannya zaky menunggu di sebuah pohon yang ada di parkiran.

"Ciaaaa, dia lagi yang di bawa cuy, sherlythanya kaga di bawaa" ledek Fanza.

"BACOT.!"balas Muzaky.

"Ka, gue langsung ke kelas ya" Muzaky mengangguk, azanie pun berjalan menyusuri koridor sekolah.

Ada salah satu kaka kelas yang meliriknya dengan tatapan jijik, azanie hanya membalas dengan senyuman paksa.

"Liat aja nanti azanie apa yang bakalan gue lakuin ke elo!" Gerutu Ika salah satu kaka kelas yang sangat benci dengan azanie, suara gerutuan Ika pun tak terdengar oleh azanie. Azanie masih asik berjalan dengan ramahnya.

"Apa yang bakalan lo lakuin?" Tanya Anyara si gadis sombong sahabat dari Ika.

"Gue udah tau rencananya guys" seru Tisha. Ika mngulum senyumnya.

...

"Azanie" seru Azzura heboh dari dalam kelas sampai keluar "ntah kenapa gue kangen berat sama lo!!" Lanjutnya dengan suara cempreng.

"Iya-iya yaudah masuk ra malu tau di liatin." Azanie masuk kedalam kelas diikuti dengan Azzura di belakangnya.

"Hai Mazaya" sapa Azanie.

"Hai Azanie, kesambet apa lo ra? Pagi-pagi udah teriak" balas Mazaya.

"Ya gue kangen ajaa gitu ya" ucap Azzura melingkarkan tangan kanannya pada pinggang Azanie. "Ih najis" Mazaya merasa jijik dengan perlakuan Azzura pada Azanie.

"Udah Ra lo itu kaya ngidam tau nggak" ucapan Azanie berhasil membuat Azzura terdiam lalu duduk dengan memegangi perutnya sambil sesekali mulutnya berkomat-kamit.

"Bercanda Azzuraa"

"Lebay emang dia mah Nie udah apa gk usah di dengerin" sahut Mazaya kesal.

"Eh tadi kan si Ika kaka kelas garang itu, ngelirik gue sinis" ucap Azanie.

"Masa coba ceritain"

Gosipnya mulai, setiap hari tak pernah berubah yang di gosipin selalu Ika kaka kelas kejam itu.

***

"Yaudah lo pulang naik taksi ya, gue engga bisa nganterin lo"ucap Muzaky seraya mengasih beberapa lembar uang ke Azanie.

"Iyaudah ka, gue juga mau ke rumah sakit"

"Lho, ngapain?"

"Badan gue engga enak ka. Yaudah gue pergi dulu yaa" pamit Azanie lalu memberhentikan satu taksi di pinggir jalan sedangkan Muzaky ia menelpon seseorang.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang