Masquerade

316 21 4
                                    

  Kedua kaki sang aktris berlari sedikit kencang menuju set yang sudah disiapkan. Acara live pertama kalinya untuk Yuri setelah kembali dari rumah sakit. Cantik, begitu puji semua orang di studio itu. Mereka selalu terpesona dengan segala hal yang dilakukan wanita itu.

  "Annyeonghaseyo, Kwon Yuri imnida," ucap Yuri ke arah kamera. Para penonton berseru dan berteriak senang melihat idola mereka kembali ke layar kaca. Senyum manis Yuri kini diselingi wajah malunya, karena belum terbiasa semenjak kejadian kecelakaan tersebut.

  Ia lalu duduk setelah sang presenter mempersilahkannya untuk duduk di salah satu sofa. "Jadi, berita itu benar bahwa kau kecelakaan lalu amnesia saat acara akan dimulai?" tanya Hamin, sang pembawa acara. Yuri mengangguk pelan. "Itu yang dikatakan suamiku ketika aku terbangun. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi dalam hidupku saat ini sebenarnya," jawabnya lembut.

  Sang presenter mengangguk paham. "Apa kau masih mengingat Phantom of The Opera dan lainnya?" tanya Hamin. Yuri menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki satupun ingatan mengenai Phantom of The Opera. Tetapi, Kyuhyun menunjukkanku pertunjukkannya dan mendengarkanku lagu-lagunya. Aku merasa seperti orang yang jatuh cinta dengan pertunjukkan itu," jawabnya lagi.

  Mendengar jawaban itu di TV dari ruang latihan, tentu seluruh petinggi acara franchise Phantom of The Opera merasa lega. "Kita hanya perlu berkoordinasi dengan Mr. Cho mengenai kesehatan Kwon Yuri dan kapan mulai latihan sebelum bisa mempersiapkan acara besarnya," ucap seorang pria yang disusul teriakan senang yang lain.

  "Kita memiliki waktu yang lebih lama untuk mempersiapkan yang lebih baik dari sebelumnya dan Kwon Yuri yang sedang jatuh cinta dengan pertunjukkan ini tentunya akan terus menerus latihan sekuat tenaga,"

  "Tungggu-!" seru seorang wanita.

  Seluruh petinggi menonton acara tersebut, kembali melirik ke arah televisi dengan acara live yang masih menyala. Keadaan set terlihat kacau balau dengan tim medis membawa pergi Kwon Yuri dari atas panggung.

  "Apa yang terjadi?!"

  Kyuhyun berteriak panik, dengan tanda tanya diakhirnya tentunya. Mendengar sang istri kolaps begitu saja di atas set saat acara perdananya membuatnya cemas dan ketakutan setengah mati. Bagaimana jika kali ini lebih parah dari sebelumnya? Bagaimana jika ia akan kehilangan sang istri kali ini?

  Semua bayangan dan imajinasi buruk berkeliaran di kepala Kyuhyun. Kaki pria itu terus berlari dengan kencang menuju mobil yang sudah terparkir di depan lobby. Ditemani sang sekretaris, Kyuhyun masuk dan mobil hitam mewah nan mahal itu membawa isinya menuju rumah sakit terbesar di Korea milik Kyuhyun, yang lokasinya tak jauh dari studio dimana Yuri sedang syuting secara live dan juga tempat sang istri dibawa.

  Kepanikan melanda lebih besar ketika Kyuhyun tiba di rumah sakit. Kwon Yuri, sang istri, belum juga keluar dari unit gawat darurat. Jantungnya berdegup kencang.  Tidak ada yang tahu sama sekali apa yang terjadi di dalam unit gawat darurat itu selain dokter, suster, Tuhan, dan malaikat yang selalu mendampingi sang istri. Tidak, bagi Kyuhyun, sang istrilah malaikatnya.

  "Mr. Cho, berita sudah tersebar di media manapun,"

  "Katakan kepada mereka kita tidak tahu bagaimana kondisinya. Jangan izinkan mereka ke rumah sakit ini. Informasikan saja terus menerus melalui website resmi, buat laman khusus Yuri. Dengan datangnya mereka akan mengganggu kegiatan di rumah sakit dan juga Yuri sendiri," Kyuhyun memutuskan dengan cepat.

   Wanita itu mengangguk paham dan bergerak cepat. Ia meninggalkan Kyuhyun dan segera menghubungi segala pihak yang dibutuhkan dalam menjalankan perintah sang atasan, Cho Kyuhyun. 

  Kyuhyun menghampiri dokter yang baru saja keluar dari unit gawat darurat. "Bagaimana?" tanya Kyuhyun takut. "Syukurlah istri anda mengingat segalanya. Dia hanya terkena amensia sementara dan anda harus bersyukur hanya satu sampai dua minggu. Namun, istri anda terlihat marah sekali setelah mengingat semuanya. Mungkin anda mau menghampirinya?" tanya sang dokter.

  Pria itu mengangguk. Ia tahu betul apa yang membuat sang istri murka walau ingatannya kembali. Kejadian terakhir di hari yang sama. Tepat saat kecelakaan itu terjadi, perdebatan mereka di pagi hari. Tidak ada satupun istri di dunia ini yang ingin menghadapi masalah itu dan Kyuhyun, yang sangat mencintai Yuri, harus terpaksa menghadapinya hanya karena kesalahan pria itu pada suatu hari.

  Kesalahan fatal yang menyakiti perasaan Yuri terhadap Kyuhyun. Dendam di hati Yuri sudah pasti sulit terhapus namun Kyuhyun tahu Yuri bukanlah tipe yang pendendam dan penuh benci. Yuri terlihat keluar dari ruang unit gawat darurat dengan kepala menunduk, enggan melihat Kyuhyun.

  "Kau baik-baik saja?" tanya Kyuhyun berusaha seperti biasa. Mata Yuri terlihat menatapnya penuh rasa sakit. Sang istri hanya terdiam. "Lebih baik kita pulang terlebih dahulu. Tidak akan ada acara talkshow untuk tahun ini, aku mengirimmu photoshoot saja," ucap Kyuhyun perhatian. "dan mungkin kau mau mulai berlatih untuk acara Phantom of The Opera yang sudah kau tunggu-tunggu,"

  Yuri seperti menganggapnya tidak ada. Bahkan ia tak menganggapku ada. Aku tahu kesalahanku fatal tapi apakah harus sesakit ini rasanya yang aku alami, Yuri? Sakit seperti inikah yang kau rasakan saat aku memberitahumu?, batin Kyuhyun sedih dan kecewa pada dirinya sendiri.

  "Pulang,"

  Hanya kata itu yang terucap dari bibir manis seorang Kwon Yuri. Terkesan dingin dan menyeramkan. Kyuhyun mengangguk. Tangan kanannya melingkar di pinggang Yuri dengan sedikit canggung. Maklum saja, urusan diantara keduanya belum selesai dan Kyuhyun dengan santainya seakan melupakannya ketika Yuri kehilangan ingatannya untuk beberapa saat.

  Pria itu akhirnya kembali pulang ke apartemen bersama Yuri diantar oleh sang supir. Keheningan menyambut mereka sejak masuk ke dalam mobil hingga rumah. Yuri meletakkan ponselnya di atas meja setelah terus berada di dalam kantung celananya selama ini. Tasnya pasti dibawa sang manager dan stylist.

  Yuri mencuci kaki dan tangannya di kamar mandi lalu mengganti pakaiannya sebelum kembali berbaring di atas kasur untuk beristirahat. Ia tak sekalipun berbicara ke Kyuhyun dan berniat menyentuhnya sama sekali.

  "Yuri, tidakkah kita perlu bicara mengenai permasalahan ini? Sampai kapan kita harus selalu seperti ini?" tanya Kyuhyun.

  "Sampai masalahnya selesai, Kyuhyun. Biarkan aku beristirahat. Kau sepertinya lebih ingin aku amnesia agar tidak perlu mengingat - ingat mengenai masalah itu bukan?" Yuri menanggapi dengan dingin dan juga ketus. Tak ada lagi kelembutan yang terdengar dari nada bicaranya. 

  Kyuhyun mengangguk paham sebelum berbaring di sebelah Yuri. Hari sudah sore dan sang istri tak berencana untuk makan sekalipun. Yuri lebih memilih untuk tidur beristirahat. Kyuhyun tak berani mengajak Yuri untuk makan malam. Untuk kali ini, pertama kalinya dalam seumur hidupnya, Yuri takut dengan Yuri.

to be continued.

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang