The Point of No Return

263 21 2
                                    

    Pagi menyambut, namun Yuri tak juga bangkit dari kasurnya. Marah, kecewa, benci, semua menjadi satu dari dalam hatinya.

  "Yuri, ayo kita bicara,"

  Sang istri membalikkan tubuhnya, kakinya melangkah keluar dari kasur dan bergerak menuju meja rias, terduduk disana mengamati dirinya sendiri di kaca. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari dalam dirinya. Ia tidak merasa bahwa dirinya adalah Yuri yang sebelumnya. Diteguknya air mineral di atas meja itu hingga habis.

  "Kau tahu aku tidak mungkin bersama perempuan lain, Yuri. Aku akui waktu itu kau sedang sibuk dan aku sedang di klub malam, tetapi, semua itu kecelakaan semata," ucap Kyuhyun sambil berdiri di belakang sang istri. Kedua tangannya kini berada di kedua bahu Yuri.

  Diam. Yuri tidak mau membuka mulutnya. "Aku tahu kau juga marah dengan keputusanku merawatnya di rumah. Tapi, perempuan itu butuh bantuan Yuri dan aku bertanggung jawab," sambung Kyuhyun.

  Tangan pria itu sengaja perlahan mengusap leher dan tengkuk sang istri sebelum turun perlahan ke dada, perut, dan pahanya.

  Kyuhyun lalu berjongkok di depan Yuri, lalu didekatkan wajahnya ke Yuri. Perlahan tapi pasti, bibir itu menyentuh bibir milik Yuri. Diciumnya lalu dilumatnya bibir itu lembut. Yuri akhirnya terbawa suasana. Rayuan Kyuhyun membawanya entah kemana. Air mineral tadi, entah apa isinya membuat tubuh Yuri lemas.

  Ciuman panas itu semakin menjadi-jadi. Tangan Kyuhyun yang kini sudah mencoba menjamah tubuh sang istri bergerak bebas sedangkan Yuri yang terduduk di kursi terdiam saja dengan perlakuan sang suami.

  Baru saja percintaan panas itu akan dimulai, Yuri menampar wajah Kyuhyun, tidak terlalu keras karena tubuhnya lemas. Pria itu terlihat terkejut dan berhenti. "Aku tidak lagi memercayaimu. Aku akan mengajukan perceraian!" seru Yuri sedikit keras. Kyuhyun menatap kedua mata Yuri lekat.

  "Jika kau benar-benar mencintaiku, kau tidak akan melakukan hal seperti itu. Apapun itu alasannya. Jangan mengelak, aku tidak suka mendengarnya!"

  Airmata mulai turun membasahi wajahnya. Yuri memukul dada bidang Kyuhyun dan mendorongnya sekuat tenaga sebelum terjatuh ke lantai, karena tubuhnya sendiri tidak mampu menopang beban tubuhnya.

  Kyuhyun memeluk Yuri erat, berusaha meminta maaf namun aktris kelahiran seribu sembilan ratus delapan puluh sembilan itu mendorongnya semakin menjadi-jadi. "Pergilah, Kyu. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Silakan urus perempuan yang kau tiduri, aku akan pergi dari sini!" ucap Yuri kaku.

  Pria itu mesejajarkan pandangannya dengan sang istri, membantunya berdiri, namun Yuri menolak. "Tidak perlu membantuku. Tidak ada gunanya," sahut wanita itu pelan. Perlahan, Kyuhyun meninggalkan kamar itu, menutup pintu rapat dan membiarkan sang belahan hati sendiri untuk sementara waktu. Airmata dan rasa sakit di hatinya tak lagi bisa dibendung.

  "Apa yang aku pikirkan saat itu hingga melakukan hal seperti itu? Kenapa bisa aku mengkhianati istriku sendiri yang selalu menyayangiku dan berusaha semampunya untuk mengurusku? Bukankah aku yang dulu bersumpah akan membahagiakannya dan tidak akan membuatnya meneteskan airmata?" tanya Kyuhyun pada dirinya sendiri sambil memukulkan kepalanya pada tembok di samping pintu kamarnya.

  Wanita rapuh itu menangis tersedu-sedu di lantai. Selama ini ia selalu membintangi drama dan cerita sedih, menjadi bagian dari mereka, namun ia tak pernah berharap untuk mengalaminya di dunia nyata. Yuri terasa sesak. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya dan juga berhadapan dengan pria yang sudah menghancurkan pernikahannya.

  Yuri melangkah ke meja riasnya perlahan, sebelum berteriak frustasi dan melempar semua barang di atas meja itu ke lantai. Suara pecahan parfum mahal nan mewah terdengar, makeup yang pecah berantakan di lantai, hingga barang lain yang sudah tak berbentuk ketika menyentuh keramik yang dingin itu.

  Kakinya berat untuk melangkah pergi. Yuri mengambil sebuah remote TV lalu melemparnya ke kaca meja rias hingga pecah dan hancur berkeping-keping. Tentunya, mendengar suara pecahan membuat Kyuhyun menerobos masuk ke dalam dan menemukan keadaan ruangan dalam kondisi hancur dan tak berbentuk. Seperti ada gempa bumi berskala besar baru saja mengguncang dan menghancurkan isinya.

  Yuri terduduk di depan meja rias dan menunduk. Perlahan, Kyuhyun kembali mendekatinya. "Yuri-ah, apa yang kau lakukan? Ayo, jangan disini," ucap Kyuhyun canggung. Ia menepuk pundak kanan Yuri pelan lalu segera menopang punggung Yuri dengan tangan kirinya ketika tubuh wanita itu tiba-tiba jatuh ke belakang begitu saja.

  Kyuhyun menggendongnya perlahan, kakinya memiliki banyak luka lecet akibat pecahan kaca yang menyentuh kulit telapak kakinya. Dibaringkan aktris berbakat itu di atas kasur kamar tamu sebelum selimut tebal menutupi tubuhnya yang masih terbalut pakaian tidur semalam. Wajah Yuri sudah menyusut dan tubuhnya semakin mengurus.

  CEO itu meninggalkan ruangan dan menutup pintu kamar itu rapat. Tangannya mengisyaratkan para pelayan di hadapannya untuk membersihkan ruangannya yang sudah tak berbentuk lagi isinya.

  Tubuhnya merosot ke lantai. Bersandar pada pintu coklat tua itu. Ingatannya mengenai wajah Yuri yang bengkak dan sembab akibat tangisan frustasinya di dalam tadi membuatnya merasa semakin bersalah. Semakin menjadi-jadi. Ia mengepalkan tangannya dan memukul kepalanya keras berkali-kali, lalu terisak.

  'Bukan ini yang aku janjikan kepada Yuri saat kita menikah, bukan ini... Tuhan,' batin Kyuhyun penuh rasa penyesalan yang kini sudah tak lagi bisa dihapus. Keduanya selalu bahagia sejak menikah, lalu kenapa kesalahan ini bisa Kyuhyun lakukan? Kenapa dirinya merusak pernikahannya sendiri, menghianati sumpahnya sendiri.

  "AH!"

  Jeritan terdengar dari dalam kamar. Kyuhyun langsung bangkit dan meraih gagang pintu, namun ia tidak mendorongnya. Diurungkan niatnya untuk masuk dan memeriksa Yuri yang masih terguncang dengan percakapan mereka pagi ini. Pria itu justru melangkah ke dapur untuk meneguk alkohol koleksinya.

  Keduanya tak lagi berbicara dan saling berdiam diri di kamar masing-masing. Malam tiba, namun Kyuhyun tak mendengar suara Yuri sama sekali. Suasana kamar itu begitu hening dan sepi, seperti tidak ada penghuni.

  "Panggil Yuri untuk membahas perceraian," perintah Kyuhyun lesu.

  Pelayan wanita yang terlihat muda itu mengangguk lalu mengetuk pintu ruangan Yuri, memanggil. Tak ada tanggapan. Berkali-kali dicoba namun tak kunjung ada jawaban. "Mr. Cho, Mrs. Cho tidak menjawab," ucap pelayan itu. Kyuhyun menoleh. "Masuk saja ke dalam," ucapnya.

  Wanita itu perlahan membuka pintu Yuri sebelum menjerit shock dan ketakutan. Wajahnya pucat pasi. Kyuhyun berlari ke kamar itu dan menemukan tubuh sang istri sudah dingin di lantai dengan pergelangan tangan yang sudah berhenti mengalirkan darah. Yuri menyayat nadinya sendiri.

  Kyuhyun terjatuh ke lantai. Darah yang menggenang tak diindahkan. Pria itu memeluk Yuri erat dan menangis dalam kesedihan.

  "YURI! YURI BANGUN! KAU BELUM MENJADI CHRISTINE DAAE UNTUK SEMALAM!" jerit Kyuhyun hancur. Tak pernah ia sangka Yuri bisa sampai seperti ini. 

to be continued.

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang