Adek Becek Bang, Kencan di Mall

11.6K 235 6
                                    

Di dalam kamar saya disuruh duduk di atas kasur king size Bagas. Sama empungknya seperti milik saya di apartement hanya ini king size sedang milik saya lebih kecil, queen size, seperti saya kalo tidur manja di atas kasur saya berasa queen. Kalo pulang dari club saya suka pake daster lucu. Saya jadi mengahayalkan berbaring pasrah di atas kasur ini dengan Bagas mandangin saya nakal. Saya pake rok mini hitam yang ketat biar pantat berisi natural tanpa suntik silikon ini makin menggoda. Sadar Nara!

Uh, kamar ini luas tapi minim perabotan, dicat biru tua seperti laut yang dasarnya dalam banget. Kasur yang saya duduki tepat di seberang jendela dengan gorden putih bersih. Di dekat pintu ada meja belajar yang di atasnya hanya ada laptop, tab dan lampu belajar mini, tentu tak ada buku dia lulus SMA tidak langsung kuliah dan sepertinya bukan tipe suka membaca.

Di sisi kanan Kasur melekat dengan dinding ada lemari yang besar dan lebar.  Begitu dibuka saya kaget bukan main, 70% isinya cuma celana selutut bermotif bunga dengan warna terang mencolok dan baju tanpa lengan. 20%nya kemeja dan celana bahan. Saya heran, apa dia baru pindah? Gak masuk akal isi lemarinya hanya itu.

Bagas berdiri di depan lemari yang cuman makan tempat itu. Lalu dia berbalik untuk menatap saya. "Bagaimana pak? Saya gak bisa milih apa yang cocok untuk saya." Saya bangkit dan mendekatinya, berdiri di sampingnya. Ternyata tinggi saya dan Bagas gak beda jauh, pertumbuhan pemuda ini bagus hingga di usia 19 tahun bisa menyamai tinggi saya yang 178cm.

Saya memerhatikan dengan seksama. Kemeja lengan pendek berwarna navy dengan motif garis hitam di kedua lengannya, saya mengambilkannya jeans hitam yang hanya satu-satunya di lemari milik Bagas.

"Saya rasa kamu cocok dengan ini," ujar saya sambil menunjukan kemeja dan jeans.-
Yang berikutnya terjadi membuat tungkai saya lemah. Hampir kehilangan ekspresi cool di wajah saya. Bagas melepas boxernya di depan saya.

Sial! Tulang v di area selangkanganya menggairahkan. Saya berpaling sambil ke dua tangan memegang kemeja dan jeans. Dia mengambil jeans dan mulai mengenakanya. "Apa saya begitu sexy sampai bapak harus berpaling begitu," ujarnya begitu selesai mengancing resleting jeansnya.

"Kamu harus diajari sopan santun di depan orang dewasa." Saya menyerahkan kemeja dengan kasar. Bagas gak ngerti jantung saya nyaris meledak. Ini hari yang buruk atau bisa saya sebut berkah?.

Bagas semakin berani padahal ini baru pertemuan ke 3 saya mengajar. Dia sama sekali terlihat biasa dengan hal ini. Kalo kami pacaran bisa ditebak saya akan menikmati pemandangan ini terus.

"Kenapa? Bapak gak suka sama badan saya?" tanyanya dengan ekspresi menggoda.

Saya harus tegas layaknya guru. "Bagas, saya ini gurumu jika kamu lupa." Saya berpaling ingin keluar dari kamar. Ga kuat karena semakin panas. "Cepatlah jika kamu mau saya temani membeli baju. Saya gak punya banyak waktu," suruh saya sebelum keluar dari kamar.

-----------
Udah di mall saya jalan bersisian dengan Bagas, untungnya dia tinggi jadi tak akan ada mata nyinyir yang ngira Bagas anak saya. Tapi nyebelin! Mata cewek di mall pada udik liat Bagas. Tatapan mereka menelanjangi Bagas, memindahi dari atas hingga bawah.

Saya di sampingnya jalan bagai model, dagu terangkat dengan sombong sampai saya ingat sekarang saya sebagai Nara bukan Nana. Andaikan saja saya bisa berjalan sambil begelayut manja di lengan berotot Bagas.

Lamunan saya tiba-tiba di intrupsi Bagas. "Lain kali saya gak mau ajak pak Nara lagi," ujarnya ketus. Ke dua tangannya dilipat di dada dengan mata menatap jengah.

Saya berhenti jalan. "Saya ngebosenin?" bukannya jawab Bagas malah jalan duluan. Dasar pemuda labil! Mending saya ngurusin club daripada nemani dia. Biar pemasukan club semakin banyak.

Banci dan Murid HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang