Warning!!!
Chapter ini mengandung muatan konten 18+, menggunakan kata-kata vulgar meski saya sudah berusaha menggunakan kata ganti. Bagi pembaca dibawah umur harap bijak menyikapi karena saya tidak menanggung akibat apa pun termasuk pencemaran otak kalian.
Happy Reading...
Bell pintu apartement Nara ditekan berulang kali dengan cukup brutal padahal jam masih menunjukan pukul delapan pagi dan dia baru tiba lima belas menit yang lalu. Nara tidak buru-buru mendatangi pintu untuk membuka, tebaknya Bagas lah yang bertandang karena bukan jadwal mengajarnya hari ini. Pemuda itu mulai sering datang sejak tiga minggu lalu mengungkapkan niatannya memiliki Nara.
Tapi bell berbunyi semakin menggila, memaksanya bergegas bahkan sebelum sempat berganti baju atau membersihkan make up. Dia membuka pintu sambil mengomel kesal, "Ini terlalu pagi, dasar murid tak tau so..., " kalimatnya terhenti, mau tak mau. Bukan Bagas yang datang, melainkan seseorang yang tidak dia inginkan lagi.
"Pagi Nara, aku masuk ya," ucapnya tenang dan langsung masuk mendahului empu apartement bahkan dia tak repot-repot menunggu jawaban.
Kembali dari kekakuannya Nara menutup pintu lalu menyusul seseorang yang sudah lebih dulu masuk, dia sedikit tersentak tak mendapati tamunya di sofa putih kesayangnya menoleh pada sisi dapur yang tak bersekat, dia tak juga menemukan si tamu. Nara berjalan ke satu-satunya kamar yang ada di apartement sederhana miliknya, begitu membuka pintu dia bersandar di daun pintu dengan tangan melipat di dada. Wajahnya letih karena tidak tidur semalaman, lingkar hitam bawah mata Nampak samar diwajahnya.
"Nara apa kamu mabuk?" Tanya si tamu dengan suara teredam karena membenamkan wajah di kasur, pria itu mengenakan setelan jas lengkap dan dasi bahkan tak melepas sepatu pantofelnya. Jika, Nara dalam mode normal dia tentu akan mengomel mendapati orang lain tiba-tiba tidur di kasurnya bahkan sebelum membersihkan diri terlebih masih mengenakan sepatu.
"Engga. Panggil saya Madam!" jawabnya lembut meski tengah menahan emosi di ubun-ubun.
"Tapi aku sangat mabuk. Aku gak akan pernah manggil kamu Madam dari dulu dan sampai kapan pun," timpal pria itu yang kini memberi tatapan sendu pada Nara yang masih setia di daun pintu, wajahnya berekspresi santai dengan senyum kecil di wajah. Dia merasa sedikit senang pria itu tak berubah.
"Sudah menjadi adat kamu datang pada saya kalo lagi sakit hati, jadi apa lagi sekarang?" pria itu mengubah posisinya menjadi duduk sambil memeluk salah satu bantal. Matanya menatap dalam Nara dan menelisik dari atas hingga bawah.
"Kamu gak mau kemari dan meluk aku?" kedua tangan pria itu kini merentang memberi isyarat untuk Nara masuk dalam dekapan kedua tanganya tapi yang di minta hanya berdiri santai sambil mengibas rambut sebahunya, bukan wig karena dia sengaja memanjangkan rambut hingga menyentuh bahu.
"Pertengkaran Maya dan Ronald bukan pemicunya, kan? Di usia seperti sekarang harusnya mereka tak lagi mampu membuat otakmu kacau seperti dulu." Merasa kakinya mulai lelah Nara berjalan mendekati kursi di meja rias miliknya alih-laih menghambur ke pelukan pria itu dan duduk di kursi yang ada disana. Seperti biasa dia duduk dengan melipat kaki bertumpu satu pada yang lain dan tangan melipat di dada, matanya mengawasi pria itu duduk bersila memeluk salah satu bantalnya.
Hatinya berdesir pelan dan syahdu, pria di depanya memiliki wajah imut dan kulit putih, mata berwarna coklat tua terbingkai indah oleh alis rapi segaris yang berbulu lebat wajah, oval menonjolkan tulang pipi dan senyum manis berdimple di pipi kanan selalu bersamaan dengan mata yang membentuk eye smile. Dengan setelan jas lengkap, badan kurus berototnya nampak indah sukses menyembunyikan tato di lengan kiri dan kanannya hasil dari sakit hati saat masih tujuh belas tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Banci dan Murid Hot
General FictionSetiap Nara berhadapan dengan Bagas hanya ada dua hal yang menjadi fokusnya Headline di berita kriminal "Pemuda 19 tahun dicabuli guru les privatenya yang Banci." Atau "Pemuda 19 tahun perkosa guru les privatenya yang banci"