Warning!!!
Chapther ini mengandung muatan konten 18+, banyak menggunakan kata-kata vulgar meski saya sudah berusaha menggunakan kata ganti. Bagi pembaca dibawah umur harap bijak menyikapi karena saya tidak menanggung akibat apa pun termasuk pencemaran otak kalian.
Happy Reading...
Bagas tak langsung menjawab, dia semakin berani mengikis jarak mereka dan mendorong mundur Nara hingga di pojok sofa. Menatap langsung ke dalam manik hitam yang terlihat mulai gentar, tak puas hanya memojokan sang guru, Bagas mulai merayap menindih setengah badan Nara dan bertumpu pada kedua tanganya tanpa melepaskan kontak mata.
"Saya mau keduanya menjadi milik saya, Nara dan Madam."
...
Tuh kan! Bener, dia udah tau siapa saya makanya ngegodain terus. Duh, saya panas dingin setengah ditindih pemuda berbadan hot kaya Bagas, syukur posisi kaki dia engga nyelip diantara paha, bisa bergairah saya dibuatnya. Dia barusan nembak saya kan? Tapi kok tidak ada kalimat ngajak pacaran, ya? Bentar, dari nada bicara dia yang engga ada lembutnya malah terkesan menggoda dan dominan, apakah dia berniat jadiin saya slavenya? Saya engga terima, cantik gini mau dijadiin budak cinta.
Curi pandang ke mata Bagas untuk melihat dia ngeliatin apa, ternyata pilihan yang salah, saya malah merasa seperti ikan terdampar di darat bawaanya pengen menggeleper, bawannya pengen dipangku dan dimanjain. Ayo dong, Nara kamu harus jual mahal, masa mau sama berondong belasan tahun yang kuliah aja belu, udah kaya tente girang rindu belaian manjah aja karena suami jarang pulang, saya kan, tante elegan yang sama duda aja ogah, harus pria matang atas bawah luar dalam apalagi dalam hati, dalam dompet dan dalam celana, eh.
Bagas mulai menarik diri kemudian menegagkan badan dan kembali duduk di sofa. Akhirnya saya bisa bernapas, sempat lupa napas karena hawa panas dari terpaan napas Bagas di depan muka tetapi malah bikin tengkuk meremang, maklum saya perawan jadi sensitive banget napas pemuda ganteng aja bikin geli. Gini-gini saya gak sudi main di ranjang sembarangan ya, itu club malam saya yang dirikan jadi tinggal terima uang penghasilan dari bintang-bintang banci lain aja, saya duduk cantik aja udah dapet duit gak perlu ngangkang atau joget pamer pantat semangka.
Saya menepuk kaos bagian belakang agar gak nepel dikulit badan karena keringat padahal AC nyala tapi punggung saya sedikit basah, duduk cantik dengan menyilangkan kaki dan bertempu satu pada yang lain, saya balas dendam dikit kali gak papa ya sambil sok jual mahal. Saya tarik kerah kaos agak turun dan memberi tatapan sayu, biasanya engga ada yang nolak merhatiin kalo saya udah begini.
"Dengar Bagas, kamu pikir dengan tau siapa saya lantas bisa mendeklarasikan mau memiliki?" Ekspresi dia sedikit aneh saya bingung mendekripsikan dan mengartikannya. Matanya belum melepaskan tatapan sejak tadi tapi bibirnya menyunggingkan senyum.
"Meski Bapak bilang begitu, itu terdengar seperti menggoda bagi saya," kata Bagas sekarang melempar senyum miring dan sedikit mengangkat alis. Dasar tukang pamer, tau banget kalo mukanya tambah ganteng kalau sudah senyum miring kan, saya jadi sempat ragu buat jual mahal.
"Kamu yakin menyukai kedua penampilan saya? Atau... Madam lebih menarik dari Nara?" saya mendekatinya nyaris menempel, dengan berani sedikit memajukan dada yang sayangnya punya saya ini flat boob, tetapi saya pamer nipple yang tercetak di kaos tipis saja . Sudah kepala tanggung, udah ketahuan, kan? Saya gak perlu sok cool lagi nanti kecantikan dan kelentikan aura saya terkubur kecoolan palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banci dan Murid Hot
Ficción GeneralSetiap Nara berhadapan dengan Bagas hanya ada dua hal yang menjadi fokusnya Headline di berita kriminal "Pemuda 19 tahun dicabuli guru les privatenya yang Banci." Atau "Pemuda 19 tahun perkosa guru les privatenya yang banci"