fifth letter

2.5K 553 21
                                    

Dear Louis, 

Hari ini, Ayah memasakkan sup wortel untuk makan malam. Dan kau tau? Hal itu kembali mengingatkanku dengan dirimu. Aku tau mungkin kejadian waktu itu salah satu aibmu. Tapi aku ingin mengingatkanmu lagi dengan kejadian waktu itu. 

Waktu itu, Ibu memasak sup wortel untukku dan kau. Aku yang sedang ingin makan ayam, menolak memakan masakan Ibu. Aku masih ingat wajah sedih Ibu melihatku yang tak ingin memakan masakannya. Kau berjalan ke arah Ibu, membisikkan sesuatu yang membuat Ibu tersenyum. Setelah itu, Ibu pergi ke dapur meninggalkanku dan kau berdua di meja makan.

"Jadi, kenapa kau tidak mau makan sup wortel buatan Ibu?" tanyamu berkacak pinggang. Wajahmu kau buat seperti guru matematikaku saat dia marah. Aku harus mengakui sesuatu. Wajahmu sama sekali tidak terlihat menyeramkan. 

"Aku sedang ingin makan ayam." jawabku mengerucutkan bibirku.

Kau menghela nafas. "Tapi kan kasihan Ibu. Dia sudah capek-capek membuatkan kita sup wortel. Ayamnya bisa besok saja."

Ucapanmu waktu itu seakan menjadi sebuah tamparan bagiku. Aku menundukkan kepalaku tak berani menatapku. Aku sadar, memang harusnya aku tidak boleh egois. Padahal kan Ibu sudah memasakkan sup wortel dengan susah payah. Namun, aku juga tak bisa memungkiri, bahwa keinginanku untuk makan ayam itu masih ada.

"Lagi pula, gigimu itu kan gigi kelinci. Jadi lebih cocok makan wortel!" ucapmu tanpa rasa bersalah. Aku yang mendengar ucapanmu sontak kembali  mengerucutkan bibirku. Aku tidak suka setiap kali kau mengatakan bahwa gigiku mirip gigi kelinci. 

Melihatku yang kembali ngambek, kau menggaruk tengkukmu mencari cara agar aku tidak mengambek lagi. "Bagaimana kalau aku menari ala kelinci? Tapi kau harus berjanji kau akan menghabiskan sup wortel buatan ibu. Bagaimana?" tanyamu memberikan penawaran.

Aku sempat terdiam sebentar waktu itu. Namun akhirnya aku menganggukkan kepalaku setuju dengan penawaran yang kau berikan. Waktu itu, kau langsung meloncat-loncat kesana-kemari bak kelinci. Kau juga sempat menggoyang-goyangkan bokongmu membuatku tertawa terbahak-bahak. 

Namun, bagian yang aku sukai adalah, waktu kau membelai lembut rambutku ketika aku memakan sup wortel buatan Ibu. "Nah gitu dong di makan sup wortelnya. Itu baru namanya adikku." Dan waktu itu, aku langsung tersenyum senang melihatmu yang tersenyum lebar.

Asal kau tau Lou, aku rela melakukan apapun untuk melihatmu menari ala kelinci lagi seperti waktu itu lagi. Jadi kembalilah, Lou. Nafsu makan Ayah akhir-akhir ini juga menurun. 

Kami merindukanmu, Lou.

Delilah.

letters to lou → louisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang