Dear Louis,
Kau masih ingat Ashton? Iya, Ashton Irwin, teman sekelasku sekaligus salah satu sahabatku. Siang tadi, dia melakukan sesuatu yang sama sekali tak pernah aku fikirkan, Lou. Disaat semuanya sedang sibuk dengan makanan mereka masing-masing, dia memilih untuk naik ke atas meja, tempat kami berkumpul.
Dia menyatakan perasaannya padaku.
Aku tidak pernah menyangka kalau ternyata selama ini, dia menyimpan perasaan padaku. Perasaan lebih dari seorang sahabat. Tentu saja, sebagai seorang sahabat, aku tidak ingin melukai perasaannya. Tapi nyatanya, aku melukai perasaannya tadi. Aku berhasil membuatnya menatapku kecewa ketika aku menolak untuk menjadi kekasihnya.
"Kenapa? Apakah ada seseorang yang kau sukai, Delilah?"
Pertanyaan itu berhasil membuatku diam tak berkutik. Puluhan pasang mata yang ada di kafetaria menatapku, menungguku mengeluarkan suara atas pertanyaan yang Ashton lontarkan padaku. Tapi aku tidak mungkin kan mengatakan kalau aku jatuh cinta dengan kakakku sendiri?
"Maafkan aku, Ashton. Lagipula, kau berhak mendapatkan yang lebih baik dariku."
Aku tau, itu jawaban yang benar-benar konyol. Tapi aku juga yakin, Ashton berhak mendapatkan yang lebih baik dariku. Jika aku bisa, mungkin tadi aku sudah menerima Ashton.
Namun, percaya atau tidak, ada satu sisi dariku yang berkata bahwa mungkin saja kau membalas perasaanku. Oh pernyataanku tadi bahkan terdengar lebih konyol dari pada alasan yang kuberikan pada Ashton.
Entahlah, sekarang aku menjadi ragu, apakah keputusanku untuk menolak Ashton itu benar?
Apakah memang ada kemungkinan kau juga merasakan hal yang sama denganku, Lou?
Delilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
letters to lou → louis
FanfictionHanyalah surat-surat yang Delilah taruh di depan kamar Louis. Copyright © 2014 by popcacorus