Kyuhyun tidak tahu pasti kapan dia berada di sekolah ini. Yang dia tahu dirinya telah jatuh cinta dengan tempat itu.
Setiap hari dia akan berkeliling. Melihat dan memperhatikan.
Dulu, dulu sekali tidak pernah dia ikut campur. Melewati batas dimensinya dan berbaur menggunakan kelebihannya.
Dari sejenisnya bukan tidak ada yang menegur. Sering sekali malah. Namun akhirnya mereka pun menyerah. Kyuhyun adalah Kyuhyun. Selalu sesuka hati.
Puk!
Menoleh terkejut. Kyuhyun yang sedang memperhatikan Kibum dan teman-tamannya yang lain, merasa terganggu oleh sapaan yang kasar itu.
"Apa!?" Kyuhyun nyolot. Mengusap bahunya yang sakit.
Pria yang terlihat lebih dewasa itu beralih duduk. Menggantungkan kaki seperti yang dilakukan Kyuhyun diatap sekolah.
"Kau tidak boleh seperti ini terus. Tidak baik. Tidak benar."
Kyuhyun cuek. Si pria itu memutar mata jengah. Kembali dia menepuk dengan keras di lengan Kyuhyun.
"YAK!!" Kyuhyun bangkit berdiri. Menghentakkan kakinya kesal. "Kembali saja kau! Setiap kali kau muncul moodku sangat buruk!!" Marah Kyuhyun menunjuk wajah itu tanpa sopan.
"Itu yang seharusnya jadi masalah kami!" Si pria balik marah. Mendengus seraya bangkit. Berkacak pinggang. "Dengar. Ini bukan tempatmu! Kau salah ada disini. Ini lebih dari 3 hari kau melewati batas berturut-turut. Kau pikir itu tidak sakit? Itu juga berdampak pada dirimu!"
"Aku tahu! Tidak perlu kau jelaskan!"
"Memang benar kau bodoh!" Menggeleng prihatin. Sudah tahu mereka memiliki batasan meski ada kelebihan juga. Tetap saja melewati batas dimensi, sekalipun dengan resiko kesakitan.
"Lagipula itu hanya sedikit sakit." Sungut Kyuhyun.
"Sedikit sakit otakmu!" Kesal pria itu memukul keras-keras lengan Kyuhyun. Kyuhyun mengaduh serta menghindar tapi si pria juga tidak surut sikap anarkisnya.
"Dengar." Berhasil menangkap lengan Kyuhyun, "jangan keras kepala lagi. Sudah waktunya kau berhenti. Ayo pulang!" Pria itu menggenggamnya dengan kuat. Menyeretnya.
"Appa, tidak mau." Rengek Kyuhyun bertahan di tempatnya.
Pria yang nampak masih muda itu adalah ayahnya. Tidak seperti ayah dan anak memang. Selain tidak terlihat dari tampang. Cara berinteraksi mereka juga lebih seperti teman. Salahkan Kyuhyun yang tidak suka diperlakukan anak. Dia tidak suka harus bersopan santun apalagi tunduk pada si ayah.
Kyuhyun memang beda. Sejak memasuki usia dewasa Kyuhyun semakin seenaknya. Itu membuat keluarganya menyerah. Bukan berarti tidak sayang.
Jika tidak sayang, untuk apa tuan Cho itu ada disini.
Menatap putranya tanpa melepaskan tangan pucat itu, meminta pengertian sang anak.
"Kyuhyun, aku tahu kau sangat suka ada disini. Kau mencintai manusia. Itu wajar. Kami sama sepertimu. Kami menyukai manusia. Tapi kau berlebihan. Aku sudah tidak bisa membiarkan ini lagi. Sudah waktunya kau melupakan dunia manusia. Hidupmu bukan disini, nak."
Kyuhyun menggeleng. Matanya sayu menatap sang ayah. "Aku tidak akan pergi kemanapun appa. Anak itu ada disana. Keturunan gadis itu."
Tuan Cho menguatkan pegangan sedangkan matanya tidak berpaling dari sepasang netra kelam sang anak.
"Kau tahu itu salah."
Kyuhyun mengangguk. Senyumnya sendu. "Hanya itu yang bisa kulakukan. Untuk dia aku mencuri kabar langit. Dan sekarang, sekali lagi aku ingin menyelamatkannya dari rasa kehilangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iam There
Fanfictionmereka bilang, ada murid tak terlihat di sekolah. dia ada, tapi tak seorang pun tahu. terkadang dia adalah malaikat, tapi di waktu tertentu dia sebaliknya, setan, iblis? entahlah.