[17]kecelakaan

1.8K 81 2
                                    

Malam ini pertunjukan akan segera dimulai. Deru motor mendominasi suasana malam ini, di tambah teriakan beberapa orang yang ikut meramaikan suasana.

Kenan sudah siap dengan motornya. Begitu juga dengan Rey. Kenan menatap sebentar ke arah Rey sebelum menutup kaca helm miliknya.

Satu...dua...tiga

Saat bendera sudah dijatuhkan pada hitungan ketiga, Kenan dan Rey memulai balapan.

"Kenan mana?" tanya Keyna kepada Tara.

"Ngapain lo kesini? Pakek bawa pacar gue." tanya Tara.

"Apaan sih Tar," ujar Eliana.

"Jawab gue Tar!"

"Dia lagi balapan sama Rey."

"Rey?! Kakak kelas kita?" tanya Keyna membulatkan matanya.

"Emang ada lagi selain dia yang namanya Rey?" tanya Tara.

"Kenapa lo bisa di sini?" tanya Arman.

Keyna menarik nafas pelan, "Dari tadi handphone Kenan gue telepon gak di angkat-angkat. Jadi, gue tanya aja sama Eliana. Terus kata Eli, Kenan lagi balapan."

"Mending lo pulang, kalo Kenan tau lo ada di sini dia pasti bunuh gue."

"Kan lo yang di bunuh, bukan gue," jawab Keyna.

"Gue anter lo pulang sekarang," ujar Tara menarik tangan Keyna.

Keyna mencoba melepaskan tangannya, "Biarin gue di sini! Gue cuma pengen lihat Kenan!"

Tara akhirnya melepaskan genggamannya. Ia menatap ke arah Eliana, Eliana hanya mengangguk pelan.

Kenapa perasaan gue jadi gak enak ya? Batin Keyna.

Tanpa sadar Keyna menggenggam tangan Eliana dengan erat. Eliana menatap Keyna, wajah temannya itu nampak cemas.

"Lo kenapa?" tanya Eliana mengamati Keyna.

"Entahlah, tiba-tiba perasaan gue jadi gak enak."

Eliana mengusap punggung Keyna, berusaha menenangkan temannya itu.

"Berdoa aja semoga Kenan gak kenapa-kenapa."

Dari kejauhan Keyna bisa melihat Kenan yang sedang mengendarai motornya dengan kencang. Tiba-tiba di perempatan jalan, mobil sedan melaju dengan kecepatan tinggi.

Kenan membulatkan matanya, ia tak lagi bisa mengontrol motornya sendiri. Pandangan Kenan mendadak buram, ia hanya bisa melihat orang-orang berlari menghampirinya. Lalu pandangan itu menghilang.

"KENAN!!!" Teriak Keyna histeris.

Keyna mengangkat kepala Kenan, ia menempatkannya di pangkuannya. Tangan Keyna penuh dengan darah Kenan.

"Kenan! Lo harus bertahan Ken!" ujar Keyna.

Tara dan yang lainnya segera membopong tubuh Kenan ke dalam mobil milik Arman.

Keyna masuk ke dalam mobil, ia menempelkan kepala Kenan ke pundaknya. Keyna mengamati wajah Kenan yang berlumuran darah dan beberapa anggota badan lainnya yang juga berlumuran darah.

"Gue sayang sama lo Ken, lo harus bertahan," ujar Keyna.

"Ke..Keyna," ujar Kenan sebelum ia kembali memejamkan matanya.

Tangis Keyna meledak. Arman masih fokus dengan jalan sedangkan Tara berusaha menghubungi orang tua Kenan.

Sesampainya di rumah sakit sudah ada beberapa perawat yang mendatangi mereka. Kenan segera di bawa ke dalam UGD. Sedangkan yang lainnya harus menunggu di luar.

"Ken! Bertahan Ken, gue sayang sama lo," ujar Keyna sebelum pintu UGD benar-benar tertutup rapat.

Keyna mematung di tempat. Bercak darah milik Kenan yang kini hanya bisa ia tatap.

"Kenan! KENAN!" teriak Keyna histeris.

Tara memeluk Keyna, mencoba memenangkan hati pacar sahabatnya itu.

"Doakan Kenan. Semoga dia baik-baik aja," ujar Tara melepas pelukan Keyna.

Keyna duduk di antara Arman dan Tara. Sedangkan Budi dan Eliana mengabari teman-teman dan keluarga Kenan.

Air mata Keyna enggan berhenti. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jika Kenan meninggalkannya nanti. Namun, pikiran itu segera Keyna buang jauh-jauh.

"Kenan," ujar Keyna.

Mendadak pandangan Keyna buram, matanya begitu berat.

"Key," ujar Tara menahan tubuh Keyna.

"Kenapa dia?" tanya Arman.

"Kayaknya dia kelelahan. Gue minta tolong sama lo, anterin dia pulang biar gue yang nunggu Kenan di sini."

"Gue ke sini lagi nanti," jawab Arman mengendong tubuh Keyna.
***

"PERMISI!" teriak Arman di depan rumah Keyna.

Mendengar teriakan dari arah luar, Rita segera membukakan pintu rumahnya.

Di sana ia menemukan Keyna yang berlumuran darah dan lelaki asing yang mengendongnya. Rita segera menyuruh Arman masuk ke dalam rumah.

Arman meletakkan Keyna di atas sofa. Ia menjelaskan kronologi kejadian yang membuat Keyna tak sadarkan diri.

"Jadi begitu ceritanya tante. Kalau begitu, saya ijin pamin tante," ujar Arman.

"Makasih nak," jawab Rita.

Setelah Arman pergi, Rita mendekat ke arah Keyna.

"Bibik!" teriak Rita.

"Ada apa nyonya?"

"Tolong ambilin saya handuk, air hangat, sama selimut," ujar Rita.

Rita mengusap wajah Keyna. Ini pertama kalinya ia kembali mengusap wajah putrinya itu.

"Maafkan mama sayang, mama terlalu sibuk dengan ego mama," ujar Rita terisak.

"Sudahlah, yang terpenting sekarang jadilah mama yang baik buat Key, dia butuh kamu sekarang," ujar Rio mengusap punggung istrinya itu.

Rita hanya mengangguk singkat. Rita menyeka wajah dan tubuh Keyna, menghilangkan berkas darah yang menempel di tubuh putrinya itu.

"Papa tau mama sebenarnya sayang sama Key," ujar Rio.

"Nggak ada mama yang nggak sayang sama anaknya pah, hanya saja mama malu sama Key."

"Mah, lupain semua ego mama. Papa tau, Key anak yang baik. Key pasti maafin mama. Biar Key tidur di sini aja," ujar Rio melangkah pergi meninggalkan istrinya.

Setelah selesai membersihkan tubuh Keyna. Rita menyelimuti tubuh putrinya itu. Ia mengecup kening Keyna sebelum ia memilih tidur di sofa sebelah Keyna.

Rita menatap Keyna, ada rasa rindu yang selama ini ia tahan. Rita tersenyum, sebelum memejamkan mata.
***

Vote+coment
Sorry for typo

-brilliantradhea

K e [y] n a [n]. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang