[12]hukuman

1.8K 85 6
                                    

Karena kemarin Keyna dan Kenan membolos tanpa surat ijin. Kini mereka mendapatkan hukuman.

Kenan melirik Keyna yang mulai lelah sedari tadi berdiri menghormati tiang bendera di sampingnya. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka berdua. Tepatnya melihat ketua OSIS mereka yang baru.

"Lo gak malu di lihatin mereka?" tanya Keyna tanpa memalingkan muka.

"Malu? Ngapain gue malu? Gue kan ganteng," ujar Kenan.

"Lo sekarang ketua OSIS begok!"

"Lo sekertaris OSIS juga kan? Terus lo gak malu?" tanya Kenan menurunkan tangannya yang dari tadi hormat.

Keyna menatap Kenan lekat-lekat. Ia juga melakukan hal yang sama dengan Kenan, ia menurunkan tangannya.

"Sebenarnya gue malu bukan karena jadi pusat perhatian. Tapi, karena sebagai anggota OSIS gue gak bisa ngasih contoh yang baik," ujar Keyna.

"Kalian berdua ikut saya," ujar Pak Budi sambil mengusap kumis tebalnya.

Keyna dan Kenan hanya mengikuti Pak Budi. Tak ada percakapan antara mereka bertiga, hingga mereka memasuki ruangan OSIS.

"Duduk!" ujar Pak Budi menunjuk kursi di depan mereka.

Pak Budi merupakan salah satu anggota kesiswaan. Ia terkenal cukup kejam di kalangan siswa yang melanggar peraturan.

"Kalian ini, baru jadi murid satu bulan udah berani melanggar peraturan. Kamu juga Kenan, ketua OSIS bukannya kasih contoh yang baik ini malah kasih contoh jelek! Kalian tau kan, peraturan di sekolah ini. Di larang membolos, tanpa keterangan. Keyna juga, kenapa ngikutin Kenan?! Jangan bilang kalian pacaran?! Ngaku sama bapak!" ujar Pak Budi.

"Hah?! Nggak!" ujar mereka hampir bersamaan.

Pak Budi melototi keduanya, "Kenapa jadi galakkan kalian di banding saya?!"

"Yaudah, kita minta maaf pak. Kita tau kita salah, lain kali nggak akan kita ulangi lagi pak," ujar Kenan mewakili Keyna.

"Sebagai hukumannya kalian...."

"Stop  dulu pak," ujar Keyna memotong ucapan pak Budi.

"Stop, stop kamu kira saya tukang angkot!" ujar pak Budi geram.

"Maksud saya, kita tadi udah dihukum pak. Hormat di tiang bendera sampek siang," ujar Keyna menjelaskan.

"Itu biar buat kalian pemanasan dulu. Nah, ini hukumannya. Kalian bersihin toilet," ujar Pak Budi.

"Gak bisa pak! Kan udah ada OB, ngapain kita capek-capek bersihin kamar mandi," ujar Kenan mencoba mengelak.

Pak Budi hanya mengangguk- angguk setuju. Pak Budi memegangi kumisnya, tanda ia sedang berpikir.

"Kalo begitu..."

"Kita gak jadi di hukum! Yes!" ujar Kenan memotong ucapan pak Budi.

"Kalian tetap saya hukum! Kalian berdua, beresin gudang sekarang!" ujar pak Budi dengan geram melihat tingkah kedua murid di hadapannya itu.

“Kita mau sekolah pak, bukan belajar jadi babu,” ujar Kenan yang mendapat tatapan tajam dari Pak Budi.

Kenan segera meraih tangan Keyna. Mereka sedang berlari, tak mau lagi mendengar ocehan pak Budi yang membuat telinga mereka panas. Beruntung pak Budi tidak melaporkan tindakan mereka kepada orang tua Keyna dan Kenan.

Merasa sudah cukup jauh mereka berdua berhenti berlari. Mereka nampak ngos-ngosan.

"Lo...lo capek," ujar Kenan menatap Keyna yang sudah duduk di lantai.

K e [y] n a [n]. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang