[10]pertikaian

1.8K 89 2
                                    

Makan malam kali ini terlihat begitu sunyi. Keyna sibuk dengan makanannya. Ada dua orang di hadapannya yang menemani Keyna makan. Namun, tak ada obrolan yang tercipta di antara keduanya.

Setelah menghabiskan makanannya Keyna segera pergi meninggalkan meja makan.

"Keyna duluan," ujarnya.

Keyna menjatuhkan pantatnya di sofa. Tangannya memencet remot TV.

Rita kini berada di sampingnya. Keyna hanya mencoba terus terfokus mengarahkan pandangannya ke depan.

"Besok sekolah, kenapa nggak belajar?" tanya Rita.

"...."

"Mama tanya sama kamu!"

"...."

"Gimana kamu mau pinter?! belajar aja malas!" ujar Rita yang mencoba menahan emosinya.

"...."

"KEYNA! Kamu dengerin mama nggak sih!?"

"Nggak," ujar Keyna tanpa memalingkan mukanya.

"Pusing mama mikirin kamu! Mau kamu apa sih?! Diatur orang tua susah banget. Contoh kakak kamu, dia selalu bisa mama andalkan. Apa kamu nggak pengen kayak kakak kamu?!"

"MAH! aku Keyna bukan kakak! Berhenti nyamain aku sama kakak. Kasihan kakak, kakak ud..."

Rita bangkit dari duduknya, "Mama bilang kayak gitu biar apa?! Biar kamu bisa berubah!"

Keyna melipat kedua tangannya di depan dada. Ia berdiri di hadapan Rita, "Berubah?! Mama mau aku kayak apa? Kayak kakak yang pintar! yang punya banyak prestasi?! Kayak kakak yang selalu sempurna di mata mama? Itu maksud mama?!"

"...."

"Liat aku mah!! liat aku sebagai Keyna bukan sebagai kakak! Di mata mama cuma ada kakak, kakak, dan kakak. Selama ini aku mama anggap apa? Aku anak mama bukan sih?"

"Jaga ucapan kamu!" ujar Rita mengatur nafasnya.

"Dunia mama terlalu sibuk ngurusin kakak. Mama masih nggak bisa relain kakak meninggal kan?! Aku capek mah! Aku capek mama atur, aku udah dewasa mah. Aku bukan robot seperti kakak yang bisa mama atur sesuka mama!" ujar Keyna mendapat tamparan dari Rita.

"TAMPAR AKU MA! Tampar aku! Kalo itu yang bisa buat mama puas! Aku ikhlas," ujar Keyna terisak.

Keyna menggenggam tangan Rita. Ia menempelkan tangan mamanya itu di pipinya, "jangan berhenti mah! Inikan yang mama mau! Ayo mah, tampar Keyna lagi! Tampar biar mama puas! "

Mendengar keributan dari arah bawah, Rio segera turun. Sudah menjadi tontonan sehari-hari. Sejak Kakak Keyna meninggal beberapa tahun yang lalu, Rita selalu menuntut Keyna lebih. Bahkan Rita selalu melihat Keyna sebagai Yasmin, kakak Keyna.

Plak!

Rita kembali menampar Keyna. Amarahnya sudah di luar batas kendali. Keyna memegangi pipinya. Ia merasa pipinya panas, mungkin besok akan membekas.

"MAMA! CUKUP!" ujar Rio tegas.

Rio mencoba meraih tangan putrinya itu. Namun, Keyna menolak.

"Kalo Keyna bisa memutar waktu. Keyna akan gantiin posisi kak Yasmin mah, Keyna capek sama sikap mama! Ingat mah kakak Yasmin udah mati!" ujar Keyna segera berlari masuk ke dalam kamarnya.

Pintu kamar Keyna banting dengan keras. Ia memilih duduk dan bersandar di balik pintu kamarnya. Matanya buram, Keyna benar-benar kecewa dengan mamanya. Selama ini ia tak pernah mendapat kasih sayang seperti kakaknya, Keyna hanya diam. Tapi kini, ia dituntut menjadi seperti kakaknya. Keyna tak akan pernah bisa menyamai Yasmin. Yasmin terlalu sempurna untuk Keyna tirukan.

"Mama yang salah, nggak seharusnya mama keras sama Keyna," ujar Rio yang masih bisa Keyna dengar suaranya dari balik kamarnya.

"Aku hanya mengajari dia. Selama ini apa dia pernah membanggakan kita? Nggak pah?" ujar Rita membela diri.

"Dia Keyna bukan Yasmin yang bisa dengan mudah menuruti setiap ucapan kamu." ujar Rio dengan lembut.

"Tapi..."

"Nggak ada tapi- tapian. Bersikaplah baik dengan Keyna, seperti kamu bersifat baik dengan Yasmin, “ujar Rio memotong ucapan Rita.

Keyna masih terisak. Dulu ia masih mempunyai Yasmin, Kakaknya yang selalu bisa melindunginya. Namun, setelah kecelakaan membuatnya berpisah dengan kakaknya, Keyna kembali merasa sendiri.

"Kak Yasmin, Keyna kangen sama kakak. Keyna kangen main hujan sama kakak. Hiks....hiks... "

Tok! Tok!

"Keyna, Keyna bukain pintunya dong sayang," ujar Rio.

Keyna memang dekat dengan papanya. Papanyalah yang selalu membelanya di depan mamanya. Keyna membuka pintu kamarnya.

Rio masuk ke dalam kamar putrinya. Keyna duduk di tepi tempat tidurnya, Rio pun melakukan hal yang sama.

"Maafin mama kamu ya Key," ujar Rio mengusap rambut Keyna.

Keyna menyenderkan kepalanya di bahu Rio, "Apa Keyna harus jadi seperti kakak?"

"Jadilah diri kamu sendiri Key. Belum tentu orang lain bisa seperti kamu, hargai kemampuan kamu. Jangan dengerin orang lain bicara, yang tau kamu ya diri kamu sendiri."

"Tapi mama nggak pernah mau menghargai semua upaya Key pah. Key capek!" rengek Keyna.

Rio menarik Keyna ke dalam pelukannya, "Suatu saat mama pasti bisa sayang ke kamu, seperti mama sayang sama Yasmin. Mungkin, mama belum siap kehilangan Yasmin. Key sayangkan sama mama?"

Keyna mengangguk mengiyakan ucapan papanya.

"Yaudah, Key tidur sekarang. Besok Key harus sekolah," ujar Rio yang dibalas anggukan kepala dari Keyna.

Keyna merebahkan tubuhnya. Rio menyelimuti tubuh putrinya itu, ia mencium kening putrinya sebelum menutup pintu kamar Keyna.
***

Vote+coment
Sorry for typo

-brilliantradhea

K e [y] n a [n]. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang