[9]membutuhkan dirimu

1.7K 88 2
                                    

Kenan mencoret-coret kertas di mejanya. Ia memutar otaknya.

"Wow! Sejak kapan jomblo belajar?" ujar Budi yang menyelonong masuk di ikuti Tara dan juga Arman.

"Gak nyambung begok. Bantuin gue ngapa, gue pusing woy!" ujar Kenan menumpahkan emosinya.

Budi mendekati Kenan sedangkan Tara dan Arman sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Lo kan tau, di antara kita cuma lo yang pinter," ujar Tara.

"Kali ini gue setuju," ujar Budi.

"Kenapa lo gak coba minta bantuan sama Keyna?" ujar Arman yang masih merebahkan dirinya menatap langit-langit kamar Kenan.

"Terus, gue bilangnya gimana? Harga diri gue mau di taruh di mana?" ujar Kenan mengacak rambutnya frustasi.

"Gue akui gue lebih jago kalo urusan cewek," ujar Tara membusungkan dadanya. "Lo tinggal bilang sama Keyna. Berhubung lo sekertaris gue, lo harus bantuin gue. Gampang kan?"

"Encer juga lo," ujar Kenan.

"Jangan panggil gue Tara kalo gue gak bisa naklukin hati wanita."

"Sok ganteng lo," ujar Budi.

"Sok jelek lo. Itu, muka filter dikit kek biar enak di lihat."

"Emang gue jelek! Sirik lo sama kejelekan gue? Walaupun gue jelek, setidaknya gue gak kayak lo playboy," ujar Budi menjulurkan lidahnya.

"Yaiyalah, gimana lo mau jadi playboy lo lihat cewek aja, ceweknya udah keburu lari duluan," jawab Tara membuat Kenan dan Arman  tertawa lepas.

Budi hanya tersenyum masam, "Sakit ati gue dengernya. Gue mau pulang."

"Lah lo mau pulang naik apa? Lo kan tadi nebeng gue?" ujar Tara.

"Oiya gue lupa. Ayo pulang!" ujar Budi menyeret Tara dan Arman meninggalkan kamar Kenan.
***

Keyna sedang asyik menonton TV. Pandangannya terfokus ke depan. Namun, pikirannya jauh melayang.

Lamunan Keyna buyar, ketika Keyna mendengar pintu rumahnya yang di ketuk.

Keyna mematung di tempat. Baru saja ia memikirkannya, cowok itu kini sudah tersenyum lebar di depannya.

"Gue butuh bantuan lo," ujar Kenan.

"Apa untungnya buat gue?" tanya Keyna.

"Lo lupa?! Lo masih babu gue ditambah lo sekertaris gue, jadi lo harus bantuin gue nyusun kegiatan buat acara ulang tahun sekolah," ucap Kenan menaikkan satu alisnya.

"Yaudah, masuk!"

Keyna masuk ke dalam rumahnya di ikuti Kenan yang mengekornya.

"Bibi!" teriak Keyna.

"Iya non?" ujar bi Ijah.

"Tolong buatin minum ya bi."

"Siap non."

Kenan mengeluarkan laptopnya dari dalam tas. Matanya fokus ke layar yang menayangkan tulisan-tulisan. Kenan sudah menyelesaikan tugasnya membuat proposal.

Dalam hal ini memang Kenan tidak bekerja sendiri. Masih ada anggota OSIS yang membantunya. Namun, Kenan tipikal orang yang tidak suka bekerja sama jika tidak dalam keadaan darurat. Dan jika ia mendapatkan bantuan dari anggota OSIS yang lain, Rey pasti akan meremehkan kemampuannya.

"Gue udah bikin proposal," ujar Kenan yang masih menatap layar laptopnya.

"Terus, lo kurang apa?"

"Gue kurang kasih sayang lo," jawab Kenan mengedipkan mata.

"Maksud gue, proposal lo kurang apa. Begok!"

"Makanya ngomong itu yang jelas. Gue masih kurang di bagian acara sama anggaran."

Keyna mengambil kertas dan bolpoin di dalam tas milik Kenan. Ia mulai memikirkan acara apa yang cocok untuk ulang tahun sekolahnya.

"Usulan gue," ujar Keyna setelah selesai menulis idenya.

"Silahkan diminum," ujar bik Ijah yang membawa minum dan kue.

"Makasih bik,"ujar Kenan.

"Minum mumpung gue baik," ujar Keyna meneguk minuman di depannya, begitu juga dengan Kenan.

Setelah meminum setengah gelas, Kenan mengamati hasil pikiran Keyna.

"Gimana?" tanya Keyna.

"Lumayan, nanti gue pikirin lagi ide lo."

"Lo bilang lumayan?! Bilang makasih kek," ujar Keyna sewot.

"Iya makasih. Puas lo," ujar Kenan yang di balas cengiran Keyna.

Kenan kembali sibuk merevisi proposal miliknya. Ia tak mau nantinya proposalnya di tolak dan harus membuat ulang.

"Ngapain lo liatin gue terus? Naksir lo sama gue?" ujar Kenan yang masih menatap layar laptopnya.

"Siapa yang liatin lo? Orang gue lagi liatin laptop lo," elak Keyna.

Ini orang pekanya tingkat dewa ya, batin Keyna.

"Ngelak mulu lo kayak bajay."

"Receh lo!"

Keyna kembali mengamati Kenan yang masih sibuk. Tiba-tiba tangan Keyna menyentuh rambut milik Kenan. Kenan menatap ke arah Keyna.

Kenapa gue jadi deg degan ya? Ini orang ngapain juga mengangin rambut gue? Nyari kutu? Batin Kenan.

"Lo ngapain?" tanya Kenan.

Keyna segera menurunkan tangannya, "Nyari uban di rambut lo."

"Sorry, orang ganteng kayak gue gak bakal ada uban," ujar Kena.

Kenan mengalihkan pandangannya ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Udah sore, gue pulang dulu," ujar Kenan.

"Bagus lo pulang. Jadi, gue gak perlu bersusah payah ngusir lo."

Kenan menatap Keyna. Perasaannya aneh, hanya dengan menatap kedua mata Keyna saja membuat jantung Kenan serasa mau keluar.

Keyna menahan nafasnya. Tatapan  Kenan membuat Keyna merasa salah tingkah. Akhirnya, Keyna yang pertama kali memalingkan muka.

"Yaudah, gue pulang. Jangan kangen," ujar Kenan mengacak rambut Keyna.

Keyna memajukan bibirnya saat Kenan mengacak rambutnya. Seperti ada kembang apik di dalam hati Keyna. Ia menyukai perlakuan Kenan, walau terkadang kelakuannya membuat Keyna muak.

"Hati-hati," ujar Keyna mengingatkan Kenan.

"Perhatian banget sama gue? Gak mau gue kenapa-kenapa?"

"Serah. Kalo lo kenapa-kenapa itu juga bukan urusan gue," ujar Keyna.

"Gak baik kasih perhatian banyak-banyak. Entar gue nya tambah cinta sama lo." ujar Kenan sebelum pergi.

Keyna hanya menatap punggung Kenan yang mulai menjauh. Seutas senyum terukir di wajah Keyna.
***

Vote+coment
Sorry for typo

-brilliantradhea

K e [y] n a [n]. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang