Navya duduk dengan memeluk kedua kakinya. Arah pandangannya ke luar jendela. Menatap derasnya hujan. Dan menikmati suara alunan gemercik hujan. Dia tengah melamunkan sesuatu. Raut wajahnya tak terbaca dengan jelas.
Hujan, Kali ini aku sangat bingung dengan hatiku. Benarkah aku menyukainya?
Tapi entah mengapa aku takut memastikannya. Aku takut bila akhirnya harus kehilangan dan merelakan. Lagi. Batin navya dalam lamunannya. Kemudian memejamkan matanya sejenak untuk menetralkan suasana hatinya.Akhir akhir ini navya sering melamun bila sedang sendirian. Dan sepertinya ini adalah masalah yang menyangkut perasaannya. Karena Dia memilih untuk bungkam dari pada menceritakan pada teman temannya. Itulah kebiasaan Navya. Karena dia takut bila satu orang tau maka nantinya 100 bahkan 1000 orang yang akan tau. Lu tau lah lidah kan tidak bertulang.
"Oh iya, gua belom siapin buku buat besok." Gumamnya sendiri setelah sadar dari lamunannya. Saat di dekat meja belajar. Navya melihat buku diary berwarna pink miliknya tergrletak di atas meja itu. Navya duduk di kursinya lalu membuka buku diary tersebut.
***
Dear diary
Apa benar aku menyukai dia
Tapi aku belum siap menerima hal yang akan terjadi nanti.
Entah itu pahit atau manis yang akan menghampiri.
Aku takut akan menyesali.
Bila aku menyimpan rasa ini.
Karena aku pernah mengalami.
Hal yang sangat menyakiti.
Dan tak ingin semua itu terulang lagi.***
"Navya. Navya Bangun, makan malem dulu ayo." Ibu Navya membangunkan anaknya yang tengah tertidur dengan posisi duduk dan menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya yang terlipat di atas meja.
"Hmmm". Navya bergumam sambil meregangkan jemari tangannya.
"Ayo makan dulu". Ajak ibunya setelah Navya bangun. Dan Navya hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Hanya ada keheningan yang menyelimuti meja makan. Dan sesekali ada suara dentingan piring.
Sampai akhir makan malam pun tidak ada yang memulai obrolan. Tidak seperti biasanya. Sebab Navya yang selalu memulai obrolan. Entah mengapa kali ini mood Navya sangat buruk."Navya kalau sudah selesai cuci semua piring nya ya." Pesan ibunya sambil berdiri setelah selesai makan.
"Iya Bu." Jawab Navya seadanya.
Semua anggota keluarganya sudah beranjak dari meja makan menuju ke kamar mereka masing-masing. Navya telah selesai makan lalu dia beranjak menuju wastafel yang ada di dapur untuk mencuci piring.
Prang sebuah piring terjatuh ke lantai saat Navya sedang mencucinya. Tapi untung saja pecahan piring tersebut tidak mengenai Navya.
"Navya ada apa? Ko bisa jatuh sih". Tanya ibunya menghampiri Navya ke dapur karena khawatir. Sebab suara nyaring tadi terdengar sampai kamar ibunya.
"Mmm iya Bu. Abisnya licin banget abis disabunin." Alibi Navya sambil terkekeh.
"Kamu ini ada-ada aja. Yaudah terusin lagi, tapi inget hati-hati yah." Kata ibunya sambil geleng-geleng kepala lalu tersenyum dan memakluminya.
"Iya Bu beress." Jawab Navya sambil mengacungkan ibu jarinya.
Aduh gua ceroboh banget si. Pake ngelamun gajelas segala lagi. Navya membatin.
Kini gadis itu tengah berbaring di atas tempat tidur nya. Dia menatap langit-langit kamarnya. Padahal dia sudah terlihat kelelahan. Tapi entah apa yang membuatnya masih terjaga.
"Arthur. Kenapa sih gua kebayang mulu nama sama muka elo." Gumam navya sambil berguling ke arah kiri.
"Apa gua suka sama dia? Apa cuma sekedar baper?" Tanyanya sendiri. Navya terlihat begitu bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
the impossibility
Teen FictionKisah seorang gadis remaja. Dia jatuh cinta pada seorang laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal. Meski sekalipun pada akhirnya mereka saling mengenal, tapi pria yang dicintainya sama sekali tidak memperdulikannya. Apa jadinya jika seorang wanit...