bab enam

2.2K 323 26
                                    

Happy reading~~~













Jaejoong duduk melamun di depan meja dapur, satu mug besar berisi coklat panas tampak masih mengepulkan uapnya, jaejoong mendesah lelah kemudian.

" semuanya menyalahkanku..." Gumam jaejoong dengan mendesah lelah di akhir kalimatnya.

Jaejoong memperhatikan dapur rumahnya yang tampak luas, seunghyun sedang dinas ke jepang untuk beberapa hari kedepan tanpa mengikutsertakan dirinya pada perjalanan bisnisnya kali ini, jaejoong tahu sikap seunghyun jadi berbeda dan cenderung menghindarinya setelah pertengkaran mereka berdua sepulang jaejoong menemui yunho.

Jaejoong merasakan matanya memanas, sedetik kemudian matanya berembun, tangisannya pecah kembali.

Mengeluarkan selembar foto yang sudah nampak sedikit memudar warnanya dari saku celananya, foto bayi laki-laki yang sangat mungil dan lucu, jaejoong sangat merindukan putranya.

" bogoshippo..." Lirih jaejoong dengan memeluk erat lembar foto tersebut, menangis lirih setiap kali rasa rindu begitu menyiksanya, dia sangat merindukan changmin putranya yang sekarang sudah berumur lima tahun.

Sejak memutuskan lari dari yunho tak sekalipun jaejoong melewati malamnya tanpa tangisan pilu kerinduannya untuk bayinya, buah hatinya bersama yunho. Jaejoong ingin sekali membawa changmin lari bersamanya tapi resiko yang akan ia dapat sekembalinya ia setelah dua tahun menghilang lalu tiba-tiba muncul kembali membawa seorang bayi tentulah membuat ibunya semakin berang, semuanya terasa sulit memaksa jaejoong mengambil pilihan yang teramat sulit untuknya, dan berhasil menyiksa dirinya setiap hari karena rasa berdosa dan rasa menyesalnya telah meninggalkan changmin.

" maafkan aku, hiks hiks...semua bukan kemauanku, aku merindukanmu baby..." Isak jaejoong dengan suara lirih dan bergetar karena tangisannya.

Jaejoong menelungkupkan wajahnya diatas meja dapur, bahunya bergetar kuat menahan tangisannya, sungguh rasanya begitu menyiksa batinnya setiap kali merindukan sosok mungil yang pernah di lahirkannya, tidak mudah bagi jaejoong menjalani kehidupannya yang penuh kesedihan setelah meninggalkan changmin anaknya yang saat itu masih bayi.



Yoochun menghampiri yunho yang tengah merakit mainan anak-anak dari sebuah barang bekas di apartemennya, yunho tampak sangat fokus hingga tak menyadari kehadiran yoochun.

" changmin sedang menyusul kemari!" Seru yoochun dengan suara penuh nada kehawatiran hingga membuat yunho cukup terkejut dan menghentikan pekerjaannya.

Yoochun mendudukkan dirinya di atas kursi kayu yang kokoh di ruangan kosong yang sebenarnya untuk di jadikan gudang di apartemen yunho.

Yunho menggaruk hidungnya yang tidak gatal menggunakan telunjuknya. " dengan viona ?" Tanya yunho yang justru tampak tenang tenang saja.

Yoochun mengangguk terburu-buru, wajahnya sangat cemas.

" biarkan saja, mungkin anak itu bosan karena tidak ada aku dan juga kau bersamanya." Imbuh yunho dengan santai.

Yoochun mengernyitkan keningnya heran, yunho tidak khawatir memikirkan putranya yang baru berusia lima tahun pergi ke Seoul untuk mnlenyusulnya hanya di temani viona yang notabene nya adalah teman lama yoochun.

" kau serius ?!"

" apa yang serius ?"

"Changmin. Kau tidak khawatir sama sekali dengan kabar changmin yang sedang menyusulmu kemari yun, kau sehat !"

Yoochun memberondong yunho dnegan serentetan pertanyaan keheranannya pada sahabatnya, ia jadi khawatir yunho tidak sehat kembali.

Yunho menghela nafasnya dengan panjang, dia sangat maklum tentang kehawatiran yoochun terhadap changmin, iapun sebenarnya sangat menghawatirkan anaknya.

" tidak akan terjadi apapun pada putraku, dia sangat pintar dan licik."

Yoochun melongo mendengarnya, apa maksud sahabatnya ini, astaga.

" maksudmu ?"

" changmin sangat pandai, dia akan menghubungi kita jika sesuatu terjadi padanya. Bukankah changmin yang menghubungimu tadi, iya kan." Yunho menebak nya dengan mudah, yoochun mengangguk pelan tanpa sadar menjawabnya.

Yunho terkekeh, sudah ia duga jika changmin lah yang menghubungi yoochun dan memberitahukan padanya kalau mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju seoul di temani viona, sosok wanita yang menyandang status janda tanpa anak yang telah rela mengasuh changmin sejak masih bayi.

Yoochun akhirnya menyerah meski ia masih merasa khawatir pada changmin, tapi apa yang di katakan yunho barusan memang benar, changmin pasti akan menghubungi mereka berdua jika sesuatu terjadi pada bocah itu.



Seunghyun menikmati teh hijau buatan ibu mertuanya, duduk diatas teras depan rumah ibu mertuanya di pedesaan yang masih asri di jepang.

" ada apa mengunjungiku tanpa membawa jaejoong ?" Tanya kim so eun dengan suara tenang nya, meneguk teh miliknya dengan gaya anggunnya.

Seunghyun tertawa pelan, ibu mertuanya sangat pandai membaca situasi rumah tangganya, setiap kali rumah tangganya bermasalah pasti dirinya akan mengunjungi ibu mertuanya seorang diri lalu menumpahkan keluh kesahnya pada sosok yeoja paruh baya yang masih sangat cantik dan tak memiliki keriput tanda penuaan di wajahnya sama sekali.

" eomma sangat pintar untuk menebaknya, ya...masalah yang aku hadapi dengan jaejoong kali ini sangat sulit...namja yang dulu membawa jaejoong kabur keluar negeri datang kembali mengacaukan pikiran putramu eomma.." Ucap seunghyun mengadu pada ibu mertuanya yang tampak terkejut.

Pegangan pada cangkir tehnya semakin mengerat, kim so eun takut sekaligus marah, marah pada sosok namja yang dulu telah lancang membawa jaejoong kabur keluar negeri selama dua tahun tanpa memberi kabar sama sekali.

" kita harus menyingkirkan namja itu." Cetus so eun dengan datar dan sarat penuh amarah terpendamnya.

Seunghyun yang hendak meminum tehnya kembali terperanjat kaget, gerakan tangannya terhenti mendengar kalimat yang di ucapkan oleh ibu mertuanya barusan.

" maksud eomma ?" Seunghyun tampak kebingungan sekaligus penasaran.

So eun terkekeh entah karena apa, kekehan yang mengandung kebencian.

" singkirkan namja itu dari kehidupan jaejoong, anakku tidak akan bisa hidup tenang selama masih di bayang bayangi masa lalunya." Tandasnya dengan sinis, matanya berkilat penuh amarah dan kebencian mengingat kembali saat jaejoong pergi tanpa pamit dan tak pernah kembali selama dua tahun menghilangnya dirinya.

Seunghyun tak berani bersuara, ia tidak mungkin menuruti kata kata mertuanya, dia akan jadi orang jahat jika sampai menyingkirkan orang yang tak sepenuhnya salah.




Yunho menggendong changmin yang tampak kelelahan akibat perjalanan paris korea yang tidaklah sebentar, changmin tampak sayu kelelahan, memilih diam merebahkan kepalanya di bahu ayahnya.

Sementara yoochun menarik koper berisi keperluan changmin dan viona ke dalam kamar yang telah di sediakan yunho khusus untuk changmin dan viona.

Sementara yeoja bule berusia tiga puluh tujuh tahun itu memilih masuk ke dapur untuk membuatkan segelas susu hangat untuk changmin.

Viona sangat hafal kebiasaan changmin yang selalu meminum susu hangat saat kelelahan, bagi yeoja yang sudah delapan tahun hidup sendirian itu changmin sudah seperti anaknya sendiri.


Pukul sepuluh malam changmin dan viona sudah terlelap tidur di kamar yang khusus yunho siapkan untuk putranya, yoochun memilih duduk di ruang tamu bersama yunho untuk membicarakan langkah selanjutnya.

Yunho meminum soda kaleng dengan santai, mendengarkan ocehan yoochun.

" apa tidak sebaiknya changmin bertemu dengan jaejoong secepatnya, aku pikir jaejoong pasti sangat merindukan anaknya." Tukas yoochun dengan tenang.

Yunho menggeleng, menolak saran yoochun. " tidak akan semudah itu aku membuat jaejoong bertemu dengan changmin, biarkan dia penasaran dan mendatangiku kemari atas kemauannya sendiri."

Yoochun menghela nafasnya, tak bisa membantah dan hanya bisa mengikuti apa kata yunho, karena dia tak ada hak untuk memaksa.

Yunho tersenyum miring, memikirkan rencana yang akan dia lakukan kepada jaejoong nanti.










Tbc


ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang