“Seperti yang dituliskannya tentang guratan waktu, semuanya berlalu begitu saja. Yang mengawali akan selalu mengakhiri. Bukankah begitu hujan?”
-----------------------------------------------------------Tingkah lakunya semakin mendewasakan dirinya. Mungkin waktu telah mengubah segalanya. Tapi percayalah, hujan mampu mendatangkan kerinduan akan seseorang. Mendatangkan segala macam ingatannya tanpa belas kasihan. Seperti daun yang menunduk karena terpaannya.
Tersebutlah seorang Pujangga kontemporer memutarkan film ingatannya di dalam benaknya akan pena pertamanya untuk menulis, dan saat itu dikala hujan memberinya salam. Ingatannya bergerak seperti pintu waktu yang memutarkan film tentang peristiwanya yang telah lalu.
Apalah daya jika nostalgia telah memanggil kenangan masa lalunya? Ia akan mengekspresikan dalam sebuah tulisannya yang tertutup. Perlahan karyanya akan tercium juga dan keluar sebagai tulisan yang historis. Pena mengajarkannya akan jalan cerita yang akan dituliskannya.
Seperti jalan takdirnya yang tertulis di dalam Lauh Mahfudz.Lanjutnya, pena meneruskan tulisan kisahnya sesuai sabda yang diberikan hujan kepadanya. Dan kepada sang hujan, pena menjawab segala kerinduan, keresahan, kekecewaan, kenangan, kemarahan, kesedihan, keceriaan, dan kebahagiaan sang penulis kepada suhufnya.
-----------------------------------------------------------
Dan kisah lainnya pun berlanjut...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gymnopedie Hujan
AdventureKetika hujan menyapa, entah mengapa segala ingatan di masa lalu kembali berdatangan. Dimulai dari kisah kanak-kanak dulu hingga dewasa. Semuanya berjalan dengan alami dan mereka menyebutnya proses. Bahagia, sedih, marah, suka, duka, menyesal, semang...