3. Kesunyian

18 3 0
                                    

“Kala itu, hujan begitu derasnya mengguyur rumah, seakan langit sedang bersedih. Diri ini hanya bisa bersembunyi dibalik bilik”
-----------------------------------------------------------

Entah mengapa waktu terasa berputar ke belakang. Ingatan akan masa lalu menghampiri diri ini satu persatu. Oh hujan, apakah gerangan kala itu? Kenangan apa yang engkau ingatkan kepada daku sehingga diri ini menyembunyikan batang hidungnya di balik bilik. Apakah daku ada salah di masa lalu? segalanya terasa terulang kembali. Intropeksi diri dari kehidupan masa lalu seakan menampar kehidupan saat ini.

Ku hanya bisa bersembunyi di dalam kamar. Kesunyian kamar begitu hebat tatkala derasnya hujan menerpa genteng rumah. Tidak ada kawan yang menghampiri, semuanya terasa sunyi dan sepi. Hanya suara rintihan hujan yang menyelimuti kesunyian di sore hari. Terlalu lama sendiri dikala hujan membuat diri ini frustasi akan ingatannya di masa lalu.

Mulut ini rasanya ingin berkoar-koar akan masalah yang ditimpanya. Namun, apalah daya mulut ini tak mampu mengucapkan hal-hal yang buruk, dikhawatirkan akan memperkeruh suasana. Kembali terdiam sejenak dan mengambil secarik kertas.

Segala rasa kuluapkan dalam secarik kertas. Tulisanku adalah kode-kode perasaan yang tak sempat terucap lewat bibir. Cercahan, ocehan, kritik, dan jajarannya dilimpahruahkan dalam secarik kertas. Semuanya mengalir begitu saja tanpa pandang bulu. Dan tibalah pada goresan terakhir yang mengakhiri coretan pena di kertas. Perlahan mata mulai sayup-sayup dan terpejam dalam derasnya hujan.
-----------------------------------------------------------

Dan kisah lainnya pun berlanjut...

Gymnopedie HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang