5. Kekesalan

13 2 0
                                        

“...memang kesal waktu itu, ia hanya bisa menyalahkan tanpa intropeksi diri. Rasanya hujan ingin kuubah menjadi badai agar dapat membuat dirinya sadar dan ingat akan kesalahannya...”
-----------------------------------------------------------

Segala macam ocehan yang menyalahkan melayang bebas tanpa melihat dirinya yang lemah dihadapan Tuhan. Tanpa pandang bulu, lontaran kata-kata bernada penyalahan langsung menampar tumbalnya begitu saja. Segalanya dilakukan dengan ekspresi kesal yang dianggap orang berlebihan.

Makian demi makian tersulut hebat menampar dan menyudutkan korbannya hingga tamat. Gerangan salah yang berulang-ulang seperti tidak ada komando yang jelas membuat tabiatnya gerah akan lumatan yang tidak diserap dengan kepala dingin. Lantas, dengki apa yang begitu hebatnya sampai menusuk hati korbannya?

Hujan turun dengan damai kala itu, tapi atmosfer para hayawan sedang tidak bersahabat. Terlihat hanya kesalahan sepele, namun dieksekusi secara ricuh. Mereka para algojo mengeksekusi korbannya tampak berapi-api hingga berlarut-larut tanpa adanya intropeksi pada dirinya sendiri. Seakan hukum rimba berkuasa di tengah para hayawan.

Perang berkecamuk didalam pikiran, seakan air termos yang mau mendidih. Rasanya hendak mengubah hujan menjadi badai yang mengingatkannya akan kesalahan diri sebelum melayangkan kekesalannya kepada korbannya. Terlebih dalam pola tingkah teruntuk penyalahan digunakan secara kepala dingin tanpa berlebihan dan berlarut-larut.

Namun pada akhirnya, semuanya kembali kondusif setelah saling bermusapahan.
-----------------------------------------------------------

000

Melakukan pembelaan terasa sulit, korban telah terlanjur dihujani makian yang melilit.

Hendak membuka suara susah, terlebih algojo telah serangah.

Kesalahan kecil bisa menjadi besar, namun sulit untuk berkoar.

Bangsa yang katanya demokrasi, tapi ujung-ujungnya gigit jari.

Generasi bangsa kini mengalami darurat moral, kini juga sangat membutuhkan pengajar yang handal.

Jangan sampai terjadi pada anggota dewan, yang katanya perwakilan rakyat yang independen.

Kini saatnya mulai berharap dan membangun kembali, agar moral generasi bangsa tidak mangkir lagi.
-----------------------------------------------------------

Dan kisah lainnya pun berlanjut...

Gymnopedie HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang