6. Kesendirian

6 2 0
                                    

"Tak ada kawan tak ada lawan. Tubuh ini menarik diri dari sesama. Tak ada yang mau mengerti selain hujan"
-----------------------------------------------------------

Kala itu, ramai ricuh di sebuah ruang. Berbagai macam hayawan menyibukkan dirinya masing-masing dengan sekelumit isu. Entah disibukkan dengan sebuah benda yang diagungkannya atau sebatas mulut yang berkomat-kamit. Ada yang disudut, ada pula yang bergrup. Asyik membahas hal yang menjadi bahan perbincangannya tanpa ada rasa iba yang berarti.

Mereka seakan memiliki zona nyaman sendiri tanpa belas kasihan dengan kondisi sosial. Suasana kian dingin, kian hening tatkala hujan menerpa waktu itu. Tak ada tegur sapa yang berarti selain diperbudak gadget dan komplotannya. Sebuah realita antara dunia nyata dan dunia maya yang berbanding terbalik.

Kuyakin, hujan menyaksikan semua itu. Gunturnya menghentak keras membuat kaca jendela berdenting keras. Menampar suasana yang beku di sebuah ruangan. Kenapa tidak friendly dan intoleran terjadi di sebuah ekosistem yang didalamnya terdapat berbagai macam keberagaman? Apakah sudah berlaku hukum rimba atau status sosial didalamnya? Tidak tahu pasti jawabannya. Alasan yang sangat tertutup.

Semoga saja terjalin kembali rasa persatuan dan kesamaan serta saling memiliki satu sepenanggungan dalam bingkai yang beranekaragam. Seperti semboyan negeri, Bhinneka Tunggal Ika.
-----------------------------------------------------------

Dan kisah lainnya pun berlanjut...

Gymnopedie HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang