17 - Just to be You

22K 3.9K 123
                                    

Sebenarnya Arum sudah nggak asing dengan sensasi berbunga-bunga orang yang baru jadian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya Arum sudah nggak asing dengan sensasi berbunga-bunga orang yang baru jadian. Apalagi euforia karena berhasil menjadi pasangan cowok-cowok ngetop di habitatnya. Dia sudah pernah mengalami bagaimana rasanya menang mengalahkan cewek sesekolahan, dan menggandeng Bobby seperti sebuah trophy kebanggaan. Juga ketika dia macarin Ilham yang notabenenya anak BEM gitu lho. Entah ketularan atau memang Arumnya yang sok menyamakan aura, saat itu Arum tiba-tiba jadi wise, ngomong sok intelek, dan tentu saja menekuk muka dengan serius. Sok sok suka berdiskusi dan ogah hahahihi nggak guna. Kejadiannya memang nggak sama ketika berhasil menaklukkan Fares, bujangan paling diminati di kantor, karena sikap dingin dan misteriusnya, serta jabatannya. Meski untuk kasus terakhir Arum menyadarinya sebagai kesalahan paling fatal dalam perjalanan asmaranya. Serta menyadari bahwa dia tak beda dengan cewek-cewek bodoh lainnya yang telah dikadali habis-habisan oleh Fares dengan penampilan elegan tak tercela, untuk menyembunyikan kebusukan di dalamnya.

Tapi bersama Yusra, ternyata berbeda. Karena Arum merasa menjadi seperti remaja. Kepahitan bersama Fares seolah hilang tak berbekas. Di usianya yang sudah di akhir dua puluhan, siapa sangka Arum masih bisa tersipu malu? Merasakan debar aneh ketika menunggu Yusra membereskan semua perlengkapannya, dan senyum-senyum geje ketika pria itu menggandengnya berjalan menuju parkiran.

"Senyum-senyum terus, awas ntar kering gigimu," komentar Yusra kalem sambil merangkul Arum.

"Ye... senyum mah di bibir, nggak sampe bikin gigi kering," bantahnya.

"Kamu tuh, misal nggak pake protes kenapa sih?" tanya Yusra.

"Kan statement Mas Yusra salah? Harus dikoreksi dong," jawab Arum. "Ingat ya Mas, aku mengoreksi, bukan memprotes. Jadi Mas Yusra nggak boleh marah atau tersinggung," lanjutnya.

"Kenapa?" tanya Yusra dengan senyum geli.

"Itu kan tandanya aku perhatian sama Mas Yusra, tanda aku sayang sama kamu, Mas, jadi aku nggak mau kamu salah membuat pernyataan," jawab Arum lancar.

Mendengar jawaban Arum, Yusra tertawa terbahak-bahak.

"Kok ketawa?" tanya Arum tidak terima.

"Gombalmu, Rum...." Yusra masih tertawa.

"Eh aku bicara beneran! Orang yang mengoreksi kesalahan orang lain, langsung di depan yang bersangkutan itu tandanya dia mau yang terbaik bagi yang disayanginya. Bukannya ngomongin di belakang," Arum menjelaskan.

"Iya, iya, percaya," Yusra mengalah meskipun masih tertawa geli. Dalam temaram lampu yang menerangi teras ruko yang berjejer, wajah serius Arum terlihat begitu menarik di mata Yusra. "Yuk, masuk!" kata pria itu sambil membuka pintu mobil, menunggu sampai Arum nyaman di tempat duduk, baru menutup pintu penumpang dan berjalan memutar menuju ke belakang kemudi. "Kamu unik banget, tahu? Aku nggak mengira aja kamu asyik begini," kata Yusra ketika keduanya sudah duduk bersebelahan.

"Emang Mas Yus dulu kenal aku sebagai cewek yang gimana sih?" tanya Arum penasaran. "Kita emang sekedar kenal aja deh. Anak komplek blok sebelah," Arum tertawa.

Patissier & Chocolatier (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang