bagian tiga

91 6 2
                                    

”kamu punya masalah apa sih? Kenapa sampai nangis gak karuan gitu?”, tanya Elang setelah duduk di bangku taman dengan menghadap Aeera.
”Gak kok pak, saya gak apa-apa”, jawab Aeera yang sudah duduk di samping Elang sambil menuntukkan kepalanya.
”yakin?, kalau gak kenapa-napa nangisnya kok kayak orang kesurupan gitu coba?”, Elang menatap tajam dengan penuh selidik ke Aeera.
”yakin kok pak”.
”Aeera coba lihat saya!”, kata Elang dengan tatapan yang tajam dan dalam. Aeera mendengakkan wajahnya melihat wajah Elang dengan tatapan nanar, ”bahkan matamu menyiarkan kau sangat terluka Aeera”, Elang memutar tubuhnya ke arah depan, menyandarkan punggungnya di sandaran bangku, menatap hamparan rumput yang ada di hadapannya, ”ini bukan kali pertama saya melihat kamu menangis”, lalu memalingkan wajahnya ke arah Aeera dan kembali menatap Aeera yang masih menatap nanar ke arahnya itu dengan tajam.
Aeera yang terlihat masih begitu kaget itu terlihat muali bingung, ”maksud bapak?”.
”di atap sekolah Aeera”, Elang kembali memalingkan wajahnya untuk kembali menatap hamparan rumput di hadapannya, ”saya gak sengaja melihat kamu menangis di atap gedung dan terlihat sangat jelas kau begitu tetluka Aeera”, Elang menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan lalu kembali memalingkan wajahnya ke Aeera yang terlihat masih serius memandangnya dan Elang menatapnya tajam dan dalam. ”apa karna laki-laki?”.
Aeera mengangguk perlahan lalu memalingkan wajahnya ke arah depan memandangi hamparan rumput hijau di hadapan mereka, ”seorang pria yang dengan segenap kemampuannya membesarkanku, pria yang mencintaku dengan setulus hatinya, pria yang bahkan siap menggadaikan nyawanya untukku”, Aeera mengatupkan kelopak matanya, air mata itupun lolos dari sela-sela kelopak matanya. Elang yang sudah bisa menebak masih setia menatap Aeera untuk membiarkannya melanjutkan kisah pria berharga itu, ”pria itu sakit pak”, Aeera kembali membuka matanya dan mulai melanjutkan ceritanya, ”dia sekarang sedang berada di ruang ICU. Saya benar-benar terluka pak, kemungkinana dia sadar hanya 30% pak. Sebelum dia masuk ICU dia pernah bilang kalau dia gak akan pernah ninggalin saya sebelum dia mendapatkan penggantinya untuk menjaga saya. Dan yang membuat saya terluka bukan karna takut akan kehilangan dia tapi menyaksikan dia menahankan setiap rasa sakitnya dan rasa sakit dari alat-alat bantu kehidupan itu membuat luka saya semakin dalam. Ibu bilang kenyataannya sayalah penyebab dia bahkan menahan segala sakit itu karna terikat janjinya pada saya membuat ibu saya begitu ingin segera menikahkan saya dan menjadikan saya semakin dalam terpuruk dalam luka saya sendiri”, Aeera menyeka air matanya dan menarik nafasnya dalam dan menghelanya panjang dan perlahan.
Elang menepuk bahu Aeera dengan lembut, ”saya bisa memahami apa yang di maksudkan ayahmu, tapi juga kamu gak mungkin untuk menikah di usia yang masih sangat muda inikan?”.
”tapi sampaikapan ayah saya akan menahan segala rasa kesakitan di sekujur tubuhnya itu”.
”saat ini hanya doalah yang bisa dilakukan Aeera!”, Elang lalu berdiri dan meraih tas Aeera, ”ayo biar saya antar pulang”.
”bisa antar saya ke rumah sakit aja gak pak?”.
”ya, kemanapun terserah kamu, yang penting bukan disini!”


my handsome teacher {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang