Aeera tiba-tiba kehilangan keseimbangannya tapi dengan cepat satu tangannya berhasil menggapai tembok yang berada di sebelahnya dan perlahan kembali berdiri tagak. Lalu Aeera berjalan perlahan-lahan dengan gontai. Dengan ragu Elang pun mengikutinya dari belakang. Tangga daruratlah tujuan gadis manis ini, di mana tak banyak atau bahkan nyaris tak ada orang yang berlalulalang. Dengan begitu lemah gadis yang masih berusia 16 tahun itu melangkah, menusuri satu persatu anak tangga, hingga langkahnya terhenti karna tubuhnya kembali hilang kesimbangan namun lagi-lagi Elang kembali kalah cepat dengan tangan Aeera yang sudah lebih dulu menggapai tembok yang berada tepat di samping tubuhnya dengan satu tangannya lagi mencengkram bajunya di bagian dada. Tubuh gadis yang sedang terluka itu kini membungkuk tangannya yang tadi bertumpu pada tembok untuk menahan keseimbangan tubuh kini berganti dengan satu bahunya. Kini kedua tangannya tengah mencengkram tempat yang sama. Air matapun lolos dari selah-selah matanya yang indah, mata yang selam ini tampak berbinar, tapi kini begitu sendu dan menyakitkan. Aeera menarik nafasnya panjang dan perlahan berusaha menetralkan keadaan dirinya saat ini namun yang ada air matanya semakin tak terkendali, nafasnya semakin terasa sesak, dadanya pun terada semakin menyakitkan membuat cengkraman tangan semakin kuat. Tubuhnya pun ambruk ia terduduk di salah satu anak tangga, suara isaknya mulai terdengar samar. Tangan yang sedari tadi betah mencekram baju bagian dada itu kini keduang ia pindahkan untuk membekap mulutnya, agar tak satupun orang di luar sana mendengarnya.
Elang berada tepat di belakngnya yang hanya berjarak beberapa anak tangga hanya mampu melihat keadaan Aeera yang begitu terluka.
Entah kenapa ada rasa nyeri yang menjalar di dalam dadanya membuat ia merasa sedikit sulit untuk bernafas. Ia pun melangkah perlahan meninggalkan gadis yang tengah di landa kesedihan itu membiarkanya terlarut dalam kesedihannya untuk beberapa waktu. Begitu berada di luar tangga darurat dengan yakin Elang melangkahkan kakinya menuju ruang tunggu ICU di mana mama Aeera berada.
”permisi ibu Aeera”, sapa Elang begitu ia ada tepat di hadapan wanita paruh baya yang sedang tertunduk sambil terus menitihkan air matanya itu.
Ibu Aeera lalu mendongak dan mendapati Elang yang berdiri di hadapannya masih betah membawa tas ransel milik anak tunggalnya itu, ”akhh iya..”, kata mamanya Aeera memicingkan matanya seolah baru saja mengingat sesuatu sembari menyeka air matanya, ”tas anak saya masih pada anda ya?, mamanya Aeera lalau berdiri dan mengulurkan kedua tangannya bermaksut untuk mengambil tas milik anaknya dari Elang.
Namun Elang menarik tangannya menyembunyikan tas itu di belakannya dan menundukan kepalanya membuat ibu Aeera heran dan menyerengitkan dahinya memberi tatapan aneh pada sang guru itu.
”maaf sebelunlmnya. Tapi sayalah”, Elang lalu mengangkat kepalanya dan menatap wajah mama Aeera dengan penuh keyakinan, ”sayalah yang akan menikahi Aeera. Malam ini juga!”.
Mata wanita separuh baya itu terbelalak terkejut dan tak percaya guru anaknya kini berdiri di hadapannya dan melayangakan lamaranya.
”apa anda yakin pak guru?”, wanita ini bertanya untuk meyakinkan dan memastikan yang ia dengar itu bukan hanya candaan.
”ya, saya sangat yakin”, Elang mengangguk tanpa keraguan.
”baiklah kalau begitu, saya akan hubingi adik saya yang menjadi tuan kadi dan adik ipar saya sebagai wali Aeera”.
”kalau begitu saya juga akan menghubungi saksi dari pihak saya”.
Elang lalu berjalan menuju balkon lantai empat rumah sakit itu masih membawa tas Aeera dengan setia dan sembari mengeluarkan ponsel miliknya dari kantong celana bahannya, jari-jarinya sibuk bergerak-gerak di atas ponselnya itu, mencoba mencari sebuah nama sang saksi pernikahannya nanti. Tak lama terlihat ia sudah menempelkan ponselnya itu di atas telinganya.
Setibanya di balkon terdengar suara dari sebrang sana menandakan telpon darinya sudah berbals.
”ada apa El?”, terdengar suara sedikit serak dan riang terdengar dari ponsel milik Elang itu.
”kau di mana sekarang?”.
”aku ada pertemuan di jalan mandalaII, kenapa El?”.
”bisa datang ke rs.Mitra Bunda sekarang?, lokasinya gak jauh dari jalan MandalaII kan?.
”memangnya ada apa El?, kau di rawat di sana?, apa kau sekarat?”, suara di sebrang sana terdengar panik.
”Reza mulia kau temankukan?, jadi percaya samaku kan?, makannya datang aja!, nanti kalau kau udah di sini kau juga bakal tau kok. Jangan lupa bawakan kalung emas ya!”, Elang lalu nenutup telponnya dan memasukan kembali ponsel itu ke dalam kantong celana bahan yang ia kenakan.
~~
~~
~~
Makasih yaa buat yang masih baca cerita pertamaku ini semoga tetep suka dan gak ngerasa bosan yaa ..
Maafkan segala kesalahan yang ada di cerita ini bahakan typonya sekalipun yaa 🙏🙏🙏
Jangan lupa bintangnya dan tinggalkan jejak kalian di komentar yaa ...
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
my handsome teacher {Hiatus}
Romance(21+) "maaf sebelumnya,tapi sayalah! yg akan menikahi aeera. Malam ini juga." Kisah tentang pernikahan dini, Tentang perjuangan menepati janji, dan Perjalanan cinta yang harus bersembunyi happy reading!!