Apa yang kamu rasakan saat hari pertamamu masuk sekolah sudah menjadi pusat perhatian seantero sekolah ?
Mungkin sebagian besar akan menjawab menyenangkan atau mungkin biasa saja. Namun, tidak dengan gadis berambut pendek yang sedang menunduk karena diceramahi Bu Rika, guru kedisiplinan.
Sedari tadi, ia ingin sekali memotong perkataan Bu Rika, ia masih anak baru. Tolong garis bawahi, anak baru. Namun nyatanya, guru di depannya tidak menyadari itu. Mungkin karena Shera sudah menggunakan seragam resmi Nebula High School. Kepalanya mulai pusing, bahkan disaat seperti itupun tidak ada yang berhenti membicarakannya. Ini menyebalkan.
“Pokoknya, saya gak mau tahu, setelah ini kamu hormat di bawah tiang bendera.” Putus Bu Rika final.
Baik, Shera tidak tahan.
“Bu, maaf tapi saya masih anak baru. Saya membawa tas di jam ini karena saya tidak bisa menemukan letak kelas saya,” ujar Shera cepat. Tak lupa, ia menatap sebal guru di depannya.
“Mana buktinya kalau kamu anak baru?” Bu Rika melipat tangannya di depan dada.
Shera menghela nafas berat, lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sesuatu ke arah Bu Rika.
Bu Rika refleks menatap Shera dengan alis yang naik sebelah, “Kenapa kamu gak bilang daritadi kalo kamu keponakan Pak Dirga?”
Siapapun, Shera ingin mengumpat sekarang.
ツ
Seorang laki-laki menyeruput habis jus alpukat favoritnya sembari menikmati semilir angin dari rooftop. Rooftop yang tenang menjadi alasan mengapa laki-laki itu memilih menghabiskan waktu istirahat disana. Namun, waktu tenangnya habis karena teman-temannya datang menghampirinya dengan suara tawa yang mungkin saja menggema hingga lantai bawah.
“Parah bener ya Bu Rika, bisa-bisanya nyeramahin anak baru yang gak salah apa-apa,” ujar Ravel tanpa bisa menghentikan tawanya.
“Gue masih terngiang-ngiang muka merah malunya Bu Rika, njir,” tawa Andra.
“Itu anak pindahan darimana dah? Berani banget sama Bu Rika. Padahal sekolah musuh aja gak ada yang berani ngebantah Bu Rika walaupun mereka gak salah,” cetus Rangga sambil menutup pintu rooftop.
“Kayaknya bukan dari daerah sini deh, gue hampir hafal semua muka cewek-cewek sekolah lain,” sahut Andra.
“Lo kalo ngafalin muka cewek aja hafal cepet banget, giliran rumus nyari keliling persegi aja masih lupa,” Ravel semakin tertawa mendengar ucapan fakta dari bibir Rangga.
“Eh iya, pak bos mau gak?” Ravel menawarkan chiki yang ia beli di kantin tadi kepada laki-laki yang menatap ke arah langit. Laki-laki itu menggeleng singkat, lalu berdiri dari tempatnya berdiri.
“Pak Bos mau kemana weh?” keduanya tampak menoleh kompak ke arah laki-laki tadi setelah mendengar perkataan Andra.
“Basket,” ujar laki-laki itu singkat.
“IKUT!” ketiganya kompak berdiri mengikuti langkah laki-laki tadi.
ツ
Shera menghela nafasnya kesal. Ia mendudukan dirinya yang sudah lelah berdiri di salah satu bangku kosong di kelasnya. Kelas tampak sepi, karena ini jam istirahat.
Sejujurnya, ia ingin sekali ke kantin. Siapa yang tidak haus jika sudah memutari sekolah secara non-stop lalu diceramahi setengah jam lamanya sambil berdiri? Kaki Shera lemas, yeorobun.
Pada akhirnya, Shera hanya meletakkan kepala ke atas tasnya, sambil memejamkan mata.
Belum ada 5 menit Shera memejamkan mata, ia merasa bahunya dicolek seseorang. Shera mengangkat kepalanya perlahan, diliriknya seorang gadis yang membawa sebotol minuman dingin penambah ion.
Gadis itu tersenyum, lalu duduk di kursi depan Shera sambil menyodorkan minuman itu.
“Gue liat lo habis diceramahin Bu Rika,” Shera mengangguk canggung, jujur ia malu.
“Minum nih, kebetulan gue abis dari kantin tadi.” Ia tersenyum lagi. Shera akui, dia cantik.
“Btw, makasih ya,” ujar Shera ramah.
“Sama-sama. Kenalin, nama gue Ayla,” Ayla tersenyum lebar sambil mengarahkan tangannya kearah Shera.
“Hai Ayla, gue Shera,” Shera balas menjabat tangan Ayla.
“Oh ya, Shera, mau keliling sekolah gak? Biar lo gak kesasar lagi,” Shera mengangguk setuju, kakinya sudah tidak selemas tadi. Ia mengikuti Ayla yang berdiri dari tempat duduknya.
Mereka mulai berjalan dari arah lapangan belakang, yaitu lapangan khusus pertandingan basket. Ayla bilang, tempat ini hanya khusus pertandingan, tidak boleh digunakan saat jam sekolah. Artinya, lapangan indoor ini seharusnya tertutup bukan? Tapi, Shera melihat pintu masuk lapangan terbuka.
“Ayla, pintunya kebuka,” Ayla menoleh ke arah yang Shera maksud, sedetik kemudian ia paham.
“Ada kak Ravel and the gengs, mungkin.” Ayla menarik pelan tangan Shera untuk melanjutkan perjalanan.
“Bukannya cuma boleh dipakai pas pertandingan?” Shera mengulang perkataan Ayla tadi.
“Iya, tapi khusus buat mereka bebas, Ra.”
“Kok gitu?”
“Ya pokoknya gitu deh. Gue juga gak tahu spesifiknya,” Ayla mengedikkan bahunya acuh. Shera hanya mengangguk singkat tanpa mau perpanjang, lagi pula bukan urusannya kan?
Mereka harus kembali ke kelas, karena bel masuk sudah berbunyi. Benar saja, setelah keduanya masuk ke kelas, tak lama kemudian seorang guru laki-laki memasuki kelas. Beliau membawa setumpuk buku LKS untuk latihan murid-muridnya.
“Itu Pak Ari, ngajar fisika, hobinya ngasih latihan soal,” bisik Ayla pelan ke arah Shera.
“Selamat pagi anak-anak, silahkan ambil 1 LKS untuk berdua. Boleh dikerjakan bersama, tapi jangan saling mencotek!” para murid yang tadinya diam-diam bersorak harus menelan kembali rasa kecewa.
“Dan kamu, anak baru, silahkan ke ruang BK, kamu dipanggil Bu Rika,” Shera mengerutkan keningnya sebentar, lalu menatap Ayla yang juga menatapnya heran. Bahkan bukan hanya Ayla, tapi satu kelas menatapnya seolah-olah ia membuat kesalahan besar. Jangan lupakan barisan wanita yang tampak membicarakannya secara terang-terangan. Apakah Bu Rika masih belum cukup membuat Shera apes seharian ini? Dengan berat hati, Shera meminta ijin kepada Pak Ari lalu melangkahkan kakinya ke ruang konseling.
ツ
ALOHAAA~
Finally I'm back after 3 years (maybe ?)
Sebelumnya, aku mau minta maaf kalo apa yang aku tulis awal-awal masih berantakan banget. Jeongmal mianhe, Yeorobun ╯﹏╰
Maka dari itu, karena ini baru bisa masuk dari laptop, aku bakal revisi habis-habisan. Bahkan, aku juga kepikiran mau rombak ulang, dari cerita, alur, tokohnya juga. Mungkin ada yang nama tokohnya masih sama seperti sebelum di rombak. Maaf banget sekali lagi, aku rombak ini cerita juga ada alesannya, guys...
Aku pikir akunku ini gak bakal balik lagi, aku juga udah coba ikhlasin walaupun kadang masih suka nyesek pas cerita ke temen (π_π) Tapi ternyata, Tuhan masih kasih kesempatan aku buat nulis lagi, HWAAA seneng banget, masih gemeter pengen nangis juga...
Intinya, aku ucapin banyak terima kasih buat kalian yang nunggu ceritaku, yang udah support aku, buat kalian juga yang udah komen kekurangan ceritaku. GRACIAS ! Dari komen kalian, aku bisa belajar nulis lebih baik lagi. Thank youuu very much :)
Luvvvv,
—Kael.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEAN : ICE PRINCE [TAHAP REVISI TOTAL]
Teen Fiction"Don't mess with me. Because I will make you regret it, later." -Sean Aquielo Rajendra. "Remember this, I'm not afraid of you. Because you're not GOD." -Shera La Queenza. Ini tentang Sean, si manusia es menyebalkan yang dipertemukan dengan Shera, s...