0.09

1.3K 40 1
                                    

Sean meraih handphonenya yang tengah berdering di saku celananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean meraih handphonenya yang tengah berdering di saku celananya. Nama Darren, musuhnya, tampak terpampang di layar handphonenya. Ia mengernyit sebentar, tanpa ingin menjawab telepon tersebut.

Saat ia ingin memasukkan handphonenya kembali, chat masuk dari Darren mengalihkan pandangannya.

+62 857-***-***

Kalo lo bkn pengecut, temuin gw di gang pinus 3.

Sean tersenyum miring, lalu memakai helmnya dan melajukan motornya menuju tempat yang Darren minta. Disana sepi, jadi Sean pikir Darren lah yang pengecut karena bermain-main dengannya. Sean menyalakan kembali mesin motornya, namun niatnya ia urungkan karena di depan sana terdapat beberapa rombongan Darren. Sial, ia dikepung.

“Woi, es batu! Sadar dong,”

“Bi, tolong telfonin aunty Risa ya, Shera takut perutnya dia masih ada problem,” Bi Idah mengangguk, lalu keluar dari kamar Shera untuk menelpon tante Risa, dokter sekaligus adik dari mama kandung Shera.

“Ini lukanya dalem banget pasti,” Shera menatap ngilu pada perut Sean yang baru saja ia berikan pertolongan pertama.

“Mana si es batu gak sadar-sadar lagi. Makin panik kan kalo gini jadinya,” karena tidak tahu harus melakukan apalagi, Shera memutuskan ke dapur untuk mengambil air putih agar saat Sean sadar, ia dapat langsung minum.

Sementara itu, Sean mengerjapkan matanya perlahan. Pandangannya masih buram, karena ia merasa kepalanya sedikit pusing.

“Gue dimana?”

Shit, sakit.” tanpa sengaja, tangannya menyenggol perut yang terluka.

“Pasti kebuka lagi jahitannya,” Sean memilih diam dan mengingat-ingat semuanya. Ia bertemu Shera, dan ditolong oleh gadis itu. Iya, pasti ini kamar Shera.

Cklek

“Silahkan masuk, aunty ,” wanita berjas putih itu masuk sambil menenteng beberapa peralatan kedokteran.

“Akhirnya, lo sadar juga,” Shera bernafas lega.

Aunty Risa menyibak kaus hitam yang Sean pakai, lalu memeriksa sebentar dan menjahit kembali luka Sean. Setelah itu, dengan telaten, beliau juga memasangkan perban pada jahitan Sean.

“Untung aja, kamu bisa kasih pertolongan pertama, jadi lukanya gak terlalu parah. Karena lukanya lumayan dalem, apa ini habis di tusuk?” Sean yang ditanya hanya mengangguk kecil.

“Oke, itu aja. Ini ada obat yang harus kamu minum 3x sehari dan ini salep antibiotiknya, oleskan secara rutin agar cepat mengering ya, karena ini berpengaruh sama luka kamu, saya permisi,” aunty Risa tersenyum, lalu pamit kepada mereka.

“Terima kasih,” ucap Sean, lalu diangguki oleh dokter tersebut.

Thank you, aunty. See u later! Shera memeluk aunty Risa dengan erat dan dibalas pula oleh aunty Risa.

SEAN : ICE PRINCE [TAHAP REVISI TOTAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang