Shera berhasil menghabiskan semangkuk mie kuah dan segelas teh hangat yang ia pesan tanpa mengidahkan sepasang mata yang memperhatikannya secara terang-terangan.
Mata itu menatapnya tajam. Berbeda dengan mata teman-temannya yang biasa saja melihat keberadaannya di warung tersebut. Mereka bahkan tetap asyik mengobrol tanpa memperhatikan Shera, walau tadi sempat terkejut juga.
Shera berdiri dari tempatnya, hendak membayar pesanannya tadi. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih sambil memajang senyum manis saat berbicara dengan pemilik warung tersebut. Ia berpamitan karena hujan tidak sederas tadi, hanya meninggalkan setitik gerimis. Sebelum benar-benar meninggalkan warung, Shera menyindir laki-laki yang sedari tadi masih menatapnya tajam, “Awas nanti naksir,” lalu Shera benar-benar meninggalkan tempat itu.
Langit mulai gelap karena hari mulai menjelang malam. Shera menutup kepalanya dengan kupluk hoodie yang ia pakai, tak lupa ia masukkan kedua telapak tangannya pada kantung hoodie. Ia juga menyumpal telinganya dengan sepasang earphone yang selalu ia bawa. Mendengarkan musik sambil menikmati titik hujan merupakan sensasi menyenangkan untuk dirinya sendiri. Shera memilih menikmati keduanya sambil berjalan kaki.
Ia bisa saja memesan taxi online, tapi entah mengapa, ia ingin sampai di rumahnya sedikit lebih lama. Tiba-tiba, sebuah motor sport berwarna hijau berhenti persis di sebelahnya. Ia mulai merasa was-was karena hari pun menjelang malam. Shera tak mengidahkan hal tersebut, ia mulai berjalan lebih cepat. Pikirannya berkata ia harus berlari dan menghindari orang tersebut yang mulai mengikutinya. Kakinya mulai gemetar, bahkan telapak tangannya mulai keringat dingin. Ya Tuhan, Shera takut.
ツ
Sean menghabiskan sebotol cola yang ia beli dari warung Bu Irmah, warung langganan sekaligus base campnya dengan teman-temannya. Ia pamit pulang terlebih dahulu karena hari ini kakak perempuannya akan mengunjungi apartmen miliknya. Entahlah, ia juga tidak peduli apa maksud kedatangan 'kakaknya'.
Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang karena jalanan licin sehabis hujan. Matanya menangkap siluet perempuan dengan seragam yang sama dengannya sedang berlari pelan. Awalnya, Sean tidak peduli, namun setelah otaknya berpikir mengapa gelagat perempuan itu seperti ketakutan, ia mulai menyamakan laju motornya dengan motor hijau yang mengikuti perempuan itu. Jalanan sepi, tentu saja perempuan itu akan negative thinking jika seseorang mengikutinya.
“Woi,” pengendara tersebut menoleh ke arah Sean. Ia mendengus kesal, mengabaikan Sean dan fokus pada perempuan yang ia incar sejak tadi.
“Lo mau apa, njing?”seru pengendara tersebut kasar.
“Gue yang harusnya tanya gitu,” jawab Sean singkat.
“Bukan urusan lo, mending lo pergi dari sini. Ganggu aja,” Sean tak menjawab, ia mulai menghentikkan motornya tepat di depan motor pengendara itu. Sang pengendara turun dari motor, lalu melepas helmnya dengan kasar. Ia kesal karena Sean membuat perempuan yang ia incar menghilang di persimpangan jalan. Sean ikut turun dari motor, ia sendiri tidak paham dengan dirinya kali ini, yang mau turun tangan hanya untuk menolong perempuan yang sudah meremehkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEAN : ICE PRINCE [TAHAP REVISI TOTAL]
Teen Fiction"Don't mess with me. Because I will make you regret it, later." -Sean Aquielo Rajendra. "Remember this, I'm not afraid of you. Because you're not GOD." -Shera La Queenza. Ini tentang Sean, si manusia es menyebalkan yang dipertemukan dengan Shera, s...