0.05

1.8K 84 5
                                    

Sean menatap kesal pada gadis yang tengah mencak-mencak di tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean menatap kesal pada gadis yang tengah mencak-mencak di tempatnya. Ia terlihat sangat marah karena Sean hanya menatapnya dengan pandangan tidak mengerti.

“Gue gak mau tau, lo harus tanggung jawab sama Ocean,” sahut gadis tersebut.

“Ocean siapa anjir? Gue gak pernah hamilin anak orang,” balas Sean tak mau kalah.

“Gue gak bilang lo hamilin anak orang, gue cuma mau lo tanggung jawab karena ngerusak sepeda gue yang namanya Ocean,” jelas gadis itu.

“Oo sepeda tua itu? Salah lo sendiri taruh di tempat gue,” gadis itu benar-benar marah sekarang karena mendengar sepedanya di ejek oleh laki-laki menyebalkan bernama Sean.

“Lo! Bener-bener gak punya hati. Lo kalo ada masalah sama gue ya selesaiin sama gue, bukan dengan ngerusak sepeda gue!” ia mendorong Sean dengan kasar.

“Terus? Gue harus bilang wow?”

“Tanggung jawab, sialan.” Desis gadis itu marah. Sean tersentak di tempatnya, baru kali ini ia di lempar umpatan dari gadis yang ia sendiri tak kenal dekat.

“Seenggaknya kalo lo ogah tanggung jawab, lo gak seharusnya ngerusak sepeda itu. Lo gak tau apa-apa tentang Ocean. Lo cuma orang asing yang seenaknya ngerusak dan ngatain—” Sean dibuat terkejut lagi dengan gadis di depannya yang moodnya teramat random. Tadi ia marah-marah bahkan sampai mengumpat, sekarang ia menangis.

Sean baru kali ini merasa bersalah setelah melihat Shera menangis. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Biasanya ia masa bodo terhadap keadaan, walau jelas ia yang melakukan kesalahan. Perempuan memang rumit moodnya, batin Sean.

“I-iya gue bawa ke bengkel. Gak usah nangis!” ajaibnya, tangis Shera berhenti, walau masih mengatur nafasnya. Sepertinya kata-kata Sean keterlaluan hingga membuat Shera menangis.

“Bawa tuh sepeda lo, gue ikutin dari belakang!” untung saja bengkel hanya berjarak 2 ruko dari sekolah.

Disana ada seorang pria paruh baya yang menyambut keadaan mereka, karena keadaan bengkel yang terbilang sepi.

“Tolong perbaikin sepeda Shera ya, Pak,” pinta Shera dengan melas. Pria paruh baya itu hanya tersenyum kecil lalu mengecek seberapa parah rusaknya sepeda Shera.

"Ini masih bisa diperbaiki, nak. Tapi ndak bisa sehari doang, mungkin besok baru bisa diambil,"

Shera mengangguk lega, "Gak papa, pak. Bisa dibenerin aja Shera bersyukur banget. Makasih banyak, pak. Besok Shera ambil sepulang sekolah ya,"

"Iya nak, sama-sama."

Sean mengeluarkan dompetnya, ia menyerahkan beberapa lembar uang berwarna biru kepada sang pria paruh baya, “Segini cukup, pak?”

“Ini terlalu banyak, nak. Bahkan sudah lebih dari total yang seharusnya,” Sean hanya menggeleng kecil, “Gak papa pak, anggap aja rejeki,”

“Makasih ya nak, bapak usahakan besok sepedanya sudah beres lagi,”

SEAN : ICE PRINCE [TAHAP REVISI TOTAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang